Imam Al-Ghazali Mendapatkan Pelajaran Berharga dari Penyamun

- Selasa, 28 September 2021 | 08:46 WIB
Gambar Imam Ghazali  (Buku Biografi Imam Al-Ghazali)
Gambar Imam Ghazali (Buku Biografi Imam Al-Ghazali)

Bogor Times - Abu Hamid Muhammad al-ghazali atau yang di kenal Imam Al-Ghazali lahir pada tahun 1058 Masehi di kota Thus, Khurasan, yang terletak di sebelah timur laut Persia. 

Imam Ghazali besar di sebuah daerah yang dibagi oleh 3 kekhilafahan: Khilafah Abasiyah di Baghdad Khilafah Fatimiyah di Mesir, dan Umawiyah di Andalusia. 

Sepeninggal ayahnya, al-Ghazali diasuh dan di didik oleh seorang teman ayahnya dari kalangan Sufi. Selanjutnya, al-Ghazali kecil disekolahkan di Madrasah Thus. Sekolah di Thus memprioritaskan ilmu-ilmu ke agamaan pada jenjang pendidikan dasar.

Setelah menuntaskan seluruh jenjang pendidikan di Thus, al-Ghazali melanjutkan pengembaraan ilmiahnya ke Madrasah Jurjan. Jurjan berjarak kurang lebih 250 mil dari Thus.

Alangkah mulia sosok seorang penuntut ilmu dan pengetahuan pada masa itu. Apalagi, ia dari kalangan kurang mampu. 

Tidak jarang al-Ghazali harus berang kat bersama-sama dengan kafilah para pedagang agar aman dari gangguan para penyamun. 

Tidurnya kadang di tempat terbuka dan kadang di serambi masjid. Per jalanan berat ini terus ia lalui hingga akhirnya sampai di kota Jurjan, tempat idaman untuk menuntut ilmu.

Baca Juga: Kades Kebal Hukum Sukses Penjarakan Warga, Usai Lolos Kasus Perzinahan, Oknum Kades Jebloskan Warga ke Tahanan

Begitulah kisah keberangkatan Abu Hamid Mu hammad al-Ghazali ke Jurjan. Di sanalah ia menjalani fase perjalanan hidup berikutnya.

Pernah suatu waktu saat al-Ghazali pulang ke Thus, di tengah perjalanna ia dihadang oleh gerombolan penyamun. Mereka merampas seluruh barang bawaan al-Ghazali yang tidak seberapa. Sampai kantung tempat kertas dan buku bukunya pun ikut digasak.

Al-Ghazali membujuk para penyamun itu untuk menyerahkan kantung yang berisi kertas dan buku. Itulah kertas dan buku yang sekian lama ia gunakan untuk menulis dan belajar. 

Tetapi, salah seorang penyamun itu justru menghardiknya, "Apa artinya pengetahuan kalau hanya tertulis dalam kertas. Ketika kertasnya hilang, pengetahuan itu ikut raib bersamanya!" Ujar salah satu penyamun tereebut. 

Dari kejadian tersebut Al-Ghazali mendapat pelajaran berharga. Ia terdorong untuk menghafal dan menjaga hafalannya. 

Baca Juga: 73 Golongan-Golongan Dalam Aliran Agama Islam

Halaman:

Editor: Muhammad Syahrul Mubarok

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Romantisme Nabi Muhammad SAW dengan Sayyidah Khadijah

Senin, 18 Oktober 2021 | 21:41 WIB

Gus Maksum, Pendekar Pencak Silat NU Penumpasan PKI

Jumat, 1 Oktober 2021 | 18:00 WIB

Hercules, Sang Penguasa Tanah Abang Yang Masuk Islam

Kamis, 30 September 2021 | 02:02 WIB

Hercules Luluh Ditangan Gus Miftah dan Bertaubat.

Sabtu, 25 September 2021 | 06:50 WIB

Hercules Luluh Ditangan Gus Miftah dan Bertaubat.

Sabtu, 25 September 2021 | 01:15 WIB

Terpopuler

X