Sejarah Malam Jumat, Sisi Lain Manusia dan Keangkuhan

- Kamis, 26 Mei 2022 | 22:48 WIB
Jumat. (Bogor Times)
Jumat. (Bogor Times)

Bogor Times-Sejarah Penamaan Hari Jumat, Muasal Terkikisnya Keangkuhan Manusia Halimi Zuhdy Jumat, 14 Desember 2018 | 08:00 WIB BAGIKAN: Nama-nama hari pada masa Arab Jahiliyah adalah; Syiyar (Sabtu), Awwal (Ahad), Ahwan (Senin), Jubar (Selasa), Dubar (Rabu), Mu’nis (Kamis), dan ‘Arubah (Jumat).

Hari-hari ini merupakan tahap kedua, yang sebelumnya mereka membuat nama-nama hari, pertiga hari dalam satu bulan, misalnya; tanggal 1-3 disebut dengan Gharar, setelahnya dinamakan; Samar (4-6), Zahar (7-9), Darar (10-12), Qomar (13-15), Dara' (16-18), Dholam (19-21), Tsalatsu Anadis (22-24), Tsalatsu Dawari (25-27), dan Tsalatsu Muhaq (28-30).   Setelah Islam


datang, nama-nama di atas berubah, di antaranya adalah nama hari 'Arubah, menjadi hari Jumat. Penamaan hari Arubah, sebelum menjadi hari Jumat, menurut Ibnu Abdul Bar, karena hari itu adalah hari; berbangga-banggaan, kepongahan, bergagah-gagahan, berhias, dan kasih sayang.   أن يوم العروبة آت من جذرين، الأول عرب، وهو الانكشاف والظهور والثاني بمعنى التزين والتودد Dan dalam beberapa kajian, hari itu ('Arubah), adalah hari di mana orang Arab menampilkan; hasil karyanya (puisi), hasil perdagangannya, temuan sihirnya, dan lainnya. Yang hari sebelumnya, mereka berlomba-lomba mencari inspirasi, berdagang dengan strategi, dan berlatih menguapkan sihirnya.   Ketika Islam datang, dan turun Ayat Allah: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat Jumat (Jumu'ah) maka bersegeralah mengingat Allah” (Q.S Al-Jumu’ah: 9). Sehingga, mereka yang menjadikan hari 'Arubah sebagai ajang pamer sihir, puisi, dan harta, menjadi hari yang penuh dengan keimanan, hari mendekatkan diri kepada Allah, dan menjadi hari persatuan umat, serta ajang silaturahim akbar. Baca juga: Umar bin Abdul Aziz dan Tradisi Caci Maki di Mimbar Khutbah Hari Jumat, disebut "Sayyidul Ayyam", tuannya dari hari-hari, karena di dalamnya dipenuhi dengan keberkahan, keluarbiasaan, dengan sejarah panjangnya.   Kata "Jum'at" dalam Kamus Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Ma'ashir dapat dibaca tiga; "Jumuah", "Jum'ah" dan "Jumaah".   جُمْعَة، جُمَعَةً، جُمُعَة: جمع جُمْعات وجُمَعات وجُمُعات وجُمَع : أسبوع :- قضينا جمعة كاملة في القرية Namun, cara baca yang paling banyak digunakan adalah kata "Jumu'ah". Menurut Imam al-Farra', Dengan tiga bacaan di atas adalah merupakan sifat hari, artinya berkumpulnya manusia, seperti "Humazah" yang bermakna "mengumpulkan". Sedangkan bahasa Indonesia menyerap kata tersebut menjadi "Jum'at" , takhfif, dengan men-sukun-kan Mim-nya.   Ada banyak pendapat tentang asal menamaan kata "Jum'at". Ada yang mengatakan, disebut "Jum'at" karena sempurnanya penciptaan yang dihimpun pada hari itu, sebagaimana pendapat Imam Abu Hanifah dan Ibnu Abbas.    Pendapat lain, karena pada hari itu, berkumpulnya orang-orang di Masjid besar (Jami') untuk shalat Jum'at. Ada pula yang berpendapat, Allah mempertemukan Adam dan Hawa di bumi pada hari itu.   Ada pendapat lain yang dinilai lebih shahih, sebagaimana dalam kitab Nailul Autar dan Fathul Bari, yang diriwayatkan oleh Hadis Riwayat Ahmad, jilid 2 (113) adalah Allah Ta’ala menghimpun penciptaan Nabi Adam AS pada hari itu. Pendapat ini berdasarkan riwayat dari Nabi saw; ketika beliau ditanya, “Mengapa dinamakan hari Jumat?” Beliau bersabda, “Karena pada hari itu, tanah liat ayah kalian, Adam, dicetak. Pada hari itu, kiamat dan kebangkitan terjadi. Pada hari itu pula, kehancuran melanda. Di akhir tiga waktu pada hari itu, ada satu waktu, barang siapa yang berdoa kepada Allah pada waktu itu pasti doanya dikabulkan.”   