Tugas Baru Dunia Pendidikan Saat New Normal

- Senin, 1 Juni 2020 | 04:00 WIB
gambarrr
gambarrr



Pak May membayangkan bagaimana nanti anaknya disekolah, mereka pasti akan bermain asyiik dengan teman – teman sebayanya, yang bisa jadi tidak atau lalai  mengenakan masker, tidak jaga jarak, dan lupa cuci tangan, serta tidak tahu siapa dan darimana temannya yang tentu sama – sama tidak berani menjamin tentang kesehatannya.





Belum lagi saat belajar. Yang akan kesulitan untuk mengambil jarak dengan temannya di kelas karena bangku dan ruangan yang sangat terbatas. Artinya dalam kontek belajar di sekolah akan kesulitan menerapkan protocol kesehatan.





Lain lagi apa yang dikeluhkan sahabat penulis yang saat ini duduk sebagai  anggota DPRD. Sia mengkawatirkan kesehatan dan kesalamatan para santri di Pondok Pesantren, karena mayoritas Pondok Pesantren kita saat ini satu kamar dihuni puluhan anak, yang sangat sulit menerapkan protocol kesehatan Covid-19. Kecemasan itu sangat masuk akal, karena jumlah Pondok pesantren yang tersebar di Nusantara jumlahnya puluhan ribu. 





Menurut Menteri Agama Facru Razi jumlah pesantren hingga 2020 ini tercatat sebanayak 28.194 pesntren dengan 5 juta santri mukim. Jika dijumlah dengan  santri yang bolak balik rumah ke pondok pesantren dan sebaliknya serta taman – taman pendidikan Al Qur’an dan madrasah maka jumlah santri 18 juta orang dengan kurang lebih 1,5 juta tenaga pengajar.





Hal tersebut disampaikan saat menutup acara Forum Musyawarah Pesantren (FMPP) se Jawa dan Madura di Pondok Pesantren Lirboyo Jawa Timur Kediri ( Berita Kemenag; Jum’at 14/02/2020 / Hidayatullah.Com ).Memperhatikan hal diatas maka sangat wajar jika muncul kekawatiran dari para pihak jika new normal diberlakukan di dunia pendidikan dalam arti anak – anak / santri kembali belajar langsung di Sekolah atau di Pondok Pesantren.





Menyikapi rencana pelaksanaan kebiasaan baru (new normal ) tersebut sebagaimana yang beredar di Media Sosial, pakar pendidikan Ki Darmaningtiyas  yang juga merupakan pengurus Persatuan Keluarga Tamansiswa, melalui surat terbuka mengajukan usulan kepada Presiden Repulik Indonesia Bapak Ir. H. Joko Widodo tentang Urgensi Pengunduran Tahun Ajaran Baru dari Juli 2020 menjadi Januari 2021,  dengan berbagai pertimbangan, masukan, termasuk sisi positip  dan negatifnya.





Sementara itu Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Anshor Yaqut Cholil Qoumas, meminta pemerintah tidak gegabah  dalam menerapkan  polaa hidup normal baru (new normal) ditengah pandemi Covid -19 yang direncanakan dimulai 1 Juni 2020. Gus Yaqut mengingatkan kepada pemerintah terkait pemberlakuan new normal hendaknya tidak hanya menekankan satu sektor saja seperti ketahanan ekonomi, tetapi juga memikirkan dampaknya di bidang pendidikan, khusunya Pondok Pesantren.





Gus Yaqut mengungkapkan lembaga pesantren di Indonesia  jumlahnya ribuan, akan banyak terdampak saat new normal diberlakukan. Disisi lain saat ini untuk menerapkan protocol kesehatan  Covid-19 di lingkungan pesantren sangat sulit, karena keterbatasan infrastruktur (Sindonews.com, Selasa 26 Mei 2020-1549). Sikap senada disampaikan Ketua Umum  Rabithah Ma’ahid Islamiiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) atau Asosiasi Pesantren Indonesia H. Abdul Ghofarozzin.

Halaman:

Editor: Imam Shodiqul Wadi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gandeng Pemuda, PMII INAIS Gelar Pesantren Kilat

Minggu, 31 Maret 2024 | 16:13 WIB

Gaspool, Jaro Ade Siapkan Tim Sukses

Sabtu, 30 Maret 2024 | 06:00 WIB
X