Kerinduan Seorang Hamba Kepada Rasulullah

- Senin, 18 Oktober 2021 | 14:43 WIB
Ilustaris (Bogor Times)
Ilustaris (Bogor Times)

Bogor Times - Ya Rasulullah, gelombang suara yang dilantunkan ketika mahallul qiyam seringkali "memaksa" larut dalam kerinduan, bergeming meluluhkan hati "manusia pendosa" yang seringkali membuat malu engkau atas perbuatan yang "mengaku" umatmu ini.


Sungguhpun aku "jauh" dari kriteria umatmu, kerinduan ini 'tak bertepi, ingin rasanya bertemu walau sekejap lalu, aku rindu pribadi engkau di tengah "kepongahan intelektual", akupun ingin syafaatmu yang sanggup sampaikan pada "kebahagiaan abadi".

Baca Juga: Gus Baha: Membaca Sholawat Dapat Menyelamatkan Pembacanya di Hari Kiamat

Ya Rasulullah, mata ini sempat menahan derai air mata ketika melihat penuh haru seorang Guru menahan isak tangis setiap menceritakan kerinduannya padamu, ya Rasulullah. Kepergiannya berziarah ke makammu nyaris setiap tahun, semata hanya cinta dan ingin melepas rindu yang terbatas ruang dimensi yang berbeda.

Baca Juga: Habib Luthfi Bin Yahya : Jangan Tertipu dengan Kedudukan Pangkat

Perilaku Sang Guru yang bolak-balik mengunjungi Makkah dan Madinah (mungkin) banyak yang tidak setuju, tetapi ketika seorang hamba teramat cinta pada Rasulnya harta dan jarak bukanlah persoalan penting. Cinta yang teramat dalam itu amatlah "indah" , sebuah kata tidak mampu menggambarkannya, terkadang logika-pun tidak sanggup menerjemahkannya, tetapi sikap dan perilaku selalu lebih mudah merefleksikannya.

Kata Ibnu Qoyyim al-Jawziyyah, tidak mungkin cinta dapat didefinisikan secara lebih jelas kecuali dengan cinta lagi. Cinta tidak dapat digambarkan lebih jelas daripada apa yang digambarkan oleh cinta lagi. Definisi cinta adalah wujud cinta itu sendiri.

Baca Juga: Kutipan Kisah Cinta Kepada Rasulullah Dari Nenek Tua Asal Madura

Cinta sepenuhnya pada Sang Baginda adalah kesempurnaan iman dan kesempurnaan iman itu dapat diraih manakala mencintai Rasulullah Saw. lebih dari diri sendiri. Kata Umar bin Khattab: Ya Rasulullah, engkau lebih aku cintai dari apapun kecuali dari diriku sendiri. Nabi Saw. bersabda: Tidak, Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, belum sempurna iman kamu sebelum aku lebih kamu cintai dari dirimu sendiri. Dan Umar berkata lagi: sekarang memang begitu demi Allah.

Ya Rasulullah, kupilih jalan "sunyi" agar sepi mencintai kunikmati "meratap" pada Ilahi. Semoga sudilah engkau ya Rasulullah memberi syafaat mu untukku "manusia pendosa", agar kelak aku dapat melihat akhlakmu yang mulia, pekertinya yang terpuji, hatinya yang "bersih", dan nuraninya yang "bening".

Artikel ini ditulis oleh : 

Fajar Meihadi, (PCNU Kabupaten Sumedang)***

 

Editor: Muhammad Syahrul Mubarok

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mencegah dan Mengatasi Korupsi dalam Perspektif Islam

Senin, 4 Desember 2023 | 22:03 WIB

Tips Memilih Buah Jeruk yang Manis

Rabu, 18 Oktober 2023 | 18:59 WIB

Karisma Ulama Yang Telah Runtuh

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:27 WIB

Hati-hati! Embrio Kaum Khoarij

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:22 WIB

Terpopuler

X