Memperingati Kematian Munir, Puan Cilacap : Kekerasan Terhadap Wanita Harus Dihentikan

- Sabtu, 11 September 2021 | 11:48 WIB
ktivis Perempuan/ Rinda Rachmawat (Instagram)
ktivis Perempuan/ Rinda Rachmawat (Instagram)

Bogor Times - PC Inspira (Inisiator Perjuangan Ide Rakyat ) Cabang Bogor menggelar diskusi dalam rangka mengulas  kematian Munir, yang bertajuk Perjalanan 17 tahun Pemerintah terkait penegakan hukum di Indonesia. Via Aplikasi zoom meeting, 10/9/21.

Tidak hanya kasus Munir PC Inspira Cabang Bogor juga mengangkat isu kesetaraan gender dengan mengundang,Aktivis Perempuan/Founder Cilacap, Rinda Rachmawati, sebagai narasumber.

Kesetaraan gender di bumi ini masih minim, perempuan selalu di pandang sebelah mata dan di anggap lemah.

Padahal negeri ini tidak kekurangan perempuan - perempuan hebat, Seperti :

R Dewi Sartika, Perempuan kelahiran Bandung Jawa Barat ini , Pendiri sekolah khusus perempuan pertama di Hindia Belanda. Atas jasanya tersebut, pemerintah Hindia Belanda menganugerahi medali Orde Van Oranje-Nassau.

Rahma El Yunisiyah, pendiri pertama madrasah diniyah putri di usia 23 tahun dan mendapatkan gelar kehormatan Syekhak oleh Universitas Al-Azhar Mesir atas ide dan pemikirannya.

Roehana Koeddoes, Kakak dari Sultan Syahrir ini merupakan wartawan perempuan pertama di Indonesia. Tak hanya menjadi wartawan, Roehana juga aktif di dunia pendidikan dengan mendirikan sekolah.

Baca Juga: 17 Tahun Berlalu Dalang Pembunuhan Munir Belum Terungkap, Imparsial : Ini Degradasi Keamanan Demokrasi


Martha Christina Tiahahu, di usia remaja 17 tahun sudah terjun langsung ke medan perang melawan tentara Belanda, dan masih banyak perempuan - permpuan hebat lainya.

Tetapi sampai saat ini perempuan masih dianggap Bagi sebagian kalangan perempuan masih dianggap warga kelas dua. Perempuan dianggap tidak memiliki kemampuan atau tidak berkompeten baik di bidang politik atau di bidang yang lainya yang domoinan di huni laki - laki ,Padahal perempuan juga memiliki peran sebagaimana laki-laki.

Menurut Rinda tantangan yang dihadapi perempuan adalah masalah budaya maupun ketidak percayaan diri.karena doktrin yang turun temurun bahwasanya kodrat perempuan itu, berdiam diri dirumah melayani suami dan mengurus anak.Sehingga diperlukan perubahan paradigma dalam memandang budaya yang mana dapat meletakkan wanita sejajar dengan pria.

"Tangtangan bagi perempuan bukan hanya berbenturan dengan budaya tetapi dengan diri sendiri yang tidak percaya diri, karena doktrin yang turun temurun kalau perempuan itu tugasnya cuma di sumur,di dapur dan di kasur, ngurus anak dan suami. Sehingga perlu perubahan paradigma dalam memandang budaya yang dapat mletakan wanita sejajar dengan pria," Ungkapnya.

Menurut Pelopor Puan Cilacap ini, Untuk menumbuhkan kepercayaan dari perempuan,bisa dimulai dari Kesetaraan gender yang ditanamakan di ruang lingkup sosial yang terkecil yaitu di dalam keluarga sendiri, dengan memberikan kesempatan pendidikan yang setara, dan menciptakan suasana yang kondusif dalam berbagai kegiatan.

Baca Juga: Sekolah Islam Gender (SIG) Komisariat UIKA PC PMII Kota Bogor Cetak Aktifis Perempuan Berkualitas

"Kesetaraan gender dapat ditanamkan mulai dari lingkup sosial terkecil yaitu keluarga dengan memberikan kesempatan pendidikan yang setara dan menciptakan suasana yang kondusif dalam berbagai kegiatan, yang akan menumbuhkan kepercayaan diri wanita dalam berbagai kiprahnya,".Ungkapnya

Disamping belum terciptanya kesetaraan gender, kader PMII Kab Bandung ini, Menuturkan masih banyak kasus kekerasan baik itu kekerasa seksual, ataupun KRDT yang dialami perempuan di negeri ini. Disaat masa pandemi ini belum genap dua tahun sudah ada 4.900 Kasus kekerasan yang dialami perempuan. bahkan 2021 hanya butuh waktu enam bulan Januari - Juni kasus kekerasan terhadap perempuan menacapai 2500 kasus, mengalahkan 2020 satu tahun 2400 kasus.

"Kasus kekerasan terhadap perempuan di Indoensia ini melonjak mengikuti hampir bersaing dengan jumlah kematian karena Covid - 19, 2500 kasus hanya kurun enam bulan saja, mengalahkan tahun kemarin (2020), mencapai 2400 kasus itu juga naik 68 persen dari tahun sebelumnya (2019)," Ucap Aktivis Cantik Asal Cilacap ini.

Untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan Rinda berpendapat, perlu keseimbangan peran antara perempuan dan laki - laki, mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Mendampingi yang menjadi korban kekerasan seksual, memulihkan korban, dan menindak pelaku seadil - adilnya, dan edukasi pelatihan Gender Training, Storytelling, dan Data Gathering dengan peserta pelatihan dari generasi muda diharapkan dapat membekali skill yang penting untuk jadi dasar bagaimana memahami kesetaraan gender.

Baca Juga: Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Bogor Lakukan Pembinaan ke Sekolah Taman Kanak-kanak dan Kecamatan

"Perlu ada kesimbangan antara peran perempuan dan laki - laki, mempunyai hak dan kewajiban yang sama, dan kita juga sebagai aktivis harus mendampingi korban dari mulai memulihkan traumatik yang di alami korban, mengadvokasi untuk menindak pelaku, dan membekali para generasi muda dengan pelatihan Gender Training, Storytelling, dan Data Gathering untuk jadi dasar bagaimana memahami kesetaraan gender. tuturnya.

Perlu diketahui banyak kasus yang menimpa perempuan yang belum terselesaikan bahkan tidak di ungkap sama sekali, dari mulai Marsinah yang tidak ada kabar,ratusan wanita tionghoa yang menjadi korban pemerkosaan 98, Pemerkosaan yang dilakukan anak pejabat di bekasi,dan masih banyak lagi kasus kekerasan terhadap perempuan tetapi negara seakan diam. Lalu dengan bangganya kita mengakatan ini negara demokrasi.

 

 

 

Halaman:
1
2

Editor: Muhammad Syahrul Mubarok

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

5 Doa Pilihan yang Cocok Dibaca Selama Ramadhan

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Gudang Peluru Meledak, Musibah Atau Rekayasa?

Sabtu, 30 Maret 2024 | 23:41 WIB

Berani, Pengusaha Ilegal Tantang Camat Cariu

Sabtu, 30 Maret 2024 | 06:00 WIB
X