Malahan jadi payung bagi orang-orang kampungnya. Penemuannya asli, bukan dari buku orang lain. Meski begitu, tetap dalam dan mengandung kebenaran. Luas pemikirannya, luhur penemuannya. sebelumnya, bukan orang mentah.
Tidak banyak sekarang juga aku menemukan orang seperti ajengan. Pedoman dia, “Tafakur sejam, lebih berguna daripada shalat bertemulitan enam puluh hari tanpa tafakur.” (halaman 8).
Sekadar diketahui, buku “Dongeng Enteng dar Pesantren” merupakan kumpulan kumpulan yang ditulis Rahmatullah Ading Afandie sering disingkat RAF. Ia lahir di Ciamis 1929 M. Pada zaman Jepang pernah nyantri di pesantren Miftahul Huda Ciamis. Buku tersebut diterbitkan tahun 1961 dan memperoleh hadiah dari LBBS di tahun yang sama.
Baca Juga: Alasan Mengapa Islam Melarang Zinah, Ada Azab Dunia dan Akhirat
Baca Juga: Mengejutkan Warga Pasangan 'Gancet' yang Viral di Tiktok, Pasangan Zina Tak Bisa Lepas 'itunya'
Baca Juga: Sekolah Islam Gender (SIG) Komisariat UIKA PC PMII Kota Bogor Cetak Aktifis Perempuan Berkualitas
Menurut Adun Subarsa, buku tersebut merupakan cerpen otobiografis dan dapat digolongkan ke dalam kesusastraan Sunda sebelum perang modern. Pada tahun 1976, RAF muncul dengan sinetron Si Kabayan di TVRI, tapi dihentikan karena dianggap terlalu tajam. Ketika TVRI cabang Bandung dibuka, RAF muncul lagi dengan sinetron Inohong di Bojongrangkong.***
Penulis: Abdullah Alawi