Maulid Rasulullah SAW: Perjuangan Tanpa Lelah, Mengikuti Perintah Nya.

- Sabtu, 9 Oktober 2021 | 15:17 WIB
m.youtube-istoyo (m.youtube-istoyo)
m.youtube-istoyo (m.youtube-istoyo)

BogorTimes - Tidak terasa kita kembali di Bulan Rabiul Awal atau Maulid Rasululullah SAW. Bulan Maulid adalah waktu istimewa dimana selama sebulan ummat Rasulullah SAW mengekpresikan dalam bentuk penghormatan mengadakan kebiasaan adat setempat dan menunjukkan rasa kasih sayang terhadap Nabi Muhammad SAW.

Di Bulan Rabiul Awal ini atau bulan Maulid menjadi penting untuk melakukan pengkajian dan perenungan atas kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW.

Di hari kelahiran Nabi kita akan tahu sebelum Nabi dilahirkan, saat masih belia, remaja hingga menikah dan berjuang menegakkan agama Islam.

Baca Juga: Kematian Yang Sangat Tragis Sang Mantan Santri.

Bulan Maulid adalah kesempatan membuka kembali sejarah Nabi Muhammad SAW tidak hanya sebatas seremonial, namun bagaimana mengisi hari-hari dengan penghambaan dan dedikasi semata lebih dari itu menghidupkan Ruh Islam menjadi agama yang mudah dianut kalangan beda keyakinan tanpa paksaan.

Mengapa Islam di negeri ini menjadi mayoritas, salah satu penyumbang utamanya adalah disampaikan dengan lemah lembut dan sarat dengan kasih sayang. Penduduk akhirnya berkenan untuk menjadi muslim bukan lantaran ancaman dan iming kebutuhan materi. Yang diberikan para wali dan kiai maupun ulama hingga guru langgar adalah menyentuh hati dan memberikan teladan. hal tersebut diambil dari akhlak Nabi Muhammad SAW.

Karenanya, di bulan Maulid atau Rabiul Awal ini harus menjadi perhatian bersama dan dimanfaatkan sebagai sarana mengingatkan kaum muslimin untuk terus meningkatkan Taqwa.Yang salah satu pengejawantahannya adalah menebar kasih sayang tersebut, apalagi di bulan Maulid.

Baca Juga: Nambah Koleksi Jabatan, Jokowi Mempercayakan Pimpinan Komite Kereta Cepat Bandung Jakarta Ke Luhut

Dengan demikian, momentum ini adalah saat penting untuk saling mengingatkan agar terus menjaga takwa dan berupaya menjadi muslim ideal.

Hari ini adalah waktu istimewa. Karena kita dipertemukan didalam aqidah yang sama tempat, yaitu mengharap Ridho Allah SWT. Tempat kita menengadah sekaligus menyadari kekurangan yang dimiliki dan pasrah kepadaNya. Demikian pula dengan dimensi berkah ini kita dapat dipertemukan dengan tetangga, sahabat, rekan dan saudara yang selama sepekan tidak bersua. Betapa banyak nilai yang terkadang justru tidak disadari atau malah dilupakan umat Islam. 

Oleh sebab itu, mari manfaatkan hal ini dengan baik. Yang salah satu perwujudannya adalah menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarangNya. Hal itulah yang disebut dengan taqwallah dan terus diingatkan. Dengan demikian semoga nilai ketakwaan kita semakin hari kian meningkat.

Baca Juga: Wow Said Didu Membeberkan Perusahaan Penerbangan Ladang Numpuk Dollar.

Hari ini, ternyata kita masih diberikan umur panjang dan memasuki bulan Rabiul Awal 1443 H atau bulan Maulid. Dan setiap tanggal 12 Rabiul Awal kita memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang sering disebut Maulid Nabi. Peringatan Maulid Nabi memang tidak diperintahkan secara khusus, baik oleh Al-Qur’an maupun hadits.

Peringatan ini baru diadakan untuk pertama kali ratusan tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yakni pada abad ke-7 hijriah di wilayah Irak sekarang atas perintah Raja Irbil bernama Muzhaffaruddin al-Kaukabri. Meski tidak ada perintah yang tegas, peringatan Maulid Nabi juga tidak ada larangan yang jelas. Sesuatu yang tidak ada perintah sekaligus tidak ada larangan boleh dilakukan. Hal ini dalam hukum Islam disebut mubah. Sesuatu yang mubah akan mendapatkan pahala apabila ada niat dan tujuan yang baik (ibadah), dilakukan dengan cara yang baik dan terbukti menghasilkan sesuatu yang baik.     

