Ketegangan Memanas , Usai di Kabarkan Australia Laporkan China ke WTO

- Jumat, 24 September 2021 | 09:42 WIB
ilustrasi bendera china  (https://pixabay.com/)
ilustrasi bendera china (https://pixabay.com/)

Bogor Times- Ketegangan Australia dengan China kian meningkat usai Canberra mengecam larangan ekspor batu bara.

Hal ini mengundang perwakilan pemerintah Australia meminta menyelidiki tarif impor Barley yang di tetapkan China kepada Organisasi Perdaganagan Duni ( WTO) pada Rabu,(16/11/20). 

Sementara itu, Simon Birmingham Menteri Perdagangan mengkhawatirkan adanya tindakan lain disektor lain karena semakin memburuknya hubungan antara mitra dagang.

Baca Juga: Kabar Gembira BPJS Ketenagakerjaan Buka Pendaftaran Gratis Bagi Lembaga Keagamaan.

Berita ini telah tayang di Pikiran-Rakyat.com pada 16 Desember 2020 dengan judul artikel " Ketegangan Hubungan Meningkat, Australia Berencana Laporkan China ke WTO". 

Dia mengatakan biaya tambahan Beijing sebesar 80 persen untuk pengiriman Barley dari Australia kurang mendasar dan tidak didukung oleh fakta dan bukti.


"Kami sangat yakin bahwa berdasarkan bukti, data dan analisis yang telah kami kumpulkan, Australia memiliki kasus yang sangat kuat," tambah Birmingham yang dikutip Pikiran-Rakyat.com (PR) dari situs The Korea Time.

Baca Juga: Demi Rumah Tangga, Shema Titipkan Suami

China berargumen jika biji-bijian diproduksi dengan subsidi pemerintah dan dijual di bawah biaya, sehingga dikenai bea anti-dumping.
Ekspor Barley dari Australia ke China bernilai sekitar 1 miliar dolar AS setahun sebelum kekeringan yang terjadi baru-baru ini, terutama yang digunakan untuk pembuatan bir.


Badan industri GrainGrowers Australia menyambut baik keputusan tersebut dan menilai tarif China dapat merugikan sektor ini sekitar 1,9 miliar dolar AS dalam lima tahun ke depan.

Para ahli mengatakan bahwa Beijing telah mempertimbangkan untuk membatasi impor Barley Australia sejak 2018 karena kekhawatiran bahwa China hanya memproduksi sekitar 20 persen dari yang dibutuhkannya, sehingga sangat bergantung pada impor.


Hubungan Australia-China berada pada titik terendah sejak penumpasan Lapangan Tiananmen 1989 dengan Beijing yang meluncurkan serangkaian sanksi ekonomi terhadap produk Australia.

Setiap perselisihan dianggap sebagai masalah teknis, tetapi banyak orang di Canberra percaya bahwa sanksi tersebut adalah pembalasan bagi Australia yang melawan pengaruh China di dalam dan di Asia-Pasifik, serta seruannya pada awal tahun ini untuk melakukan penyelidikan asal-usul virus corona.


Setidaknya 13 sektor Australia telah dikenakan tarif atau beberapa bentuk gangguan, termasuk daging sapi, batu bara, tembaga, kapas, lobster, gula, kayu, pariwisata, universitas, anggur, gandum, dan wol.

Baca Juga: Persib Harus Puas Setelah di Tahan Imbang 0-0 Saat Melawan Borneo FC
Pada Selasa, 15 Desember 2020, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Beijing belum mengkonfirmasi laporan media pemerintah bahwa ekspor batu bara Australia bernilai miliaran dolar sekarang tunduk pada larangan tidak resmi.

Halaman:

Editor: Mochammad Nurhidayat

Sumber: PikiranRakyat.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

5 Doa Pilihan yang Cocok Dibaca Selama Ramadhan

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Terpopuler

X