Serempak Tawaqufan Mendekati Ramadhan, Inilah Alasannya dalam Pandangan Islam

- Selasa, 5 Maret 2024 | 17:40 WIB
Tawaqufan dan Pembukaan Pesantren Kilat di Masjid Djami Al Ikhlas Cogreg. (Zis/Bogor Times)
Tawaqufan dan Pembukaan Pesantren Kilat di Masjid Djami Al Ikhlas Cogreg. (Zis/Bogor Times)

Bogor Times-Menjelang bulan Ramadhan setiap muslim pasti akan disibukan dengan berbagai macam persiapan untuk menyambutnya. Mulai dari persiapan rohani, jasmani maupun materi.Ada pula kegiatan penutupan sementara rutinan pengajian, karena sudah mau datang bulan Ramadhan. Seperti yang dilakukan oleh Warga di Dusun 02, Desa Cogreg, pada Minggu 03 Maret 2024.

 Hal ini sempat menjadi bahan perenungan bagi saya, menjelang datangnya bulan suci yang menjanjikan pahala berlimpah bagi yang beribadah. Bukankah pengajian merupakan sebuah ibadah yang mendatangkan pahala berlipat? Ya, majelis ilmu yang biasa disebut pengajian ini justru ditutup pada bulan Ramadhan. Timbul pertanyaan dalam diri saya, Apakah tidak salah? Padahal mereka berkesempatan untuk mendapatkan limpahan pahala yang berlipat dengan pengajian tersebut. saya pernah ditanya “kamu sudah penutupan pengajian belum?” Dengan jelas dan tegas saya menjawab “justru kami lebih semangat dan sering ngaji di bulan Ramadhan” orang itu balik bertanya “kok gak ditutup” saya agak bingung menjelaskanya, karena yang seharusnya ditutup adalah tempat hiburan malam, Bar dan diskotek serta tempat maksiat lainya bukan pengajianya.

 

Definisi Tawaqufan tinjauan Lughoh/Bahasa
Tawaquf dari asal kata “Waqofa, Yaqifu, Mawqifan وقف, يقف, موقفا ” mengikuti wazan “Fa’ala, Yaf’ilu, Fau’ilan فعل, يفعل, فوعلا ” Fi’il Tsulatsi Mujarrod Bina’ Mu’tal Mitsal atau dari asal kata “Tawaqqofa, Yatawaqqofu, Tawaqqufan توقّف, يتوقّف, توقّفا mengikuti wazan “Tafa’-‘ala, Yatafa’-‘alu, Tafa’-‘ulan تفعّل, يتفعّل, تفعّلا Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi Bina’ Mu’tal Mitsal yang berarti berhenti. Sedangkan menurut istilah adalah penutupan sementara pengajian rutin yang diadakan di bulan sya’ban baik pengajian privat agama, pengajian mingguan atau bulanan yang bertujuan untuk memberikan kelonggaran dalam beribadah dan menuntut ilmu dengan tanpa batasan waktu dan tempat yang biasanya telah ditentukan. Bukan berarti tidak boleh mengkaji/menuntut ilmu atau beribadah, akan tetapi biar umat islam bebas melakukannya kapan dan dimana saja tanpa batasan waktu dan tempat.

Baca Juga: Berstatus Tahanan Titipan, Kades Terduga Pemalsu Akta Tanah di Bogor Boleh Healing ke Luar Kota

Baca Juga: Ponpes Miftahul Ulum As- Syifa Yayasan Muinatul Wathoniyyah Cogreg, Telurkan Ratusan Penghafal Quran

Baca Juga: Mantan Gubernur Jabar Tutup Usia

Baca Juga: Alhamdulillah, KUA Mulai Buka Layanan Semua Agama

Disamping itu juga sebagai langkah persiapan fisik dan mental melalui amal ibadah dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang sesuai hadits Rasul amal ibadah di bulan Ramadhan pahalanya akan dilipatgandakan. Sebagaimana hadits berikut:

عن سلمان الفارسي رضي الله عنه أنه قال : ( خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في آخر يوم من شعبان فقال : أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم مبارك ، شهر فيه ليلة خير من ألف شهر ، جعل الله صيامه فريضة ، وقيام ليله تطوعاً ، من تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة فيما سواه ومن أدى فيه فريضة كان كمن أدّى سبعين فريضة فيما سواه ،….. الى اخرها.[ رواه ابن خزيمة بلفظه في صحيحه 3/191]

Suatu ketika, pada akhir bulan Sya’ban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabat, “Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa agung dan lagi penuh keberkatan; yaitu bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan ; bulan yang Allah telah menjadikan puasa-Nya suatu fardhu dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’.

“Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada Allah dengan suatu perbuatan di dalam bulan itu, maka samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di bulan lain. Dan barangsiapa menunaikan suatu fardhu di bulan Ramadhan, samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan lain. …. sampai akhir hadits.’’ (HR. Ibn Khuzaimah dari Salman ra)

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari-Muslim)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Usman Azis

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mencegah dan Mengatasi Korupsi dalam Perspektif Islam

Senin, 4 Desember 2023 | 22:03 WIB

Tips Memilih Buah Jeruk yang Manis

Rabu, 18 Oktober 2023 | 18:59 WIB

Karisma Ulama Yang Telah Runtuh

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:27 WIB

Hati-hati! Embrio Kaum Khoarij

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:22 WIB
X