Nabi Muhammad SAW lahir dan dibesarkan dalam keluarga sederhana. Dari usia dini sudah yatim piatu. Ayahnya wafat ketika Nabi masih dalam kandungan. Usia 6 tahun, ibundanya wafat. Lalu disusul sang kakek juga wafat. Dan akhirnya diasuh paman, Abu Thalib

Baca Juga: Ramai Pengusungan Calon Ketua PBNU, Gus Nadir : yang Muktamar NU kenapa Mereka Ikut Heboh

Abu Thalib sendiri bukan orang kaya, padahal putranya banyak. Keadaan inilah yang menjadikan Muhammad kecil harus bekerja keras sejak belia untuk mencari nafkah. Muhammad pernah menjadi penggembala kambing. Juga kerap membantu pamannya berjualan di Syam. Yang terakhir ketika sudah dewasa bekerja sebagai buruh atau karyawan pada seorang janda bernama Khadijah. Pekerjaannya adalah menjalankan perdagangan di perusahaan janda tersebut. Dari hubungan seperti itulah kemudian menikah dengan Khadijah yang tak lain adalah majikannya sendiri. sebagaimana uraian tersebut, dapat kita temukan rekamannya dalam Surat Adh-Dhuha. Dalam ayat ke-3, Allah SWT berfirman:

   مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ   

 Artinya: Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. 

Allah sekali-kali tidak bermaksud meninggalkan Nabi Muhammad di waktu kecilnya. Tidak pula Allah bermaksud menelantarkan hidup sehingga harus bekerja keras mencari nafkah meskipun masih kanak-kanak. Juga, Allah SWT tidak bermaksud membencinya sehingga ketika masih dalam kandungan saja, sang ayah Abdullah sudah dipanggil menghadap Nya.

Baca Juga: Waspada Penipuan Bekedok Online Shop Murah, 5 Tips Cara Menghindarinya

Ketika usianya baru 6 tahun dan masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu, Aminah pun wafat. Belum hilang kesedihannya karena ditinggal ibunda, kakeknya pun menyusul wafat dua tahun kemudian. Sempurnalah sudah kesedihan dan penderitaan Muhammad sebagai seorang yatim piatu dengan meninggalnya ayah, ibu dan kakek untuk berpisah selama-lamanya.   

Dari semua penderitaan itu, tidak ada maksud Allah SWT menelantarkan, tetapi justru sedang mempersiapkan Muhammad menjadi seorang pemimpin besar kelak di kemudian hari. Seorang pemimpin harus peka terhadap kesulitan-kesulitan yang dipimpinnya dan dapat memberikan solusi dari kesulitan-kesulitan itu. Kepekaan seperti itu sulit dimiliki oleh para pemimpin yang tidak pernah mengalaminya sendiri kesulitan-kesulitan seperti itu. Dengan kata lain, Allah sesungguhnya menggembleng jiwa dan sikap mental Muhammad untuk menghadapi berbagai macam kesulitan dan tantangan berkaitan tugas kelak menjadi seorang nabi. Apalagi disiapkan dan ditetapkan oleh Allah SWT menjadi nabi terakhir hingga akhir zaman. Dalam ayat berikutnya, yakni ayat ke-4, Allah berfirman:

   وللاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى   

 Artinya: Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).   

Baca Juga: Kapolda Kalimantan Tengah Irjen Pol Dr Dedi Prasetyo Ancam TNI, Konten Meme Adalah hoaks

Dalam hidup ini yang terpenting adalah apa yang terjadi di akhir dan bukan di permulaan. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Maka bisa dimengerti Nabi Muhammad hidup dalam kesulitan di masa kecilnya karena semua kesulitan tersebut bermanfaat membentuk karakter menjadi seorang yang tangguh lahir dan batin, jiwa dan raga. 

Ketangguhan seperti itu memang sangat diperlukan kelak ketika Nabi Muhammad berdakwah menyampaikan wahyu dan kebenaran dari Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Kita semua tahu bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad SAW menghadapi banyak hambatan, gangguan dan bahkan ancaman pembunuhan dari berbagai pihak, terutama dari kelompok yang dipimpin Abu Jahal dan kawan-kawan. Tetapi semua hambatan, gangguan dan ancaman itu dapat dilalui dengan baik karena Nabi Muhammad SAW sudah terlatih menghadapi kesulitan-kesulitan sejak kecil.    

