Mendengar pertanyaan itu, sang kiyai tetap tenang dan santai meladeni pria yang tengah emosi tersebut.
“Kenapa?” jawab sang kiai.
“Istri saya diambil orang,” tulisnya.
Tidak beruntung, sang kiai dapat dianggap emosi warga tersebut. Sang kiai mengungkapkan bahwa tidak ada untungnya berkelahi dan bunuh-membunuh.
Ia juga mengungkapkan bahwa jika seorang warga tersebut menang, ia akan dipenjara. Selama di penjara siapa yang tahu kalau istrinya akan dicuri orang lagi.
Jika ia kalah dan harus mati, maka istrinya akan kawin lagi.
Jadi sebaiknyaok itu jangan pernah terjadi.
“Menurut saya,” lanjut sang kiai dengan nada tenang dan hati-hati,
“Sebaiknya jangan bunuh-bunuhan karena tidak ada untungnya baik buat yang kau bunuh maupun dirimu sendiri.”
“Lagian kamu sendiri juga agak keliru, masa istri ditinggal ke luar negeri, dalam hitungan tahun lagi,” kata Kiai Muhammad yang mengerti bahwa tamunya itu habis pulang dari luar negeri.
“Sebaiknya jangan ada carok itu, kamu lebih baik hidup tenang dan jaga istrimu baik-baik. Yang lalu biarlah berlalu sebagai pelajaran. Kalau harus ke luar negeri berangkatlah bersama jangan sendiri-sendiri,” tutur Kiai Muhammad sebagai pamungkas.
Warga tersebut langsung menyadari emosinya dan pulang dengan perasaan yang penuh kesadaran akan kesalahan dirinya meninggalkan istri ke luar negeri.
Pertumpahan darah pun dihindarkan. Kiai Muhammad sukses memberi jalan tengah “menang sama menang” dan menghindarkan warga tersebut dari perbuatan yang mencelakakan orang lain dan dirinya. ****