Bogor Times-Sebagai bulan yang luar biasa, Ramadhan penuh keutamaan. Di antaranya adalah ampunan dosa sepanjang Ramadhan bagi orang yang shalat malam dan berpuasa selama Ramadhan. Salah satu hadits yang menjelaskan keutamaan bulan Ramadhan adalah:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, “Barangsiapa yang ibadah malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Al-Bukhari). Baca Juga Kisah Nabi Yusuf dan Keutamaan Ramadhan Dalam riwayat lain disebutkan:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Al-Bukhari).
Hadits pertama menjelaskan ampunan dosa bagi orang yang menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah, dzikir dan shalat malam termasuk shalat Tarawih pada bulan Ramadhan. Ampunan dosa diperoleh jika seluruh ibadah dilakukan dengan “imanan”, yakni rasa yakin dan membenarkan, serta “ihtisaban”, yakni mengharapkan pahala dari Allah swt.
Pada hadits ini, kata “imanan” diartikan dengan meyakini kebenaran dan keutamaan menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah. Imam As-Suyuthi dalam Syarhu Muslim mengatakan, kata “imanan” dalam hadits tersebut memiliki arti meyakini kebenaran dan keutamaannya. Sedangkan Al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengatakan, artinya adalah meyakini adanya janji pahala dari Allah swt.
Sedangkan hadits kedua menjelaskan ampunan dosa bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan “imanan” dan “ihtisaban”. Pada hadits ini As-Suyuthi mengatakan, kata “imanan” diartikan dengan meyakini kewajiban puasa Ramadhan, meyakininya sebagai salah satu rukun Islam, dan meyakini janji pahala dari Allah swt.
Jadi, orang yang melakukan puasa dan shalat malam pada bulan Ramadhan harus merasa yakin dan tidak ragu bahwa puasa merupakan kewajiban Islam, shalat malam merupakan anjuran Islam, dan keduanya telah dijanjikan pahala oleh Allah swt.
Sedangkan kata “ihtisaban” pada dua hadits di atas diartikan dengan beberapa makna, di antaranya: Melakukan puasa dengan senang dan berharap mendapat pahala dari Allah swt, tidak merasa berat melakukan puasa, dan tidak merasa jenuh karena hari-hari puasa terlalu lama, sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani:
v“Al-Khattabi berkata: "kata “ihtisaban” artinya dengan keteguhan hati, yaitu puasa dengan makna menginginkan pahala, dengan hati yang baik, tidak merasa berat untuk puasa dan tidak merasa terlalu panjang hari-harinya".” (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahihil Bukhari, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2017] juz V, Halaman 101).
Melakukan ibadah dengan ikhlas hanya karena Allah, tidak karena riya’ dan ingin dilihat baik di hadapan orang lain. As-Suyuthi dalam Ad-Dibaj mengatakan: "Yang dikehendaki dari "ihtisaban" adalah mencari pahala dari Allah saja, tidak melihat manusia atau apapun hal lain yang bertentangan dengan keikhlasan.” (Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi, Ad-Dibaj 'ala Sahihi Muslim bin Al-Hajjaj [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2016], juz II, halaman 173).
Pemaknaan yang sama juga disampaikan dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi karya Muhammad Abdurrahman, sebagai berikut:
وَاحْتِسَابًا أَيْ طَلَبًا لِلثَّوَابِ مِنْهُ تَعَالَى أَوْ إِخْلَاصًا أَيْ بَاعِثُهُ عَلَى الصَّوْمِ مَا ذُكِرَ لَا الْخَوْفُ مِنَ النَّاسِ وَلَا الْاِسْتِحْيَاءُ مِنْهُمْ وَلَا قَصْدُ السُّمْعَةِ وَالرِّيَاءِ عَنْهُمْ
Artinya, “(Dan karena mengharapkan pahala), maksudnya mencari pahala dari Allah swt, atau karena ikhlas, yaitu motivasinya berpuasa adalah ikhlas karena Allah, bukan karena takut kepada manusia, atau merasa malu, juga tidak karena ingin didengar baik oleh orang lain dan tidak pamer.” (Muhammad Abdurrahman, Tuhfatul Ahwadzi Bisyarhi Jami’it Tirmidzi, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2018], juz IV, halaman 244).
Artikel Terkait
Kenapa Harus Belajar Ngaji Sejak Dini? Simak Keterangan Ketua KPAD Kota Bogor
Hore, Kemenag Luncurkan Panduan Baca Al-Qur’an Braille
Beberapa Alasan Pentingnya Mempelajari Al Quran Sejak Dini
Itikaf di 10 Malam Terakhir Ramadhan, Berikut Panduannya
Kerjasama dengan Kadubes Tiongkok, PBNU Salurkan Ribuan Paket Sembako
Vihara Dhanagun, Gelar Buka Puasa Bersama Penyandang Disabilitas
Beberapa Fakta Pelayanan Validasi BPHTB di Bappenda Kabupaten Bogor Buruk
Ratusan Santri dan Wali Santri Sambut Kunjungan Ibu-ibu PKK, Ketua PKK Desa Cogreg, Maisaroh: Moga Program Sanlat Jadi Tradisi Tiap Tahun
Ibu PKK Cogreg Rutin Berbagi Takjil, KPAD Kab Bogor: Itu Ketua PKK Desa Tercantik di Kabupaten Bogor
Sambut Kunjungan PKK, DKM Masjid: Generasi Hebat Akan Lahir dari Perempuan-perempuan Hebat