Lebih lanjut ia menerangkan, etika jurnalistik tersebut harus dilakukan secara berimbang, tidak boleh berita dikirim terlambat, tetapi juga tidak mengorbankan akurasi penulisan berita.
Selain itu, fenomena cepat-cepatan dalam menulis berita dan mengorbankan akurasinya justru harus dikurangi. Pasalnya, hal itu akan meruntuhkan kredibilitas media online itu sendiri.
"Media online di luar negeri hanya memproduksi sekitar 40 berita per hari. Di Indonesia justru bisa memproduksi 600-800 berita per hari. Kuantitas sebenarnya tak lebih penting kualitas," kata ucapnya.
Baginya, kecepatan bukan satu-satunya ukuran media online tersebut akan dibaca. Di medianya, tetap harus mengedepankan akurasi dan kedalaman penulisan berita agar pembaca juga tidak dijejali berita hoaks.