"Sangat terasa (susah,red) ketika ayah saya ditahan oleh Jepang sebagai tawanan," tukasnya.
Namun demikian, proses panjang pengalamannya hidup ditengah era perjuangan memberi kesan yang sangat berarti. Yang paling sederhana, kemampuan berbahasa yang dimilikinya seketika waktu bisa dipergunakannya untuk berkomunikasi dengan orang bayak.
"Kadang ada tamu dari belanda, bisa saya ajak ngobrol. Ada juga warga Imdonesia yang minta diterjemahkan bahasa Belanda bisa saya bantu," tukasnya.
Tak jarang pula, masyarakat Bogor
Yang datang meminta Opa menerjemahkan isi surat Eigendom Verponding atau surat bukti kepemilikan dari Balai Harta Peninggalan (BHP). Dan tampa terbatah-batah, Opa menerjemahkannya.
Opa mengaku, pertama kali ke Bogor sejak tahun 2012. Meski tak hidup bermewah-mewah, Opa merasa cukup dengan penghasilan usaha cafe dengan ditemani oleh 4 cucu dan 4 anaknya. "Di sini saya senang. Bisa sering bareng keluarga," kata pria yang hobi bermain catur ini