Ungkap Latar Belakang dan Tujuan Rebo Wekasan

- Selasa, 5 Oktober 2021 | 08:43 WIB
Ketupat merupakan sajian makanan tradisi Rebo Wekasan di sebagian wilayah (Ayotasik.com)
Ketupat merupakan sajian makanan tradisi Rebo Wekasan di sebagian wilayah (Ayotasik.com)

Bogor Times- Rebo Wekasan istilah tradisi Islam di Nusantara  merupakan warisan dakwah wali songo yang hingga sampai saat ini masih bertahan di Indonesia.

Tradisi Rebo Wekasan juga merupakan tradisi yang diajarkan melalui akulturasi budaya menjadi sebuah tradisi yang harus di jaga.

Sebagian orang masih bertanya- tanya soal Rebo Wekasan, terlebih kaum milenial yang memang saat ini cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya di media sosial.

Baca Juga: Jangan Lakukan ini di Bulan Safar Jika Tidak Ingin Sial.

Jika kita menilik kebelakang masyarakat nusantara sejak zaman wali, memiliki kerangka berfikir unik dan cukup maju. Pola pikir ini dibuktikan dari kemampuan masyarakat zaman dulu dalam menyerap pemahaman islam yang substantif.

Cara berfikir yang demikian ini tidak mudah terjebak dengan simbol-simbol keagamaan yang sifatnya filosofis.

Dengan corak berfikir seperti ini memudahkan ajaran islam yang diakulturasikan dengan budaya lokal menjadi kekuatan dan keunikan tersendiri. Misalnya, tradisi Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan yang selalu dinantikan masyarakat pesisir jawa bagian utara.

Baca Juga: Sembilan Naga, Inilah Para Tokohnya
Peringatan Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan merupakan tradisi lokal dalam menolak bala. Keyakinan atas tradisi itu muncul dengan berbagai kebiasaan yang sudah dilakukan secara turun-menurun dalam diri masyarakat. Nah, tradisi ini merupakan bentuk dari penerimaan masyarakat dengan pola pikir yang tidak membuat terjebak pada simbolisme dalam agama.

Secara historis, menurut penelitian Nurozi menyatakan bahwa tradisi Rebo Wekasan ini dilatar belakangi pandapat Abdul Hamid Quds dalam kitab Kanzun Najah wa-Surur fi Fadhail al-Azminah wa-Shurur. Dalam kitab tersebut, setiap tahun pada hari rabu terakhir di bulan safar, Allah swt menurunkan 320.000 macam bala’ atau bencana ke bumi.

Saat itu juga, Rebo Wekasan lestari karena ada inti, yaitu bulan safar menjadi bulan bencana sekaligus menjadi bulan penyembuh. Namun, banyak orang juga yang melemahkan adanya tradisi tersebut karena dianggap menyimpang dari ajaran Islam.

Baca Juga: H.Oleh Soleh Sampaikan Permintaan kepada Wakil Walikota Dalam Musda DPD BKPRMI Kota Bogor
Meskipun begitu, bagi yang percaya dan yakin dengan tradisi tersebut karena sudah jelas ada dasar yang memberikan penguatan dan tujuannya tidak menyekutukan Allah swt.

Justru menjadikan Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan ini menjadi washilah (lantaran) untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan menolak bala’ atau musibah.

Tradisi ini sudah turun menurun dan diberbagai daerah banyak yang mengakomodir kebudayaan tersebut dijadikan sebuah pariwisata di daerah.

Tradisi ini memang sangat memiliki keunikan tersendiri, selain masih memiliki pegangan kuat terhadap ajaran islam dan juga menjadi lantaran untuk mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.

Tradisi Rebo Wekasan ini banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim jawa yang memiliki domisili di kawasan pesisir jawa. Selain menjadi tempat pertama proses penyebaran islam di Jawa juga menjadi basis orang-orang dengan corak beragama yang kosmopolit. Sekaligus memiliki keterbukaan atas tradisi yang berjalan beriringan dengan ajaran islam.

Halaman:

Editor: Mochammad Nurhidayat

Sumber: Pecihitam.org

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Jatuh dan Terluka, Apakah Puasa Menjadi Batal?

Rabu, 27 Maret 2024 | 12:55 WIB

Deretan Artis Gagal Nyalon Pileg 2024

Rabu, 13 Maret 2024 | 09:39 WIB

Hikmah Mengakhirkan Sahur saat Puasa Ramadhan

Selasa, 12 Maret 2024 | 13:13 WIB

Tidur Saat Romadhon Ibadah, Simak Maksudnya

Selasa, 12 Maret 2024 | 12:53 WIB

Penentuan Awal Ramadhan, Simak Pendapat Ulama

Jumat, 8 Maret 2024 | 22:40 WIB

Inilah Beberapa yang Membatalkan Puasa

Jumat, 8 Maret 2024 | 07:36 WIB

Inilah Keutamaan Puasa di Bulan Ramadhan

Rabu, 6 Maret 2024 | 22:31 WIB

Semangat Baru, Bali Kembali Gelar Bahtsul Masail

Senin, 4 Maret 2024 | 06:30 WIB

Keharaman Penentuan Harga hingga Kenaikan Bahan Pokok

Selasa, 27 Februari 2024 | 10:43 WIB
X