Jalaludin Rumi, Fihi Ma Fihi : Aku Tertawa Ketika Membunuh

- Minggu, 3 Oktober 2021 | 06:02 WIB
Ilustrasi : Aku Tertawa Ketika Membunuh (Pixabay)
Ilustrasi : Aku Tertawa Ketika Membunuh (Pixabay)

Bogor Times - Ada kepala-kepala yang berhiaskan mahkota emas. Ada juga kepala-kepala yang menutupi rambut kepangnya yang indah dengan mahkota permata.

Setiap kepang rambut gadis-gadis cantik akan membangkitkan cinta, dan cinta adalah ruang singgasana hati.

Mahkota emas itu keras, dan hanya orang yang dirindukan oleh relung hati yang memakainya. Kita mencari cincin Sulaiman as. ke berbagai tempat, tapi kita menemukannya dalam kefakiran.

Dalam pesona ini jugalah kita tundukkan kefakiran kita. Tidak akan kita biarkan mereka mengerjakan sesuatu tanpa persetujuan dari kita.

Baiklah, aku adalah seorang pelacur. Karena aku masih muda, maka aku menjadi penjaja cinta. Aku tahu ini bisa menyingkirkan hambatan dan membakar selubung-selubung, karena cinta adalah pangkal ketaatan, sedangkan amalan lain hanyalah cabangnya saja.

Baca Juga: Ngeri Cuma Indonesia, Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik Pertama Se-Asia Tenggara, Rupanya Di Karawang JABAR.

Kalau kamu tidak berkorban, bagaimana kamu bisa mendapatkan keinginan hatimu? Menyerahkan segalanya membawa dirimu menuju pembinasaan, sumber segala kesenangan di mana tidak ada
perpisahan yang hadir: “Dan Allah bersama orang-orang yang sabar
[QS. al-Baqarah: 249].”

Semua yang ada di pasar, baik pertokoan, kedai, barang dagangan, atau profesi, orientasi utama dari semuanya adalah kebutuhan dalam diri manusia. Orientasi itu begitu samar. Jika kebutuhan akan sesuatu tidak tampak, maka akhir dari kebutuhan
itu akan tetap tersembunyi dan tidak akan bergerak. Demikian juga dengan karakter dari setiap ideologi, setiap agama, setiap keajaiban, setiap mukjizat, dan setiap keadaan para Nabi. Akhir dari kebutuhan
pada semua ini ada dalam jiwa manusia.

Baca Juga: Kemenag Salurkan Tunjangan Insentif Guru Madrasah Bukan PNS, Begini Syarat Pencairannya

Jika kebutuhan tidak tampak, maka akhir dari kebutuhan ini tidak akan muncul.

“Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata
(Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)

Maulana Rumi berkata: “Apakah kebaikan dan keburukan itu digerakkan oleh satu atau dua pelaku?”

Jawabannya: Di satu sisi, kebaikan dan keburukan memang digerakkan oleh dua pelaku karena seseorang tidak mungkin berbeda haluan dengan dirinya sendiri. Sementara dari sisi yang lain, keburukan tidak bisa dilepaskan dari kebaikan karena perbuatan baik adalah ketika kita meninggalkan keburukan, dan meninggalkan keburukan akan mustahil tanpa adanya keburukan itu sendiri.

Bukti bahwa meninggalkan keburukan adalah sebuah kebaikan yaitu jika di sana tidak ada pendorong pada keburukan, maka tidak mungkin ada tindakan untuk meninggalkan keburukan.

Halaman:

Editor: Muhammad Syahrul Mubarok

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Romantisme Nabi Muhammad SAW dengan Sayyidah Khadijah

Senin, 18 Oktober 2021 | 21:41 WIB

Gus Maksum, Pendekar Pencak Silat NU Penumpasan PKI

Jumat, 1 Oktober 2021 | 18:00 WIB

Hercules, Sang Penguasa Tanah Abang Yang Masuk Islam

Kamis, 30 September 2021 | 02:02 WIB

Hercules Luluh Ditangan Gus Miftah dan Bertaubat.

Sabtu, 25 September 2021 | 06:50 WIB

Hercules Luluh Ditangan Gus Miftah dan Bertaubat.

Sabtu, 25 September 2021 | 01:15 WIB

Terpopuler

X