Menurut salah satu pendapat, bahwa orang pertama kali yang memberi nama hari Jumat adalah Ka’ab bin Lu’ai. Tatkala itu, orang-orang Quraisy berkumpul mendatanginya pada hari itu, kemudian ia berkhutbah dan menyampaikan wasiat taqwa,memberikan pelajaran kepada mereka.   وكعب بن لؤي الجَمْعة يوم اجتماعهم للصلاة جماعة. ومن هنا جاء تقديسهم لهذا اليوم. أول من جمع يوم العروبة. وكانت قريش تجتمع إليه في هذا اليوم، فيخطبهم ويذكرهم بمبعث النبي. وقيل: بل سمي يوم الجمعة لأن قريشاً كانت تجتمع فيه إلى قصيّ في دار الندوة، ولذلك كانوا يفتحون فيه الجيم بمعنى التآلف والاجتماع. وفي الإسلام صار يوم. Hari Jumat tidak sekadar nama, ia adalah waktu penyatuan umat, penguatan visi dan misi (buktinya, ketika khatib sudah membacakan khutbahnya, jamaah dilarang berbicara), serta penguatan jalinan silaturahim antar-hamba Allah dalam satu keimanan dan peningkatan ketaqwaan sebagaimana pesan dalam khutbah Jumat, dan tidak hanya memikirkan dunia yang fana belaka (wadzarul bai').   Walau hari Jumat mengganti hari Arubah, numun karena kadar keimanan dan ketaqwaan itu berbeda, maka keangkuhan tak akan pernah terkikis habis. Hasad, dengki, pamer, sombong akan selalu hadir, sepanjang sejarah manusia masih tercatat di muka bumi.    Allahu'alam bissawab.   Ustadz Halimi Zuhdy, Dosen Bahasa dan Sastra Arab UIN Malang; Khadim Pondok Pesantren Darun Nun Malang   Referensi:  Ruhul al-Ma'ani, Mu'jam Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Ma'shirah, Raghib aS-Sirjani, Ta’arraf ‘ala Asma al-Ayyam wa asy-Syuhur fi Jahiliyah, Shubhul A'Sya, al-Ayyam wa Layali. Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia. TAGS: jumat khutbah jumat BAGIKAN: TERKAIT Sejarah dan Dalil Disyariatkannya Shalat Jumat Jumat Berapa Jumlah Rakaat Shalat Qabliyyah dan Ba’diyyah Jumat? Jumat Hukum Meninggalkan Jumat karena Ketiduran Jumat Hukum Jumatan dengan Tujuan Pamer Jumat Khutbah Jumat, Sebaiknya Panjang atau Pendek? Jumat Jumatan adalah Hajinya Orang-orang Fakir Jumat JUMAT LAINNYA Hukum Meninggalkan Tiga Kali Shalat Jumat Jumat Khatib Tak Penuhi Syarat atau Rukun Khutbah, Wajibkah Shalat Jumat Diulang? Jumat Usai Shalat Jumat Imam Ketahuan Berhadats, Jumatan Wajib Diulang? Jumat Awal Mula Keutamaan Sunnah Rasul Malam Jumat Jumat Hukum Imam Shalat Jumat Membaca Selain Surat yang Dianjurkan Nabi Jumat Terlambat Shalat Jumat, Apakah Tidak Dapat Pahala? Jumat Musafir yang Bebas Shalat Jumat Jumat Enam Aktivitas Utama di Hari Jumat bagi Perempuan Jumat Sejarah dan Keistimewaan Shalat Jumat Jumat Keutamaan Sedekah di Hari Jumat Jumat REKOMENDASI Sejarah Penamaan Hari Jumat, Muasal Terkikisnya Keangkuhan Manusia Jumat Khutbah Jumat: Haji Tertunda, Niat Harus Tetap Terjaga Khutbah Kritik Gus Baha’ kepada Mereka yang Minta Didoakan Hajinya Mabrur Haji, Umrah, dan Kurban Tafsir Surat An-Nisa Ayat 11 Tafsir Keutamaan Berangkat Shalat Jumat Lebih Awal Jumat Khutbah Jumat: Momen Berbenah Diri Pasca-Ramadhan Khutbah Tabel 99 Asmaul Husna dan Artinya Ubudiyah Panduan Lengkap Membayar Fidyah Puasa: Cara, Niat, Takaran, hingga Penyaluran Ramadhan Lima Keutamaan Puasa Sunnah Syawal Puasa TOPIK Kisah-Kisah Nabi Isa Penjelasan soal Wakaf dalam Islam Biografi para Imam Mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah Kumpulan Artikel Amalan Bulan Syawal Khutbah Jumat Bulan Syawal atau Pasca-Ramadhan Islam Peduli Hak Kaum Difabel Nazar dalam Pandangan Islam Kumpulan Khutbah Idul Fitri Terfavorit Penjelasan Lengkap soal Zakat Fitrah Penjelasan Lengkap seputar Lailatul Qadar 

Dan dalam beberapa kajian, hari itu ('Arubah), adalah hari di mana orang Arab menampilkan; hasil pencapaian (puisi), hasil perdagangannya, temuan sihirnya, dan lainnya. Yang hari sebelumnya, mereka berlomba-lomba mencari inspirasi, berdagang dengan strategi, dan berlatih menguapkan sihirnya. Ketika Islam datang, dan turun Ayat Allah: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat Jumat (Jumu'ah) maka bersegeralah mengingat Allah” (Q. S Al-Jumu'ah: 9).

