Baca Juga: Bak Terdengar Piring Pecah, MUI Harus Belajar dari Kisah Laila Majnun
Karakter sebagai modal pembentuk pribadi yang baik, bijaksana, bertanggung jawab, jujur, dan dapat menghargai satu sama lain.
“Penguatan karakter ini harus dimasifkan melalui aktivitas yang real,” ujar pria pemilik disertasi berjudul Manajemen Strategik Implementasi Program Sekolah Ramah Anak untuk Pengembangan Akhlak Mulia Peserta Didik Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (Studi Kasus di SMP 52 dan MTsN 34 Jakarta) itu.
Ia berpandangan, penguatan pendidikan karakter ini digalakkan karena perkembangan zaman serta teknologi yang semakin cepat.
Sehingga perlu penguatan dari dalam diri individu agar dapat terus berkembang tanpa adanya distorsi terhadap kebudayaan asli Indonesia.
“Pendidikan karakter juga menjaga agar pribadi bangsa tetap dalam karakter bangsa Indonesia,” jelas Aris.
Dalam hal ini, lanjut dia, kolaborasi stakeholders pendidikan menjadi penting untuk menguatkan identitas karakter bangsa timur, dengan akhlak mulia dan kearifan lokal.
Baca Juga: Menkue Sri Mulyani: Integrasi NPWP ke NIK, Bentuk Upaya Pemerintah Menyederhanakan Pajak Mulai 2023.
Sebab, cara yang tepat untuk menumbuhkan pendidikan karakter diawali dengan pemahaman bahwa masa depan anak ada di tangan pengajar.***