Kebid'ahan Ilmu Tajwid, Tidak Ada di Zaman Nabi

- Senin, 1 Agustus 2022 | 21:09 WIB
Tajwid (Azis/Bogor Times)
Tajwid (Azis/Bogor Times)

Dari sinilah, ilmu yang membahas secara khusus perihal cara membaca Al-Qur’an dengan benar mulai dibutuhkan.

Tepat pada abad kedua setelah hijrah, lahirlah seorang anak yang kemudian menjadi ulama tersohor yang berhasil mengodifikasikan ilmu tajwid, dia adalah Imam Abu Muzahim al-Khaqani, yang kemudian dikenal dengan kitab karangannya yang berjudul Qashidah Raiyyah fil Qurra wa Husnil Ada.

Pendapat ini sebagaimana ditegaskan oleh Syekh al-Jazari dalam kitabnya, Ghayatun Nihayah fi Thabqatil Qurra:

هُوَ أَوَّلُ مَنْ صَنَّفَ فِي التَّجْوِيْدِ

Artinya, “Dia (Abu Muzahim) adalah orang pertama yang menyususun perihal (ilmu) tajwid.” Biografi Abu Muzahim al-Khaqani Nama lengkapnya adalah Abu Muzahim Musa bin ‘Ubaidillah bin Yahya bin Khaqan Al-Khaqani Al-Baghdadi.

Ia lahir di Baghdad, tahun 248 H, dan wafat bulan Dzulhijah tahun 325 H. (862-937 M). Beliau satu zaman dengan Imam Abu Bakr bin Musa, yang lebih dikenal dengan nama Ibn Mujahid (wafat 324 H) penyusun kitab As-Sab’ah fil Qiraat. Keduanya memiliki banyak memiliki guru dan murid yang sama.

Menurut Syekh Ibn Al-Jazari, keluarga Abu Muzahim merupakan keluarga bangsawan pada masa Kesultanan Dinasti ‘Abbasiyyah. Ayahnya ‘Ubaydillah adalah seorang menteri pada masa Khalifah Al-Mutawakkil (Ja’far bin Mu’tashim bin Rasyid 205-247 H.).

Begitu pula saudaranya Abu ‘Ali Muhammad bin ‘Ubaidillah. Jabatan ayahnya sebagai menteri masih berlanjut pada masa pemerintahan Khalifah Ahmad bin Ja’far Al-Mutawakkil.

Abu Muzahim menghabiskan hari-harinya di Baghdad, tepatnya di wilayah tempat ayahnya bertugas.

Namun, menurut beberapa riwayat, beliau juga pernah tinggal di Makkah dan Madinah. Pada saat usianya 15 tahun ayahnya wafat, namun ia tetap berada dalam lingkungan kesultanan karena salah seorang saudaranya juga merupakan seorang menteri.

Namun yang patut ditiru dan diteladani dari sosok Abu Muzahim adalah sikap acuhnya pada dunia. Beliau meninggalkan dunia dan menyibukkan dirinya dalam menysiarkan ajaran Islam.

Beliau meriwayatkan hadits, mengajarkan Al Qur`an, dan berpegang teguh pada syariat Islam. Beliau juga merupakan orang yang sangat dalam pengetahuannya dalam bahasa Arab, sya’ir, dan seorang ahli tajwid. (Ibnu Al-Jazari, Ghayatun Nihayah, halaman 419).

Selain semangat dalam menekuni qiraat Al-Qur’an, Abu Muzahim al-Khaqani juga semangat untuk mengambil riwayat hadits dari para ulama ahli hadits, di antaranya adalah: Syekh Abbas bin Muhammad Ad-Duri, Syekh Muhammad bin Ismail At-Tirmidziy, Syekh ‘Ubaidillah bin Abi Sa’d Al-Warraq, Syekh Ishaq bin Ya’qub Al-Aththar, Al-Harits bin Abi Salamah, Imam ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, dan ulama lainnya pada masa itu. Pujian Ulama kepada Abu Muzahim al-Khaqani Lahirnya Abu Muzahim al-Khaqani memberikan pengaruh yang sangat besar pada keberlangsungan ajaran Islam, khususnya dalam ilmu Al-Qur’an.

Bayangkan, seandainya Allah tidak melahirkan sosok sepertinya yang sukses mengodifikasikan ilmu tajwid, tentu cara baca Al-Qur’an umat Islam saat ini masih banyak yang salah dan tidak terarah.

Oleh karenanya, kecerdasan, kehebatan dan luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki Abu Muzahim al-Khaqani mendapatkan apresiasi dan pujian dari para ulama, di antaranya dari Syekh Abu Umar ad-Dani (wafat 440 H), dalam salah satu kitabnya ia memujinya dengan pujian yang sangat istimewa, beliau mengatakan,

Halaman:

Editor: Usman Azis

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

5 Doa Pilihan yang Cocok Dibaca Selama Ramadhan

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Gudang Peluru Meledak, Musibah Atau Rekayasa?

Sabtu, 30 Maret 2024 | 23:41 WIB

Berani, Pengusaha Ilegal Tantang Camat Cariu

Sabtu, 30 Maret 2024 | 06:00 WIB
X