Buya Syafi’i Maarif, Indonesia Masih Bertahan Karena Kultur dan Budaya yang Kuat dan Toleransi

- Sabtu, 11 September 2021 | 15:30 WIB
Buya Syafii Maarif (Instagram)
Buya Syafii Maarif (Instagram)

Bogor Times - Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang bhinneka dan negeri  yang beraneka ragam.

Terdiri dari agama yang bermacam-macam Suku yang beragam, Bahasa juga banyak sekali di Indonesia.

Bahasa daerah yang ada di Indonesia sekitar 750 bahasa, sebagian bahasa sudah punah, tetapi masih banyak yang bertahan.

Baca Juga: PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Cibinong Gelar MAKESTA Angakatan Ke-III

Di tengah keragaman itu, Indonesia masih bisa Bertahan. Masih berdiri kokoh sebagai suatu bangsa.

Menurut Cendikiawan Muslim Indonesia, Profesor Dr. Buya Syafii Maarif, bangsa ini masih bisa bertahan, karena masih menjunjung tinggi budaya dan toleransi. Itulah aset dan modal utama bangsa ini.

Toleransi itu artinya, kita bisa berbeda dalam persaudaraan. Dan bersaudara dalam perbedaan.

Baca Juga: Munas NU Fiks Tanggal 25-25 September 20021

demikian, juga ada yang sukar bertoleransi. Mengaku dirinya paling benar jika dia beragama, dia mengklaim agamanya saja yang paling benar.

Sejatinya setiap orang boleh saja begitu, tetapi penting dicatat juga hak orang lain untuk yang sama.

Bahkan sebenarnya, orang yang tak punya agama sekalipun tak boleh dipersekusi dan musuhi. Selama ia sebagai warga negara wajib menghormati konstitusi dan UUD 1945.

Baca Juga: Memperingati Kematian Munir, Puan Cilacap : Kekerasan Terhadap Wanita Harus Dihentikan

Penting dicatat, toleransi itu adalah sunnah Allah. Artinya itu memang ada. Perbedaan itu merupakan suatu ketetapan Allah. Yang dianugerahkan pada manusia.

Terkait dalam agama, setiap warga negara bebas memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.

Untuk itu, tidak diperbolehkan setiap orang dipaksa untuk memeluk agama. Hal itu tertuang dalam QS al Baqarah/2:256:

لَا اهَ الدِّينِ

Artinya: Tidak adapaksaan dalam beragama.

Begitu juga dalam ayat lain, umpamanya Allah berfirman dalam QS Yūnus/;99;

لَوْ اءَ لَآمَنَ الْأَرْضِ لُّهُمْ ا النَّاسَ ا

Artinya: Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah percaya semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang tidak percaya semuanya?

Baca Juga: Syarat Sah Shalat dalam Kitab Fathul Muin

Kalau kita sebagai manusia, berbeda dengan orang lain, itu bukan aib atau bencana. Pada pasalnya, hakikat manusia itu diciptakan beragam.

Jangankan yang berbeda agama, kadang dalam saudara—kakak dan adik—, tampak ada perbedaan yang mencolok. Perbedaan itu adalah kekayaan bagi kemanusiaan.

Buya Syafii Maarif menyampaikan risalah agama. Bila sudah disampaikan dengan baik Pun dakwah sudah dikumandangkan sebaik mungkin, maka sudah cukup.

Baca Juga: Inilah Hukuman Selingkuh Menurut Agama Hindu

Mengingatkan bahayanya konflik yang mengatasnamakan agama. Sebut saja seperti di Ambon, beberapa tahun silam.

Agama dipakai untuk merusak dan memperparah keadaan. Agama memang barang yang cukup seksi untuk dijual. Pembelinya pun beragama, Ucapnya.

Jika sudah membawa agama, maka orang akan siap untuk mati, demi membela agamanya. Dengan demikian, konflik yang mengatasnamakan agama harus dihentikan di Indonesia.

Baca Juga: Mengenang 17 Tahun Kematian Munir, INSPIRA Bogor : Mana Berani Pak Jokowi

Konflik atas umat satu agama. kadang-kadang, orang yang berbeda mazhab dan fikih bertenggar. Bertindak bengis. Ini tentu hal yang tak baik bagi bangsa Indonesia.

Menurut Nya ketika terjadi bentrokan maka akarnya bisa dicari. Ia menilai akar muasalnya adalah ketidakadilan.

Yang menyebabkan manusia bermusuhan. Padahala dalam sila ke lima Pancasila kita kenal, keadilan sosial agi seluruh rakyat Indonesia.

Keadilan sosial itu suatu yang wajib. Itu adalah perwujudan sila pertama yang sebenarnya Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam bentuk rilnya dalam kehidupan masyarakat itu adalah keadilan.

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang punya filsafat yang tinggi sekali dan nilai luhur.

Inilah pekejaan besar bangsa ini—keadilan belum merata. Pendapatan belum merata. Kesenjangan sosial masih belum terlewati dengan baik.

Maka perjuangan masih panjang. Dan dalam perjuangan itu, dengan tidak memandang suku,bangsa, agama.

Dengan sikap toleransi kita bangun bangsa ini untuk jadi bangsa lebih baik dan bangsa lebih baik. Dan bangsa yang lebih makmur, pungkasnya.

Halaman:
1
2
3

Editor: Saepulloh

Tags

Rekomendasi

Terkini

Hikmah Zakat Dalam Islam

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Berikut Niat Zakat Fitrah Untuk Berbagai Keadaan

Jumat, 5 April 2024 | 06:00 WIB

Definisi Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Sejarah Syariat Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Beberapa Keutamaan Hari Raya Idul Fitri

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Makna dan Esensi Idul Fitri Menurut Ulama

Kamis, 4 April 2024 | 02:20 WIB

Jatuh dan Terluka, Apakah Puasa Menjadi Batal?

Rabu, 27 Maret 2024 | 12:55 WIB
X