Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

- Selasa, 30 Mei 2023 | 22:44 WIB
Kurikulum PAI (Gagan Jamaludim )
Kurikulum PAI (Gagan Jamaludim )

Pendidikan tidak lagi berfungsi hanya untuk mentransfer ilmu pengetahuan saja, lebih dari itu pendidikan harus mampu menyiapkan peserta didik sebagai pelopor perubahan atau agen perubahan yang mempunyai kemampuan merubah segala aspek kehidupan, juga Pendidikan dipersiapkan untuk mendidik generasi muda agar mempunyai kompetensi yang dubutuhkan di masa yang akan datang, kompetensi yang dibutuhkan tersebut berupa kepribadian yang berkarakter baik dan mempunyai kemampuan untuk menghidupi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, lebih jauhnya lagi dapat mengembangkan kehidupan manusia.

Pendidikan yang bermutu dan berkeadilan dapat menunjukan kemandirian bangsa. Maka pendidikan harus dapat menjadi sarana pembangunan nasional dalam segala bidang. Dalam bidang ekonomi pendidikan sebisa mungkin harus menghasilkan seorang ekonom handal yang mampu mengatur perekonomian negara. Dalam bidang politik pendidkan harus menghasilkan output seorang politikus yang jujur, adil, inovatif, dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan bangsa. Tentu tidaklah mudah mewujudkan hal demikian, langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan memperhatikan pembangunan pendidikan nasional yang berlandaskan penelitian dan riset. Melalui penelitian dan riset itulah dapat diketahui potensi, tantangan dan peluang pada masa yang akan datang.

Dalam kaitan tersebut berikut akan terdapat dua permasalahan mendasar yang dihadapi dalam pengelolaan dan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Pertama, berkenaan dengan daya saing bangsa, suatu negara dikatakan unggul adalah ketika tersedianya sumber daya manusia atau human resources yang mengusasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendalam, maka seharusnya berbagai kebijakan pendidikan di indonesia dibuat agar mampu menghasilkan peserta didik yang faham ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi dewasa ini di indonesia terdapat kenyataan bahwa setiap kebijakan yang dibuat lebih berorientasi pada dua permasalahan pokok yaitu: pertama pembangunan pendidikan hanya berorientasi pada pengadaan sarana prasarana semata dengan membangun berbagai macam infrastruktur yang bertujuan untuk menampung semakin banyaknya peserta didik di suatu lembaga.

Kedua kurang masksimalnya mutu proses pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan yang ditandai dengan kurikulum yang hanya berorientasi pada nilai nilai akademik semata serta pengalokasian waktu dalam proses pembelajaran yang masih kurang bermutu. Peningkatan mutu pendidikan harus mendapat perhatian yang sangat serius dari para pemerhati pendidikan, karena dengan peningkatan mutu inilah suatu lembaga pendidikan lebih jauhnya lagi suatu negara dapat disegani karena mampu bersaing dengan bangsa lainya. Disamping itu suatu lembaga yang bermutu ia akan mampu tetap eksis dan akan terus berkembang karena melakukan berbagai inovasi dan tetap menjaga kualitas pendidikan nya.

Sebaliknya lembaga yang tidak memperhatikan mutu pendidikanya ia tidak akan mampu bersaing dengan lembaga lainya lebih jauhnya lagi suatu negara yang kualitas pendidikanya kurang bermutu tidak akan mampu bersaing dengan negara lainya, inilah pentingnya peningkatan mutu pendidikan. Selain berkenaan dengan daya saing, permasalahan lain yang cukup mengkhawatirkan adalah angka pengangguran yang cukup tinggi. Bahkan dalam data badan pusat statistik jumlah pengangguran nasional sebesar 8,14%.6 Bahkan ada kecenderungan yang konsisten yang terjadi selama 5 tahun terakhir bahwa semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula angka pengangguranya.

Persentase pengangguran lulusan pendidikan dasar hanya sebesar1-3%, lulusan sekolah menengah sebesar14%, Ironisnya angka pengangguran tertinggi diderita oleh para lulusan SMK yakni 15,70%, lulusan jenjang diploma 15,38%, padahal kedua satuan pendidikan tersebut dirancang untuk menyiapkan lulusan yang siap bekerja. Gejala pengangguran diatas menunjukan adanya permasalahan terkait dengan relevansi pendidikan. Bahwa pendidikan di indonesia masih belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia kerja serta pembangunan nasional lebih jauhnya. Padahal pengangguran justru akan menjadi cikal bakal permasalahan lainya seperti tindakan kriminal, kemiskinan, kenakalan bahkan lebih jauhnya jika pengangguran terus dibiarkan akan mengancam kedaulatan bangsa.

