opini

Tiga Belas Syair Maulana Jalaludin Rumi Tentang Cinta

Rabu, 22 September 2021 | 07:42 WIB
Maulana Jalaludin Rumi (Bogor Times)

Bogor Times - Maulana Jalaluddin Rumi bukan hanya sebagai tokoh sufi dunia. Lebih dari itu, Rumi juga merupakan seorang penyair yang lirik-lirik baitnya menggema di kota Konya. Seiring waktu, tidak hanya kota Konya yang tergetar oleh bait-bait memesona Rumi, bahkan seluruh dunia di masa kini menyanjung keindahannya.

Oleh karenanya, Rumi adalah milik seluruh umat manusia. Meskipun Rumi yang seorang muslim kini tidak hanya dihormati oleh umat Islam, tetapi pribadinya menembus-sekat-sekat sempit agama sehingga masyarakat nonmuslim pun mengaguminya. Meskipun Rumi adalah seorang Persia, pengaruhnya menembus benteng-benteng batasan geografi. Meskipun Rumi hidup di masa lalu, pengaruhnya tetap terasa hingga masa kini dan diperkirakan akan tetap seperti itu di masa depan jauh.

Rubaiyat, salah satu antologi puisinya, merupakan karya yang tidak lekang oleh waktu. Di dalamnya, Rumi menginterpretasikan dirinya sebagai seorang penyair sufi yang agung. Kedalaman pesan dan keindahan diksi bahasanya begitu memikat dan memesona.

Dengan demikian, wajar jika Rumi menjadi simbol sastra Persia sekaligus sosok yang begitu populer dalam bidang sufisme.

Baca Juga: Kemuliaan Surat Al-Fatihah Dan Keistimewaan Nya.

Berikut Sepenggal Syair Maulana Jalaludin Rumi yang di ambil dari Kitab Samudra Rubaiyat.

1. Jika sang pencinta hendak temukan Kuil kenihilan, Pergi, temukanlah ia dalam          ketiadaannya; Di angkasa tanpa batas, kau carilah dia.

2. Sesuaikanlah diri pada wahana, Makanan hati yang tak pernah purna, Bunyi              terompet pencabut nyawa Yang mempercepat kehidupan baru.

3. Di jalanan Cinta, lihatlah! Aku menyala seperti lilin, Momen yang satu itu                  mungkin  selubungi Seluruh momen hari-hariku.

4. Aku bersumpah dengan penuh sesal: Selagi aku belum meninggal, dari jalan            yang  keras dan sempit ini Aku tidak bakal menyimpang. Kini ke mana pun                kuarahkan tatapan, Baik itu ke kiri ataupun ke kanan, Ke kanan ataupun ke kiri,        ke mana aku memandang Kulihat selalu wajah-Nya yang sangat kucintai.

5. Gunung dan aku, Gema sang Kekasih adalah jeritanku; Sebuah citra itulah aku,        Kekasih melukiskan sama dengan itu.

Baca Juga: Istimewa Nya Nama Nabi Muhammad SAW.

6. Semenjak kali pertama kudengar manusia Menjeritkan kisah ternama tentang          Cinta, Dengan hati, jiwa, dan mata Kuperjuangkan ia sepenuhnya.

7. Hatiku, kapankah akan kau lihat Sang Kekasih, dengan cepat Saat ia datang,            derita pun lenyap: Berapa lamakah kau akan mengeluh? Karena begitulah, ketika      wajah Mentari bersinar penuh berkah, Jika lilin itu mengangguk mati, la pun              lantas padam dan musnah.

Halaman:

Tags

Terkini

Mencegah dan Mengatasi Korupsi dalam Perspektif Islam

Senin, 4 Desember 2023 | 22:03 WIB

Tips Memilih Buah Jeruk yang Manis

Rabu, 18 Oktober 2023 | 18:59 WIB

Karisma Ulama Yang Telah Runtuh

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:27 WIB

Hati-hati! Embrio Kaum Khoarij

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:22 WIB