Baca Juga: Longsor di Cigdeg, 22 KK Terisolir
Menurutnya, tindakan KBS yang berkilah pada fakta. Mencerminkat KBS belum menyadari kesalahannya meskipun telah muncul korban atas tindakannya tersebut.
"Bahkan, di lapangan terjadi, korban yang ada mengalami trauma. Mereka perlu pengobatan khusus. Bahkan sampai ada yang mendengar kata Ustadz langsung menangis, tidak bisa berbicara, tersendat-sendat, mengigau dan sebagainya," katanya.
Hanya saja, tidak semua pengurus dan tenaga pengajar mau buka mulut. Lantaran, umumnya mereka mengira KBS telah bertaubat dan sadar. Itulah sebab kasus tersebut tidak terungkap.
Baca Juga: Pengerjaan dan Penutupan Jl Raya Tarikolo Maksimal 2 Minggu, Masyarakatt Diharapkan Bersabar
"Maka kami mewakili para pengurus. Kami prihatin atas kondisi kebenaran yang terjadi saat ini. Dari dugaan menjadi fakta, dengan adanya berbagai bukti yang kami kumpulkan. Prihatin atas institusi pendidikan terutama pesantren yang notabennya adalah lembaga yang memuliakan Agama Islam, memuliakan Al Quran. bisa terjadi kekerasan di dalam pesantren, yang di sini terjadi asusila," pungkasnya.
Mengulas, belum lama ini masyarakat di sekitar pesantren menyatakan sikap penolakan terhadap pimpinan Pondok Pesantren berinisial KBS di wilayahnya dan kantor media yang mengatas namakan Islam di wilayah pesantren, pada Sabu 17 September 2022.
Dalam pernyataan sikapnya, warga menyertakan peringatan yang berisi kalimat "Hentikan serangan pada anak dan terhadap LGBT.
Baca Juga: Tabrakan Beruntun di Tol, Satu Orang Tewas
Baca Juga: Pamer Jet Pribadi, Poltisi PDIP Jadi Sorotan Usai Usulkan Penghapusan 450 Va Masyarakat Miskin
Tidak hanya itu, warga juga mencopot Paksa plang kantor media Islam yang dianggap warga telah membela kemungkaran.