Baca Juga: Budayawan Bogor Protes Kebun Raya Bogor di Komersilkan, Pengelola Acuh Akan Tetap Jalankan Atraksi Lampu Glow

Buah dari penderitaan, kesulitan, dan perjuangan yang tanpa kenal menyerah memang luar biasa, yakni dalam waktu singkat yang hanya memakan waktu 23 tahun saja, Nabi Muhammad telah berhasil memiliki pengikut yang cukup banyak. Yakni berhasil mengubah masyarakat yang semula penyembah berhala menjadi beriman tauhid, yakni hanya menyembah kepada Allah SWT semata. Masyarakat telah berubah dari masyarakat yang semula menerapkan hukum rimba di mana yang dominan dan kuat akan selalu menjadi pemenang, menjadi masyarakat yang berdasarkan keadilan tanpa memandang latar belakang suku maupun status sosial.

Di dalam Islam memang semua manusia pada dasarnya sama karena mereka semua berasal dari asal usul yang sama, yakni Nabi Adam AS. Satu-satunya yang membedakan mereka hanyalah ketakwaan masing-masing kepada Allah SWT. Didalam Ayat 5 dari Surat Adh-Dhuha menyebutkan:

   وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى  

 Artinya: Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.   

Baca Juga: Dikomentari Sebagai Aktivis Politik, Natalius Pigai : Kalau Yenny Wahid Yang Ngomong Gak Bisa Saya Lawan

Allah SWT telah berjanji bahwa semua penderitaan, kesulitan dan susah payah Nabi Muhammad SAW dari waktu kecil hingga diangkat menjadi seorang nabi akan dibalas oleh Allah dengan keberhasilan yang cemerlang sebagaimana telah diuraikan. Atas keberhasilan itu Nabi Muhammad SAW bersyukur kepada Allah SWT. Berterima kasih tidak hanya atas keberhasilan dakwah, tetapi juga atas perlindungan Allah SWT sehingga meskipun seorang yatim piatu dapat meraih pertolongan untuk mendukung keberhasilan dakwah tersebut. Perlindungan ini sebagaimana dimaksud dalam ayat ke 6 sebagai berikut:

   أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ  

Artinya: Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?.   

Selanjutnya, ayat ketujuh dari Surat Adh-Dhuha menyebutkan:

   وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ   

Artinya: Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.   

Baca Juga: Belajar Dari Sahabat Abdurrahman bin Auf, ALLAH SWT Tak Bosan Memberikan Kejutan.

Sudah banyak diceritakan bagaimana kebingungan Nabi Muhammad ketika akan memasuki masa kenabiannya sehingga menyepi di Gua Hira’ untuk mencari jawaban dari apa yang sebenarnya sedang terjadi pada waktu itu. Di Gua Hira’ itulah Muhammad mendapatkan wahyu pertama kali yang diterimanya melalui malaikat Jibril AS.    
Ayat ketujuh itu diikuti dengan ayat kedelapan yang menyatakan:

   وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ   

Artinya: Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.   

Pada akhirnya keadaan ekonomi Nabi Muhammad mengalami perubahan dari kekurangan menjadi kecukupan. Abu Muhammad al-Husayn bin Mas'ud al-Baghawi dalam kitab tafsirnya berjudul Tafsir Al-Baghawi, halaman 456, jilid 8, menjelaskan bahwa Allah menjadikan kaya Nabi Muhammad SAW salah satunya dengan harta Khadijah. Artinya keadaan ekonomi Nabi Muhammad membaik setelah bekerja di perusahaan Khadijah dan kemudian meminta Muhammad menjadi suaminya.  

Baca Juga: Mengapa Kota Madinah Sangat Utaama? Sehingga Dijadikan Ibu Kota Islam.  

Dengan harta kekayaan itulah Nabi Muhammad SAW dapat membiayai dakwahnya karena Khadijah memang menyediakan dan merelakan harta kekayaannya digunakan suaminya untuk berjuang di jalan Allah. Khadijah adalah orang kedua setelah Nabi yang memeluk Islam sekaligus merupakan perempuan pertama yang masuk Islam. Maka bisa dimengerti Nabi Muhammad SAW sangat mencintai dan menghargai Khadijah yang telah berjasa besar dalam mendampingi dan mengembangkan dakwahnya. Dengan kata lain, keberhasilan dakwah Islam tidak lepas dari peran penting seorang perempuan kaya raya. Perempuan itu bernama Khadijah RA, istri pertama dan utama.***

Halaman:
1
2
3
4

Editor: Imam Shodiqul Wadi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Hikmah Zakat Dalam Islam

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Berikut Niat Zakat Fitrah Untuk Berbagai Keadaan

Jumat, 5 April 2024 | 06:00 WIB

Definisi Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Sejarah Syariat Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Beberapa Keutamaan Hari Raya Idul Fitri

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Makna dan Esensi Idul Fitri Menurut Ulama

Kamis, 4 April 2024 | 02:20 WIB

Jatuh dan Terluka, Apakah Puasa Menjadi Batal?

Rabu, 27 Maret 2024 | 12:55 WIB
X