Islam Dan Nasionalisme

- Kamis, 18 November 2021 | 19:45 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

Bogor Times - Pada 17 September 1945 Presiden Soekarno meminta fatwa kepada KH Hasyim Asy’ari untuk mempertahankan kemerdekaan. Maka keluarlah yang kita kenal dengan Resolusi Jihad.Hal tersebut disambut rakyat dengan semangat berapi-api, yang menggerakkan warga dan juga kalangan santri mengusir pasukan sekutu di Surabaya.

Lihat pula Jenderal Soedirman, beliau merupakan pahlawan yang memiliki dua peran sekaligus, sebagai seorang Kyai dan pimpinan Tentara nasional Indonesia.

Jenderal Soedirman pada masa hidupnya senantiasa menjaga diri dalam keadaan suci dengan cara menjaga wudhu, sholat di awal waktu dan berjamaah, serta berbakti kepada orang tua.

Perlawanan rakyat Aceh dipimpin oleh Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, di Sumatera Barat muncul Perang Paderi dipimpin oleh Imam Bonjol, Gerakan Tiga Haji di Dena Lombok, dan banyak lagi perlawanan rakyat Indonesia yang dipelopori oleh ulama dan santrinya.

Kecintaan terhadap tanah air (nasionalisme) ditunjukkan pula oleh Nabi Ibrahim a.s. Hal ini diabadikan Allah di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah 126. Dalam Tafsir Kementrian Agama dijelaskan, tanda cinta Ibrahim a.s. beliau curahkan dengan doanya dengan penuh harapan agar negeri Mekah menjadi negeri yang aman dari bencana dan pertumpahan darah sebagaimana dahulu telah menimpa kaum sebelumnya.

Baca Juga: Lima Sebab dan Tiga Cara Menuntut Ilmu

Selain itu Nabi Ibrahim berdoa agar penduduk Mekkah diberikan kesejahteraan berupa buah-buahan, baik untuk orang beriman atau bahkan untuk orang kafir sekalipun. Menurut Al-Alusi dalam Tafsir Ruh al-Ma’ani Nabi Ibrahim a.s. berdoa untuk negerinya dalam dua hal yaitu dalam hal keamanan negeri dan dalam kesejahteraan ekonomi.

Kecintaan terhadap tanah air juga diisyaratkan oleh nabi Muhammad SAW. Ketika beliau hijrah ke Madinah, sambil menengok ke kota Mekkah beliau berucap,“Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah bumi Allah yang paling kucintai.

Baca Juga: Harapan Besar Wagub DKI Jakarta Agar Formula E Dapat Dukungan dari PemerIntahan Jokowi.

Seandainya bukan yang bertempat tinggal di sini mengusirku, niscaya aku tidak akan meninggalkannya”. Juga saat beliau shalat menghadap ke Baitul Maqdis. Setelah enam bulan beliau rindu kepada Mekah dan Ka’bah karena merupakan kiblat leluhurnya dan kebanggaan orang-orang Arab.

Baca Juga: Anggota Komisi Fatwa MUI Ditangkap Densus 88, MUI Terbitkan Bayan Majelis Ulama Indonesia

Wajah beliau bolak-balik menengadah ke langit bermohon agar kiblat diarahkan ke Mekah. Maka Allah merestui keinginan ini dengan menurunkan al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 144.

Islam menghendaki sikap nasionalisme, jika dilakukan dalam rangka menjaga kepentingan rakyat dan umat. Sebaliknya tidak untuk memecah belah antar rakyat dan umat.

Uraian di atas semoga dapat menjawab keprihatinan kita terhadap segelintir orang atau kelompok orang yang coba membenturkan antara al-Qur’an dan Pancasila, antara faham keagamaan dan faham kebangsaan. Karena antara keduanya sama sekali tidak bertentangan dalam kajian teks maupun konteks (sejarah). Wallahu a’lam bi al shawwāb.

Artiken ini ditulis oleh : Muhamad Sofian, M.Pd.***

Editor: Muhammad Syahrul Mubarok

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mencegah dan Mengatasi Korupsi dalam Perspektif Islam

Senin, 4 Desember 2023 | 22:03 WIB

Tips Memilih Buah Jeruk yang Manis

Rabu, 18 Oktober 2023 | 18:59 WIB

Karisma Ulama Yang Telah Runtuh

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:27 WIB

Hati-hati! Embrio Kaum Khoarij

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:22 WIB

Terpopuler

X