Skizofrenia Faizal Assegaf dan Gerombolan Bohir Anti NU

- Kamis, 21 Oktober 2021 | 07:23 WIB
Khotimi Bahri wakil Ketua Katib PC NU Kota Bogor (bogortimes.com)
Khotimi Bahri wakil Ketua Katib PC NU Kota Bogor (bogortimes.com)

Bogor Times- Belakangan, menjelang Muktamar NU ke 34, Faizal Assegaf sering 'menyerang' NU.

Mulai dari statemennya bahwa NU 99% bukan ulama, Mbah Hasyim bukanlah panutan, setelah sebelumnya memposisikan Gus Dur setara dengan Rocky Gerung.

Bahkan hampir setiap hari menyerang NU sekalipun NU dan tokoh NU sama sekali tidak menyoal sedikitpun akan hal itu.

Ini sebenarnya gejala skixofrenia Faizal yang bersifat kambuhan. Gangguan kejiwaan psikotik ini membuat si empunya berperilaku tidak normal dan berbicara sesuatu yang tidak nyata.

Seorang kawan menghubungi saya berdiskusi, apakah perlu Banom meresponnya. Bagi saya Banom NU tidak penting meresponnya karena dua alasan :

Pertama, dia bukan orang penting untuk direspon. Dia ibarat anak kecil yang sedang mencari perhatian. Kalau direspon serius justru hanya membuatnya merasa besar (besar kepala atau kata orang Sunda gede hulu).

Kedua, jika benar dugaan beberapa orang bahwa Faizal ini dipakai oleh Bohir yang oponturir untuk membuat gaduh NU, maka meresponnya sama artinya memenuhi harapan sang bohir.

Banyak alasan yang melatar belakangi pandangan saya ini. Namun, saya ingin kemukakan tiga alasan saja.


Satu, Faizal Assegaf termasuk pengidap penyakit "existential crisis" atau krisis eksistensi.

Penyakit ini merupakan gejala kepribadian yang menyangsikan keberadaan dirinya dalam kehidupan.

Kenapa Faizal termasuk pengidap krisis eksistensi? Dengan sangat percaya diri dia mendeklarasikan diri sebagai Ketua Progres 98, dan untuk meyakinkan orang lain dia menegaskan kepada salah satu media online pada tanggal 22-05-2018 :" saya mantan aktifis '98 bersama Adian Napitupulu, Anas Urbaningrum.

Bisa dilihat rekam jejak saya sebagai aktifis '98". Untuk mengangkat eksistensi dirinya, dia harus mengikut sertakan nama lain yang sudah diakui mssyarakat.

Faizal tidak percaya diri tanpa menyandingkan dirinya dengan nama lain yang yang sudah eksis yaitu Adian dan Anas. Dan yang lebih konyol lagi, ia bangga dengan kondisi dirinya yang masih ngontrak untuk mengesankan diri sebagai idialis sejati.

Faizal berkata pada media :" saya satu-satunya aktifis '98 yang masih hidup di rumah kontrakan di bawah sutet di daerah Jakarta Timur"!.


Padahal, masalah pemenuhan kebutuhan primer sangat terkait dengan keberkahan hidup dan etos kerja.

Halaman:

Editor: Mochammad Nurhidayat

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mencegah dan Mengatasi Korupsi dalam Perspektif Islam

Senin, 4 Desember 2023 | 22:03 WIB

Tips Memilih Buah Jeruk yang Manis

Rabu, 18 Oktober 2023 | 18:59 WIB

Karisma Ulama Yang Telah Runtuh

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:27 WIB

Hati-hati! Embrio Kaum Khoarij

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:22 WIB

Terpopuler

X