Hari Internasional Penghilangan Paksa, Adian Napitupulu Saksi Hidup Kesuksesan Mahasiswa

- Senin, 30 Agustus 2021 | 00:00 WIB
Adian Napitupulu (Rosyka)
Adian Napitupulu (Rosyka)

Bogor Times- Siapa yang mengenal Adian Yunus Yusak Napitupulu atau yang akrab disapa Adian Napitupulu. Aktivis mahasiswa di era reformasi kini menjadi wakil rakyat yang fokal menyuarakan kepentingan rakyat. Sebagai revleksi Hari Internasional Penghilangan Paksa, Pria ini berkisah mengenai peristiwa Mei 1998.

Perjuangan Adian Napitupulu di tahun 1998 mahasiwa memiliki agar Presiden Soeharto mundur semakin besar. Berbarengan dengan itu, banyak tersiar para aktivis.

Perjuangan Adian Napitupulu serat denga ancaman kekerasan paksa di eranya. Mengutip dari KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan). Selama periode 1997/1998, tercatat 23 orang telah dihilangkan oleh alat-alat negara. Dari angka itu, 1 orang ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9 orang penemuan penculiknya, dan 13 lainnya masih hilang hingga hari ini. Mekipun demikian, para pejuang demokrasi tak menyurutkan perjuangan mahasiswa hingga keberhasilan reformasi.

Baca Juga:Bersama Warga, Pengelola Wisata Curug Golek Perbaiki Jalan

Baca Juga: Bukit Cinta Sukamakmur, Wisata Gratis Jalur Puncak 2 Yang Jadi Idola

Baca Juga:172 Pimpred PRMN Ganti nama Koruptor dengan Maling Rampok, Garong Uang Rakyat


Adian berkisah, gerakan mahasiswa ketika itu terbagi menjadi dua, yaitu Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Se-Jakarta (FKSMJ) dan Forum Kota. Meski begitu, mahasiswa tetap bersatu menyuarakan yang sama: mundurnya Soeharto.


Berkat rahmat Tuhan, aksi mahasiswa sampai pada momentumnya 18 Mei 1998, yaitu ketika mahasiswa mengepung Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.


Menurut Adian, setidaknya terdapat 7.000 orang dalam aksi itu. Jumlah itu terus bertambah, yang kemudian menjadikan mahasiswa berhasil masuk dan menguasai Gedung DPR/MPR.

Baca Juga: Musik Haram, musisi Afganistan Di Bunuh kelompok Taliban
Adian mengaku saat itu menjaga gerbang masuk, kemampuan menyeleksi siapa-siapa saja mahasiswa yang bisa masuk. Beberapa saat setelah memasuki Kompleks Parlemen, orang tersebut menghambur menuju air mancur di halaman DPR.

Adian dan mahasiswa lainnya berkumpul di depan jajaran tiang bendera Kompleks Parlemen. Spanduk: "Bubarkan DPR/MPR" dan "Adili "Soeharto" di tiang bendera meskipun pemasangan spanduk itu mendapat penentangan dari aparat yang menjaga aksi demonstrasi.


"Kami dipaksa turunkan spanduk. Aparat semua kokang senjata. Kami (mahasiswadan rakyat,red) tiarap semua di situ. Banyak sekali aparatnya," kata Adian saat dihubungi pada Minggu (29/08/2021).

Baca Juga: Banding Habib Rizieq Shihab Ditolak Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Pengadilan Menjatuhi Vonis 4 Tahun Penjara

Karena enggan menurunkan, para mahasiswa bernegosiasi yang hasilnya ditarik kembali, spanduk itu pun diturunkan.


Situasi yang sangat mencekam karena personel militer yang mahir menembak dan siap mengancam siapa saja yang bertebaran di sekeliling mahasiswa dan di setiap sudut jakarta.

"Kendaraan tempur menumpuk. Lapis baja, mulai water cannon hingga panser meraung di jalanan. Sniper menunggu kampus-kampus yang akan bergerak," tukas Adian.
Baca Juga: Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yang Dihukum Tetap Mendapatkan Uang Sebesar 87,975,000,00
Saat itu, memang tidak hanya mahasiswa yang berada di Gedung DPR/MPR untuk menuntut Soeharto mundur. Ada juga Ketua PP Muhammadiyah Amien Rais dan jumlah tokoh masyarakat.


Di tengah perjuangan, Amien Rais pun ikut berorasi. Dia maju dan naik ke atap mobil, sambil menenteng toa di tangannya.Namun, menurut Adian, tidak semua mahasiswa simpati terhadap Amien Rais.

"Belum sempat Amin Rais) ngomong, puluhan gelas air mineral terbang ke dia. Sampai dia turun dan masuk lagi," kata Adian.

Peristiwa yang terjadi pada 18 Mei 1998 merupakan bagian dari rangkaian panjang sebelum jatuhnya Soeharto. Menurut Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini bercerita.

Baca Juga: Rekomendasi Film Yang Dibintangi Yeonwoo eks Momoland Yang Bisa Buat Kalian Betah Di Rumah
Total mahasiswa diperkirakan sudah 1.242 mahasiswa dari 54 kampus harus tiba di lokasi. Jika pukul 10.00 WIB tidak terjadi bentrokan, maka setiap kampus yang mewajibkan 50 mahasiswa lagi,

Jika hingga pukul 12.00 WIB tidak ada pertumpahan darah, maka semua mahasiswa diminta mengosongkan kampus. Seluruh mahasiswa diminta bergerak ke Gedung DPR/MPR.

"Tapi kalau pukul 09.00 WIB bentrokan, maka 54 kampus diminta untuk memblokir jalan raya depan kampus masing-masing," ujar Adian, yang juga Sekretaris Jenderal Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (PENA 98) itu.

Halaman:

Editor: Ahmad Fauzi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

5 Doa Pilihan yang Cocok Dibaca Selama Ramadhan

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Gudang Peluru Meledak, Musibah Atau Rekayasa?

Sabtu, 30 Maret 2024 | 23:41 WIB

Berani, Pengusaha Ilegal Tantang Camat Cariu

Sabtu, 30 Maret 2024 | 06:00 WIB
X