Tingkatan Sabar Menurut Syekh Ibnu Abid Dunya

- Rabu, 18 Mei 2022 | 10:40 WIB
Ilustrasi Sabar (Pixabay.com)
Ilustrasi Sabar (Pixabay.com)

مَا مِنْ عَبْدٍ وَهَبَ اللَّهُ لَهُ صَبْرًا عَلَى الْأَذَى، وَصَبْرًا عَلَى الْبَلَاءِ، وَصَبْرًا عَلَى الْمَصَائِبِ، إِلَّا وَقَدْ أُوتِيَ أَفْضَلَ مَا أُوتِيهِ أَحَدٌ، بَعْدَ الْإِيمَانِ بِاللَّهِ   Artinya, “Setiap kali Allah menganugerahi kesabaran pada hamba-Nya, baik atas rasa sakit, malapetaka, dan musibah, pasti juga memberinya yang labih baik dari (ganjaran) keimanan itu sendiri”. (as-Shabru wa Tsawâb ’alaihi hal. 28)  

Kalam at-Taimiy di atas, mengajarkan kita bahwa mempertahankan keimanan jauh lebih penting dari pada keimanan itu sendiri. Segala bentuk kesusahan dan derita yang dirasakan umat adalah ujian keimanan dari Allah. Mengingat, iman yang hakiki yaitu iman yang tak lekang waktu, tempat dan kondisi; suka ataupun duka, lapang atau sempit. Sungguh, nasihat yang besar.   Imam Ali bin Abi Thalib pernah memberi analogi keimanan. Ia berkata:  

أَلَا إِنَّ الصَّبْرَ مِنَ الْإِيمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ، فَإِذَا قُطِعَ الرَّأْسُ بَادَ الْجَسَدُ، ثُمَّ رَفَعَ صَوْتَهُ فَقَالَ: أَلَا إِنَّهُ لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا صَبْرَ لَهُ  

Artinya, “Ingatlah! Sabar mempertahankan keimanan layaknya kepala dalam satu tubuh. Bila dipenggal, habislah tubuh itu... Kemudian Sayyidina Ali mengangkat suaranya, dan menyampaikan, Ingatlah! Sungguh, tiada iman bagi yang tak memiliki kesabaran”. (as-Shabru wa Tsawâb ’alaihi hal. 24)   Jadi, kendatipun sabar memiliki tingkatan, dari yang paling rendah sampai yang tertinggi, namun sejatinya bukan tentang tingkatan. Tetapi soal misi mempertahankan keimanan. Terkait tingkatan sabar, itu hanya indikasi dari tingkat keimanan seseorang.   Terakhir, saya akan menutup tulisan singkat ini dengan syair Imam al-Husain bin Abdurrahman tentang sabar yang berbunyi:  

ا لَمْ امِحْ الْأُمُورِ ... لَيْكَ امِحْ اخْرِجِ الْعُسْرَ الْيُسْرِ لَمْ لِلْبَلَاءِ مِنَ التُّقٰى ... لَمْ أَرَ لِلْمَكْرُوهِ أَشْفَى الصَّبْرِ  

Artinya, “Bila engkau tak berlapang dada menghadapi segala sesuatu, tentu akan mempersulit dirimu, maka lapangkanlah dadamu dan permudahkanlah setiap kesulitan ... Belum pernah kutemukan hal yang paling komplet menghadapi malapetaka selain takwa, belum juga kudapati sesuatu yang paling ampuh obati berlawanan dengan sabar ” (as-Shabru wa Tsawâb 'alaihi hal. 45).

Wallahu a'lam bisshawab.    

Ahmad Dirgahayu Hidayat, alumni sekaligus pengajar di Pondok Pesantren Ma'had Aly Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur. ****

Halaman:

Editor: Ahmad Fauzi

Sumber: NU Online

Rekomendasi

Terkini

5 Doa Pilihan yang Cocok Dibaca Selama Ramadhan

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Gudang Peluru Meledak, Musibah Atau Rekayasa?

Sabtu, 30 Maret 2024 | 23:41 WIB

Berani, Pengusaha Ilegal Tantang Camat Cariu

Sabtu, 30 Maret 2024 | 06:00 WIB
X