KIsah Mahabbah Soekarno pada NU

- Sabtu, 8 Juli 2023 | 23:02 WIB
Ketua Fatayat NU Kota Bogor tengah menjadi pemateri SIG Komisariat PMII Universitas Ibn Khaldun PC PMII Kota Bogor. (Fatayat Buitenzorg [FB])
Ketua Fatayat NU Kota Bogor tengah menjadi pemateri SIG Komisariat PMII Universitas Ibn Khaldun PC PMII Kota Bogor. (Fatayat Buitenzorg [FB])

Bogor Times-Banyak beredar tulisan atau meme yang mengutip pidato Presiden Soekarno saat Muktamar NU di Sala pada 1962. Berikut kutipannya yang banyak beredar:

“Saya sangat cinta sekali kepada NU. Saya sangat gelisah jika ada orang yang mengatakan bahwa dia tidak cinta kepada NU. Meski harus merayap, saya akan tetap datang ke mukamar ini, agar orang idak meragukan kecintaan saya kepada NU!”

Ternyata kutipan tersebut adalah parafrase. Kalimat utuh dari pidato Bung Karno sendiri dimuat - salah satunya - dalam buku “Mendajung dalam Taufan” yang dinisbatkan ke KH Idham Chalid. Dalam buku terbitan 1966 ini, ada salinan utuh amanat presiden yang disampaikan pada Jumat, 28 Desember 1962.

 Baca Juga: Inilah Sejarah Lengkap Fatayat NU

Dari amanat itu, ada perkataan Bung Karno yang nyaris semakna dengan kutipan di atas. Berikut redaksinya:

“…. kalau saja disangka tidak tjinta kepada Nahdlatul Ulama, la mbok meskipun saja musti ngerayap saja akan datang ke Sala [lokasi Muktamar NU].”.

Perkataan itu disambut riuh rendah tepuk tangan para hadirin. Ungkapan tersebut juga ditegaskan oleh Bung Karno saat memberikan sambutan pada Harlah ke-40 NU di Jakarta pada 1966.

Baca Juga: Sejarah Pendirian dan Pengesahan pendirian JQHNU
“Memang saya tidak tedeng aling-aling, saya cinta kepada NU. Kan sudah ucapkan di Sala, hei NU, saya cinta kepadamu, cintailah kepadaku! Hei NU, saya rangkul kepadamu, rangkullah aku ini.”

Pada Muktamar ke-23 NU tersebut, Soekarno amat sulit untuk membagi waktu. Ia telah memerintahkan kepada ajudannya untuk biss mengatur keberangkatannya ke Sala dalam rangka membuka muktamar tersebut. Walaupun kehadirannya hanya sebentar dan langsung pulang kembali ke Jakarta.


Rencananya ia akan terbang dengan pesawat jetnya jenis Jetstar yang diberi nama Irian. Tapi, bandara yang ada di Surakarta, Panasan, tidak memiliki landasan yang cukup panjang untuk didarati pesawat jet. Skenario kedua, akan singgah di bandara Meguwo di Yogyakarta dan dilanjutkan dengan helikopter ke Surakarta. Akan tetapi, opsi tersebut, masih belum memungkinkan. Akhirnya, ia mengutus Wakil Perdana Menteri/ Menlu Dr. Subandrio.

Baca Juga: Inilah Khazanah Fathaniyah dan Kisah Panjang Percetakan Kitab-Kitab Ulama Jawi

Saat hadir di Sala, Subandrio mendengar keluhan warga Nahdliyin karena presiden tak datang. Hal itu direspon olehnya saat menyampaikan amanat tertulis presiden, bahwa Soekarno nanti akan menyusul datang di hari yang lain.

Sepulangnya dari Surakarta, Subandrio menghadap presiden. Sebagaimana yang ditirukan oleh presiden sendiri dalam pidatonya, Subadrio melapor demikian:

 “Bung Karno, ada suara-suara menanja pada saja Bung Karno tidak rawuh ke Sala itu disangka Bung Karno tidak tjinta kepada Nahdlatul Ulama.”

Mendengar laporan demikian, Bung Karno langsung merespon; “Wah itu berat….”.

Halaman:

Editor: Usman Azis

Sumber: NU Online

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

5 Doa Pilihan yang Cocok Dibaca Selama Ramadhan

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Terpopuler

X