opini

Budi Dalton : Bangsa Indonesia Tidak Percaya Diri dengan Bahasanya Sendiri

Minggu, 5 September 2021 | 11:13 WIB
Budi Dalton dan Sule (Instagram @artgram)

Bogor Times - Indonesia merupakan negara yang sangat beragam. Indonesia memiliki suku bangsa atau etnik dan ras yang tersebar di wilayah Indonesia.Merujuk pada sensus penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia memiliki sekitar 1.340 suku bangsa.

Dengan jumlah 1.340 Suku tentunya bisa memiliki ribuan bahasa, tetapi pada  nyatannya, bangsa ini tidak percaya diri untuk menggunakan bahasa lokal dalam memaknai sesuatu cendrung menggunakan bahasa asing.

Wakil Dekan Tiga Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan, Budi Setiawan Garda Pandawa atau Budi Dalton mengatakan di salah satu tayangan channel yotube Sule, sampai saat ini memahami kopi saja, kita masih terdoktrin bahwa kopi itu datang dari bahasa Inggris yang di Indonesiakan, padahal fungsi kata itu menunjukan barang sedangkan di Inggris sampai saat ini tidak ada pohon kopi seharusnya Kata Kopi itu dari bahasa Indoensia yang di Inggriskan menjadi Coffee.

"sampai saat ini yang sulit ini kan kita pahami bahwa kopi itu datang dari luar karena doktrin sejarah , padahal kalau pergi ke belanda bilang java di suguhin kopi, artinya kopi yang datang dari pulau jawa," tutur budayawan Sunda ini.

"Bagaimana caranya kita menghapus itu, kita pasti mikirnya ini Coffee di Indonesiakan jadi kopi, sementara fungsi kata itu kan yang menunjukkan barang. Saya dengan kang Sule sepakat menamakan ini botol, (sambil memegang botol air mineral) Ketika saya mengatakan ini botol kang sule pasti ngerti, maka harus ada barang dulu baru namanya, pertanyaan saya, di Inggris apakah ada pohon kopi, Kalau tidak ada pohonnya pasti nama kopi itu tidak ada, berarti kopi di inggriskan jadi coffee. Tapi sekarang jadi terbalik kopi hitam murah Black Coffee mahal padahal kopinya masih itu juga gara - gara narasi jadi merubah harga, akhirnya kita akan Salah kaprah dalam berbahasa," sambung pria kelahiran 1972 ini.

Baca Juga: Head To Head PSS Sleman VS Persija Jakarta

Menurut Dosen sekaligus Budayawan ini, ciri budaya yang besar itu dari bahasa karena dari bahasa itu sendiri ada makna yang terasa,Budi Dalton mencontohkan dari kata Jatuh yang di artikan kedalam bahasa Sunda bisa menjadi beberapa kata daan makna,Titotodog, tikosewad, tigedeblug, tijongklok, tisereleu, tijengkang, tikusruk, tigeledag, ngadudubrag.

"Cirinya Budaya yang besar itu dari bahasa karena bahasa ini ada makna yang terasa. Kan kang sule di besarkan di Sunda saya juga dibesarkan di Sunda, misalnya : saya mengatakan kang anton abok titotodog (jatuh ke depan) atau ti kosewad (jatuh ke belakang),Tijongklok (Jatuh Kedepan) Tisoledat (Jatuh Menginjak Kulit Pisang) dan lain lain, jadi sudah ada gambarnya terbayang tidak perlu penjelasan lagi. Coba kalau di bahasa Indonesiakan Kang Anton jatuh dan Bakal ada pertanyaan lagi jatunya kaya gimana, makanya ketika dialih bahasakan jadinya susah, maknanya tidak akan sampai. Seperti ini le aing mah teu mais teu meleum nyaho- nyaho katempuhan buntut maung. Coba kalau di bahasa indonesiakan, gua mah enggak mepes engga ngebakar tahu-tahu tertuduh ekor harimau kan jadinya lucu. Jadi makna yang dirasa tidak semuanya bisa terwakili oleh bahasa persatuan atau bahasa nasional atau belum ketemu," Ungkapnya.

Baca Juga: Sedia Payung! Pukul Satu dan Empat Sore, Bogor Hujan Beserta Petir Berdasarkan Perediksi BMKG

Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan bahasa ini sayangnya tidak percaya diri menurut pria Sunda asli Bandung ini di Eropa mereka menciptakan alat penggerak komputer yang dinamakan Mouse (Tikus), padahal tidak ada hubunganya antara tikus dan komputer, Karena mereka percaya diri maka yang dinamai apa saja oleh mereka akan laku di Internasional.Padahal bisa saja kita merubah nama alat tersebut dengan bahasa nasional atau bahasa lokal misalnya curuk tuduh, karena kita kurang percaya diri maka kita memakai nama yang mereka berikan walaupun terkesan asal - asalan, padahal narasi itu sangat penting karena nantinya akan di pakai oleh bangsa asing ketika sulit menemukan maknanya dalam bahasa mereka.

Baca Juga: Curug Golek Padati Wisatawan Mancanegara

"Kita ini bangsa yang sangat kaya yang tidak percaya diri, bangsa Eropa ketika menciptakan sesuatu misalnya : komputer terus tiba-tiba ada alat penggeraknya yang dinamakan mouse yaitu tikus, mereka menamai itu mous padahal apa hubungannya komputer sama tikus karena mereka percaya diri maka mereka menamai apa saja mereka yakin akan digunakan oleh bangsa lain, Padahal kalau kita dercaya diri tidak perlu pakai bahasa asing, sudah saja nama mous itu dengan curuk tuduh atau apapun yang penting bahasa yang ada di nusantara atau bahasa Persatuan Indonesia.Narasi itu penting karena narasi nantinya akan dipakai oleh bangsa asing Ketika bangsa asing tidak menemukan maknanya," Tutur Budi.

Tags

Terkini

Mencegah dan Mengatasi Korupsi dalam Perspektif Islam

Senin, 4 Desember 2023 | 22:03 WIB

Tips Memilih Buah Jeruk yang Manis

Rabu, 18 Oktober 2023 | 18:59 WIB

Karisma Ulama Yang Telah Runtuh

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:27 WIB

Hati-hati! Embrio Kaum Khoarij

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:22 WIB