Sehingga, mereka yang menjadikan hari 'Arubah sebagai ajang pamer sihir, puisi, dan harta, menjadi hari yang penuh dengan kebahagiaan, hari mendekatkan diri kepada Allah, dan menjadi hari persatuan umat, serta ajang silaturahim akbar.

Jumat, "Sayyidul Ayyam", tuannya dari hari-hari, karena di dalamnya dipenuhi dengan berkah, keluarbiasa, dengan sejarah panjangnya. Kata "Jum'at" dalam Kamus Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Ma'ashir dapat dibaca tiga; "Jumuah", "Jum'ah" dan "Jumaah".

: ات ات ات : :- ا املة في القرية

Namun, cara baca yang paling banyak digunakan adalah kata "Jumu'ah". Menurut Imam al-Farra', Dengan tiga bacaan di atas adalah sifat-sifat hari, artinya berkumpulnya manusia, seperti "Humazah" yang bermakna "mengumpulkan". Sedangkan bahasa Indonesia menyerap kata tersebut menjadi "Jum'at", takhfif, dengan men-sukun-kan Mim-nya. Ada banyak pendapat tentang asal menamaan kata "Jum'at".

Ada yang mengatakan, disebut "Jum'at" karena sempurnanya penciptaan yang dihimpun pada hari itu, sebagaimana pendapat Imam Abu Hanifah dan Ibnu Abbas. Pendapat lain, karena pada hari itu, berkumpulnya orang-orang di Masjid besar (Jami') untuk shalat Jum'at.

Ada pula yang berpendapat, Allah mempertemukan Adam dan Hawa di bumi pada hari itu. Ada pendapat lain yang dinilai lebih shahih, sebagaimana tertulis dalam kitab Nailul Autar dan Fathul Bari, yang diriwayatkan oleh Hadis Riwayat Ahmad, jilid 2 (113) adalah Allah Ta'ala menghimpun penciptaan Nabi Adam AS pada hari itu. Pendapat ini berdasarkan riwayat dari Nabi saw; ketika beliau ditanya, “Mengapa Mulus Hari Jumat?”

Beliau bersabda, “Karena pada hari itu, tanah liat ayah kalian, Adam, dicetak. Pada hari itu, hari itu dan kebangkitan terjadi. Pada hari itu pula, kehancuran melanda. Di akhir tiga waktu pada hari itu, ada satu waktu, barang siapa yang berdoa kepada Allah pada waktu itu pasti doanya dikabulkan.”

Menurut salah satu pendapat, bahwa orang pertama kali yang memberi nama hari Jumat adalah Ka'ab bin Lu'ai. Tatkala itu, orang-orang Quraisy berkumpulnya pada hari itu, kemudian ia berkhutbah dan menyampaikan wasiat taqwa,memberikan pelajaran kepada mereka.

لؤي الجَمْعة اجتماعهم للصلاة اعة. ا اء لهذا ال. ل ال. انت ليه ا اليوم، ال. ل: ل الجمعة لأن اً انت لى ار الندوة، لذلك كانوا الجيم التآلف الاجتماع. الإسلام ا .

Hari Jumat tidak menunjukkan nama, ia adalah waktu penyatuan umat, memperkuat visi dan misi (buktinya, ketika khatib sudah membacakan khutbahnya, jamaah dilarang berbicara), serta mendukung jalinan silaturahim antar-hamba Allah dalam satu cara dan peningkatan ketaqwaan sebagaimana pesan dalam khutbah Jumat, dan tidak hanya gagasan dunia yang fana belaka (wadzarul bai').

Walau hari Jumat mengganti hari Arubah, numun karena kadar keinginan dan ketaqwaan itu berbeda, maka keangkuhan tak akan pernah terkikis habis. Hasad, dengki, pamer, sombong akan selalu hadir, sepanjang sejarah manusia masih tercatat di muka bumi. Allahu'alam bissawab.***

Halaman:

Editor: Ahmad Fauzi

Rekomendasi

Terkini

5 Doa Pilihan yang Cocok Dibaca Selama Ramadhan

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Gudang Peluru Meledak, Musibah Atau Rekayasa?

Sabtu, 30 Maret 2024 | 23:41 WIB

Berani, Pengusaha Ilegal Tantang Camat Cariu

Sabtu, 30 Maret 2024 | 06:00 WIB
X