"Terkait wacana kenaikan tarif saya tidak setuju. Jika jadi naik, maka untuk dua lapak bisa tambah beban lagi. Tapi mau bagaimana lagi. Yang ada kalau terlalu vokal dianggap melawan. Oleh karena itu, sebagai bentuk aksi protes, para pedagang akan melakukan aksi demo sebelum 01 Oktober,"jelas Rahmat.
Sementara itu, pedagang lainnya Amir (40), menjelaskan, harga lapak di pasar TU, saat ini sudah sangat mahal. Buktinya, sekitar lima tahun lalu, lapak berukuran 5×2 m2 saja, harganya diperkirakan bisa mencapai Rp 100 juta. Pedagang yang membeli lapak itu, kemudian, menyewakan lagi lapaknya kepada orang lain.
Nah, terkait iuran kebersihan yang juga diwacanakan bakal naik, kata Amir, sampai saat ini para pedagang tidak juga kunjung menyetujuinya. Sebab, selain biaya itu, dirinya juga bercerita ada biaya bongkar muat yang dinilainya mahal. Untuk biaya bongkar muat untuk selama sepuluh hari, jumlahnya sebesar Rp 250.000. Dan ada, banyak bongkar muat disini.
"Belum lagi ada tambahan karcis masuk. Selain itu ada juga tambahan biaya sebesar Rp 3000 ribu. Disini, banyak kegiatan bongkar muat. Saya menduga bahwa semua uang itu, masuk pada kantong mereka. Dan alasan kami, tidak setuju terhadap kenaikan karena kami melihat selama ini pasar masih saja kotor,"terang dia.
Hingga berita ini diturunkan Bogor Times masih belum bisa melakukan konfirmasi kepada pejabat pasar. Begitu juga ketika wartawan media ini mengelilingi kawasan pasar. Disana (Pasar TU, red ) Bogor Times, juga masih banyak menemukan tumpukan sampah berserakan.
Rencana kenaikan tarif kebersihan ini pun tertuang pada Surat Pemberitahuan Nomor 34/SurPem/GA/IX/2020. Surat ini dikeluarkan pada 25 September 2020 oleh PT Galvindo Ampuh.
Redaktur : Febri Daniel Manalu.
