Harga Ayam Naik Hingga Rp 43 RIbu, Omset Pedagang Turun Drastis

- Rabu, 12 Januari 2022 | 16:58 WIB
Harga ayam naik. (Pixabay)
Harga ayam naik. (Pixabay)

Bogor TImes- Kenaikan harga komoditas daging ayam mengalami kenaikan. Al Hasil, tingginya harga ayam membuat omset pedagang menurun.

Di Majalengka, harga daging ayam  alami kenaikan sebesar Rp 3.000 atau menjadi Rp 43.000 per kg. Kenaikan harga ini cukup membingungkan para pedagang daging ayam eceran di pasar tradisional karena dengan kenaikan harga mengakibatkan omset penjualan semakin menurun.

Menurut keterangan pada pedagang gading di Pasar Sindangkasih dan Kadipaten, kenaikan harga sebesar Rp 3.000 ini mulai terjadi pada Rabu 12 Januari 2022 pagi.

Baca Juga: Jadi Kapolres Bogor, Iman Imanudin Dapat Respon Positif Dari Organisasi Kemahasiswaan dan kepemudaan

Karena hari sebelumnya harga daging ayam masih diangka Rp 40.000 per kg.

Pemberitahuan terjadinya kenaikan harga daging dari distributor atau pengusaha pemotongan ayam baru dilakukan pagi hari saat pengiriman ayam dilakukan.

“Haduh pedagang di pasar hanya ketiban bingungnya, harga naik, omset terus berkurang,” ungkap Mimin salah seorang pedagang daging ayam.

Baca Juga: Pihak Bank Tutup Mata, PKH Berbulan-bulan Tunggu Pencairan PKH

Dengan kenaikan harga tersebut menurutnya, penurunan omset hampir setengahnya dari biasanya.

Jika biasanya omset penjualan mencapai 1 kg lebih ditambah ayam kampung sebanyak 50 kg yang jarganya telah mencapai Rp.75.000 per kg, kini omset penjualan hanya sekitar 60 kg untuk ayam broiler dan 23 ekor Hal senada disampaikan Een pedagang daging ayam di Kadipaten, dia mengaku terus menurunkan jumlah penjualannya karena khawatir daging tersisa sementara daging tidak bisa dikembalikan kepada distributor.

Ketika daging tidak laku dijual dia terpaksa harus memasaknya dan menjualnya di rumah diedarkan kepada tetangga atau dijual melalui grup WA di lingkungan pemukimannya.

Baca Juga: Delapan Belas Tahun Pemekaran, Pemerintahan Kecamatan Tanjungsari Masih Dikuasai Warga Kecamatan Cariu

“Daging sering tersisa, kalau jualan sampai sore, daging bau tidak akan laku dijual. Jadi ketika sudah siang langsung pulang dan daging yang tersisa di masak atau dijual mentah ke tetangga yang butuh,” kata Een.

 Sedangkan Ika pedagang daging ayam lainnya kini terpaksa berhenti berjualan setelah harga terus meroket dan penjualan lesu. Dia mengaku sudah lima hari berhenti berjualan karena penjualan sepi.

“Liren heula lah da sepi, pami teu pajeng pan teu tiasa diuihkeun, tungtungna di pasak. Kedahna untung malah rugi margi sesana seueur (Berhenti dulu berjualan karena sepi, kalau barang tidak laku tidak bisa dikembalikan, akhirnya di apsak buat keluarga. Yang seharusnya berjualan meraup untung ini malah rugi karena barang tersisa banyak),” ungkap Ika.

Halaman:

Editor: Usman Azis

Sumber: Pikiran Rakyat, Pikiran Rakyat

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

TV NU Siarkan Pelaporan SPT Wajib Pajak

Rabu, 27 Maret 2024 | 18:48 WIB

Ramadhan, Waktu Terbaik Membaca Al Quran

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:15 WIB

Jasad Pria Misterius Gegerkan Warga Karawang

Selasa, 19 Maret 2024 | 23:50 WIB
X