Mengenal Ulama Tatar Sunda Asal Cianjur KH Soheh Bunikasih,Sabahat syekh Nawawi Al Bantani

- Minggu, 5 September 2021 | 12:33 WIB
Makam KH Soheh Bunikasih (alif.id)
Makam KH Soheh Bunikasih (alif.id)

Banyak para wali Allah di tatar Sunda yang jarang orang ketahui, di Desa Bunikasih (Warungkondang), Cianjur, Jawa Barat, ternyata terdapat makam seorang ulama besar Sunda yang hidup di abad ke-19 M, yaitu KH Shoheh bin KH Nuruddin. KH Shoheh tercatat wafat pada 24 Rajab tahun 1302 Hijri (bertepatan dengan 10 Mei 1885 Masehi).

Dalam kitab "Fawa'id al-Muhtaj" yang mengisahkan riwayat hidup KH Ahmad Syathibi (Mama Gentur, w. 1947 M), ulama sentral di Tatar Pasundan pada paruh pertama abad ke-20 M, disebutkan bahwa KH Syathibi Gentur pernah belajar dan menjadi santri dari KH Shoheh Bunikasih. Kitab "Fawa'id al-Muhtaj" merupakan karangan KH Dahyatullah bin KH.Rahmatullah, yang tak lain adalah cucu dari KH Ahmad Syathibi Gentur.

Jarak antara Gentur (Jambudipa) dengan Bunikasih memang tidak terlalu jauh, terpaut sekitar 3 kilo meter.

Dikisahkan dalam kitab tersebut bahw KH Shoheh Bunikasih adalah murid dari syekh Ibrahim al-Baijuri (w. 1860 M), ulama besar Mesir yang pernah menjabat sebagai Grand syekh Al-Azhar Kairo sekaligus pengarang banyak kitab-kitab rujukan, di antaranya adalah kitab "Hasyiah al-Baijuri 'ala Fath al-Qarib" (dalam bidang fikih atau yurisprudens), "Hasyiah Tuhfah al-Murid 'ala Jauharah al-Tauhid" (dalam bidang teologi), termasuk nazham (puisi) "Masa'il al-Baijuri fi al-'Aqa'id" (nazhaman ini yang kemudian disyarah oleh syekh Nawawi Banten).

KH Shoheh Bunikasih juga ternyata merupakan kawan dari syekh Nawawi Banten (w. 1897 M), ulama besar Makkah abad ke-19 M yang banyak menulis karya keilmuan Islam dan berasal dari Nusantara.

Informasi penting lainnya yang didapati dari kitab tersebut adalah keberadaan KH Shohehlah yang ternyata yang memotivasi syekh Nawawi Banten untuk menulis kitab "Tijan al-Darari" yang merupakan syarah atau penjelasan atas teks (matan) kitab "Masa'il al-Baijuri [fi al-'Aqa'id]" karangan syekh Ibrahim al-Baijuri yang merupakan guru keduanya.

Sosok yang dimaksud oleh syekh Nawawi Banten dalam redaksi (طلب مني بعض الإخوان) "telah meminta kepadaku seorang sahabatku untuk menulis kitab Tijan al-Darari", tak lain dan tak bukan adalah KH Shoheh Bunikasih ini.

Selain KH Shoheh Bunikasih, dalam kitab itu juga disebutkan seorang ulama Priangan lainnya yang menjadi murid dari syekh Ibrahim al-Baijuri ini, yaitu KH Adzro'i Bojong, Garut

Selain dipertalikan oleh sanad keguruan pada syekh Ibrahim al-Baijuri, antara syekh Nawawi Banten, KH Adzro'i Garut, dan KH Shoheh Bunikasih, ketiganya juga dipertemukan sanad keilmuannya sebagai sama-sama murid dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (w. 1886), pengarang kitab "Syarah Mukhtashar Jiddan 'ala al-Ajurumiyyah" sekaligus mufti madzhab Syafi'i di Makkah pada masanya.

 

Editor: Muhammad Syahrul Mubarok

Sumber: NU Online

Tags

Rekomendasi

Terkini

Mencegah dan Mengatasi Korupsi dalam Perspektif Islam

Senin, 4 Desember 2023 | 22:03 WIB

Tips Memilih Buah Jeruk yang Manis

Rabu, 18 Oktober 2023 | 18:59 WIB

Karisma Ulama Yang Telah Runtuh

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:27 WIB

Hati-hati! Embrio Kaum Khoarij

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:22 WIB
X