Tembakau dan Cerutu, Sejarah Bangsa Maya 250 SM

- Rabu, 20 Juli 2022 | 09:38 WIB
Tembakau dan Cerutu (Boks/Bogor Times)
Tembakau dan Cerutu (Boks/Bogor Times)

Bogor Times- Bagi para pecinta tembakau, pasti mengenal cerutu.  Cerutu baru disebut berkualitas premium bila telah memiliki usia yang cukup tua. 

Cerutu terbaik sangat mahal harganya. Terdapat banyak alasan mengapa cerutu berbaderol lebih mahal daripada rokok. 

Salah satunya karena seluruh proses pembuatan cerutu dikerjakan secara manual, menggunakan tangan. Bukan seperti rokok yang diproduksi massal dengan mesin pabrik.

Baca Juga: Polisi Depok Takut Tangkap Kawanan Maling di Perumahan Sulambayang View Yang Dibekingi Orang Kuat
Selain itu, cerutu juga perlu disimpan dalam kondisi khusus, yaitu pada suhu 18-19⁰ Celcius dengan kelembaban udara tak lebih dari 50%.

Pada abad ke-16, pelaut Christopher Columbus dan anak buahnya melihat bangsa Indian merokok lintingan daun-daunan terbungkus kulit jagung dan daun palem.

 Gambaran paling dapat dipercaya sebagai bukti aktivitas merokok orang zaman dahulu ada pada keramik Bangsa Maya yang hidup pada 250 SM.

Baca Juga: UAD FAIR Asah Skill dan Jiwa Enterpreneurship Mahasiswa
Sedangkan catatan resmi pertama mengenai tembakau dan aktivitas merokok ada dalam tulisan Raja Inggris, James I.

“Kebiasaan memuakkan, buruk bagi mata, dibenci oleh hidung, berbahaya bagi otak, ancaman terhadap paru-paru.” Demikian komentar sang raja tentang perkenalannya dengan rokok yang dia tulis dalam Counterblaste to Tobacco.

Namun, seorang dokter asal Spanyol, Nicolas Monardes, mengklaim bahwa kandungan tembakau dalam rokok dan cerutu punya efek menenangkan dan menghilangkan rasa sakit.

Baca Juga: UAD FAIR Asah Skill dan Jiwa Enterpreneurship Mahasiswa

Pada akhir abad ke-16 itu juga, aktivitas merokok telah meluas di berbagai benua. Penggunaannya terutama dengan pipa yang terbuat dari tanah liat.  

Begitu kepopuleran rokok mencapai benua Asia, bangsa Asia segera berkreasi menggunakan bahan-bahan lokal. Jadilah pipa yang terbuat dari kayu, bambu, bahkan giok dan porselen yang merupakan batu berharga.

Bangsa Arab memodifikasi aktivitas merokok dengan penggunaan tabung berisi cairan yang masih popular hingga sekarang. Kita mengenalnya sebagai Shisha.
Berbeda dengan saudaranya yang semakin naik kelas begitu dikenal orang, sejarah kemunculan rokok sedikit berbeda.

Baca Juga: Usai Rp 3,3 Triliun Digelontorkan, BOS Madrasah Tahun Ini Rp 2,5 Triliun Kembali Disalurkan

Seorang pengemis di Spanyol memunguti puntung-puntung cerutu yang dia temukan di jalan. Sisa-sisa tembakau tersebut dia hancurkan, kemudian gulung kembali dengan rapi dalam potongan kertas.

Halaman:

Editor: Ahmad Fauzi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

5 Doa Pilihan yang Cocok Dibaca Selama Ramadhan

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Gudang Peluru Meledak, Musibah Atau Rekayasa?

Sabtu, 30 Maret 2024 | 23:41 WIB

Berani, Pengusaha Ilegal Tantang Camat Cariu

Sabtu, 30 Maret 2024 | 06:00 WIB
X