“Situasinya kacau sekali. Bisa saja orang dituduh PKI dan saat itu pula di massa,” kenang mantan Jurnalis Tempo dan juga salah seorang putra Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi kala itu.
Dengan segala kekacauan yang terjadi pada 1965-1966 tersebut, sudah sepatutnya menjadi pembelajaran maha penting bagi kita sebagai umat manusia dalam berbangsa, berpolitik dan juga beragama.
Dengan mengatasnamakan bangsa, kepentingan politik ataupun agama, janganlah kiranya sampai menumpahkan darah sesama anak bangsa. Cukup sudah leluhur kita menjadi korban.
Seperti hal nya Gus Dur dalam satu Nasehatnya mengatakan "Yang lebih penting dari politik dalah kemanusiaan".
Sudah sepatutnya kita mengedepankan kemanusiaan ketimbang hasrat politik yang menghilangkan jiwa sebagai manusia, apalagi hanya terbawa dan terprovokasi oleh elit - elit politik, demi kepentingan oligarki yang ada di lingkaran mereka.
Artikel Terkait
Hukum Cryptocurrency Hingga Kesehatan Menjadi Bahasan Dalam Munas-Konbes NU
Program Rutin Pengajian Keluarga Besar NU. Ranting Muslimat - Fatayat NU Tanah Merah.
KH Said Aqil Siroj Mengumumkan Muktamar NU ke-34 di bulan Desember, KH Miftachul Akhyar Minta Maaf
Mythomania dan Muktamar NU 'Menjaga Lintas Batas Warga NU dan Oponturir NU'
Gus Dur dan Peran Dramatis Kyai Idris Saat Muktamar NU 29 di Cipasung