Berdasarkan berbagai permasalahan diatas perlu kiranya diadakan suatu kajian yang mendalam dan khusus untuk mengantisipasi dan mengeksplorasi berbagai isu untuk dapat mewujudkan sistem pendidikan nasional yang bermutu dan berkualitas serta berdaya saing global. Salah satu yang menjadi perhatian adalah di bidang kurikulum khususnya pengembangan kurikulum, karena kurikulum merupakan hal paling pokok dalam penyelengaraan pendidikan. Maka penulis sangat tertarik menulis artikel tentang pengembangan kurikulum Pendidikan agama islam dengan harapan dapat memberikan sumbangsih yang dapat memudahkan para pembaca dan para pengembang kurikulum Pendidikan agama islam di masa mendatang.

Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan teknik studi kepustakaan atau studi literatur dengan mencari berbagai sumber data yang berasal dari buku dan artikel jurnal yang relevan yang berguna untuk memperkuat argumentasi penulis.

 Pengertian Kurikulum

Dalam pengertian harfiyah atau etimologis, kurikulum diambil dari bahasa Yunani yaitu curir yang mempunyai pengertian kata pelari dan curare yang mempunyai pengertian tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum ini pada jaman dahulu sering digunakan dalam dunia olahraga khususnya di romawi dan yunani kuno yang memiliki arti suatu jarak yang berasal dari garis start yang harus ditempuh oleh pelari hingga menuju garis finish

Menurut S. Nasution, kurikulum ialah satu perencanaan dalam proses pembelajaran dengan cara menyusun berbagai hal yang mampu melancarkan proses pembelajaran, sekolah dan lembaga pendidikan bertanggungjawab penuh beserta semua stakeholder yang ada di lembaga pendidikan tersebut. Lebih jauh lagi nasution menjelaskan bahwa kurikulum bukan hanya kegiatan yang direncanakan semata tetapi meliputi semua peristiwa yang terjadi. Jadi selain ada kurikulum formal juga ada kurikulum informal. Sedangkan menurut Pratt dalam masrifa hidayani mengemukakan kurikulum adalah seperangkat tujuan yang dibuat oleh suatu lembaga formal maupun informal atau lembaga pelatihan.

Jadi kurikulum merupakan keseluruhan program dan kegiatan yang disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara umum dan mewujudkan visi misi suatu lembaga secara khusus. Maka dalam implementasi kurikulum dalam rangka terwujudnya keberhasilan suatu lembaga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukung diantaranya: guru atau karyawan yang berkompeten di bidangnya, fasilitas inti yang mendukung, adanya fasilitas bantu seperti laboratorium yang mumpuni, adanya dana yang memadai, adanya manajemen yang baik, serta kepemimpinan yang visioner transparan dan akuntabel.

Pengertian Pengembangan Kurikulum

Curriculum development atau curriculum planning meliputi aktivitas penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum. sehingga David Pratt dan Winarno Surahmad berpendapat pengembangan kurikulum lebih bersifat konseptual dibanding bersifat material. Pratt juga lebih memilih desain kurikulum (curriculum design) daripada pengembangan kurikulum alasanya desain lebih mengacu pada kegiatan tertentu dan seksama bukan pada evolusi atau pertumbuhan yang gradual.

Halaman:

Editor: Khozinatul Ummatil Islamia

Sumber: Gagan Jamaludin

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Guru SDN Cogreg 02 Terbaik Se-Kecamatan Parung

Selasa, 5 Maret 2024 | 19:52 WIB

PB PMII Siapkan Kader Gemilang Lewat Program Scholin

Rabu, 29 November 2023 | 10:53 WIB

Penutupan KKN Unusia Dihadiri Ratusan Warga Cimulang

Rabu, 27 September 2023 | 08:09 WIB

Fiil Mujarrad

Selasa, 19 September 2023 | 06:00 WIB

Cara Tepat Memakai Makeup Natural untuk Pemula

Selasa, 11 Juli 2023 | 19:43 WIB
X