Catatan Hati Seorang Guru

- Jumat, 26 November 2021 | 02:53 WIB
Ilustrasi (Pixabay.com)
Ilustrasi (Pixabay.com)


Bogor Times - Guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.

Guru merupakan seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih muridnya agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut. Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi juga pendidikan lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para muridnya.

Guru adalah seorang pemimpin pembelajaran yang mempunyai peran penting dalam keberhasilan peserta didik untuk mendapatkan berbagai kompetensi yang diharapkan.

Ada beberapa jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik di abad 21 ini yaitu: keterampilan berpikir kritis (Critical thinking), kreativitas (Creativity), Berkomunikasi (Communication), dan berkolaborasi (Collaboration) yang sering disingkat dengan 4C, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), dan keterampilan literasi.

(hmm…paket komplit ya ternyata eh ternyata zaman now ini pe’er guru bejibun pisan ditambah masanya yang kita alami baru mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru karena musibah wabah covid 19 ya)
Rasa syukur yang sangat luar biasa karena genap 10 tahun sampai saat ini saya masih diberikan kesempatan berada dalam barisan kebaikan ini yaitu di dunia pendidikan sebagai guru.

Baca Juga: Ketua LP Ma’arif NU Dorong Para Guru Tingkatkan Kompetensi Digital Syifa Arrahmah

Saya merasa usia peran saya dalam dunia pendidikan ini masih sangat belia dibandingkan para guru yang sudah puluhan tahun lamanya mengabdikan jasanya dalam dunia pendidikan ini. Terlepas dari itu semua, saya merasa bangga dan salut luar biasa kepada para guru tertua (senior) yang benar-benar mengabdikan dirinya untuk kecerdasan para generasi penerus kemajuan bangsa.

Bukan sibuk berlomba mengejar diangkat sebagai ASN semata berpuluh-puluh tahun mengabdikan dirinya, sampai mereka lupa ada jaminan kesejahteraan hidup yang diadakan oleh pemerintah dengan “syarat khusus”tentunya. Yang paling menarik dan alangkah lucunya negeri ini, mereka harus bersaing dengan para pemuda yang baru seumur jagung untuk jaminan kesejahteraan dalam pengangkatan ASN nantinya.

Baca Juga: PT Bogor Mineral Kembali Longsor Tutup Irigasi, Warga Minta Bupati Tengok Bogor Ujung Timur

“Beri nilai dari usahanya, jangan dari hasilnya. baru kita bisa menilai kehidupan (Albert Einstein)”. (Semoga semua guru di seluruh dunia akan sejahtera kehidupannya tanpa syarat khusus pada waktunya).

Semoga calon guru (para generasi muda) benar-benar menjalankan perannya sebagai guru, bukan hanya sekedar menginginkan gelar dan gaya semata tetapi benar-benar menjadi seorang guru yang profesional lahir batin secara ilmu dan akhlaknya. “Banyak dari kegagalan hidup dialami yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan ketika mereka menyerah (Thomas Edison).

Sungguh tak mudah rasanya menjadi seorang guru yang sempurna, sempurna dalam keilmuan maupun dalam sikapnya, guru juga bukan sekedar profesi semata, menjadi seorang guru adalah panggilan jiwa penuh cinta. Menyempurnakan keilmuan dan sikapnya adalah salah satu kewajiban seorang guru untuk terus belajar memperbaiki diri dari masa ke masa agar ilmu yang disampaikan kepada generasi terbaiknya diimplementasikan secara baik dalam dunia nyata.

Peran seorang guru dalam mencapai tujuan pendidikannya tidak akan lengkap pastinya tanpa dukungan atau kerjasama dengan orangtua siswa. Para orangtua adalah guru yang paling utama di rumahnya.

Guru hanya menjembatani siswa menuju cita-cita terbaiknya, Saya sangat salut dan bangga terhadap peran para orangtua yang selalu mendukung/ kerjasama dalam keberlangsungan/ kelancaran memfasilitasi siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran sebaik mungkin apalagi di masa pandemic seperti sekarang ini, pastinya perjuangan sekali ya. Guru hanyalah guru bukan siapa-siapa tanpa adanya peran orangtua yang utama di rumah dalam menjalankan perannya.

Setiap anak memiliki multitalenta nya masing-masing dan berbeda-beda. Dikemukakan oleh seorang pakar psikologi dari Amerika Serikat, Howard Gardner Ph. D, yang mengatakan tentang konsep Multiple Intelligences atau Kecerdasan Majemuk. Perbedaan jenis kecerdasan ini dimaksudkan agar seorang anak tidak dinilai berdasarkan IQ-nya saja, namun dari berbagai macam bidang. Hal ini dapat membantu anak dalam mengembangkan bakatnya di bidang lain.

Halaman:

Editor: Muhammad Syahrul Mubarok

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mencegah dan Mengatasi Korupsi dalam Perspektif Islam

Senin, 4 Desember 2023 | 22:03 WIB

Tips Memilih Buah Jeruk yang Manis

Rabu, 18 Oktober 2023 | 18:59 WIB

Karisma Ulama Yang Telah Runtuh

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:27 WIB

Hati-hati! Embrio Kaum Khoarij

Jumat, 28 Juli 2023 | 15:22 WIB
X