Bogor Times- Dalam kegiatan tawaqufan Pesantren Kilat di Masjid Djami Al Ikhlas Cogreg, Usman Abdul Azis berbagi kiat untuk mencetak anak suka Al Quran.
Di antaranya adalah dengan memberikan mereka ruang untuk menjadi manusia seumurnya. Sekalipun memiliki pola mengajarkan Al-Quran, anak didik harus tetap diberi ruang untukberaktivitas sebagaimana anak-anak di usianya.
“Mereka bebas main, jajan saat mengaji. Walaupun kami akan batasi ia ketika materi yang mengharuskan fokus," ucapnya belum lama ini 29 Maret 2024.
Baca Juga: Geger, Belasan Jasad Penghuni Kubur di Muarasari Wangi dan Utuh
Baca Juga: Cara Mudah dan Simpel Cek Biaya Tol Online di Mudik 2024: BPJT, Jasa Marga, dan Google Maps
Baca Juga: Ketika Mudik, Shalat Jama’ Qashar di Kampung Halaman, Bolehkah?
Dimulai dari surat-surat pendek di Juz 30. Diajarkan makhraj yang benar, Ini kuncinya. Jadi tidak sekedar mengejar banyak hafalan, tapi sudah dibiasakan untuk fasih dan tartil.
“Harus bertahap, setelah hafal juz 30, lanjut ke surat-surat pilihan. Misalnya, Yasin, Al Mulk, Ar Rahman dan Al Waqi’ah,” tuturnya.
Kedua, setelah hafal satu juz, dibiasakan untuk mengidentifikasi ayat-ayat yang redaksinya mirip. Misalnya di surat Al-Infithar ayat 13-14
إِنَّ ٱلۡأَبۡرَارَ لَفِي نَعِيمٖ ١٣ وَإِنَّ ٱلۡفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٖ ١٤
“Ini butuh fokus agar terbiasa mengidentifikasi ayat-ayat yang mirip. Selain itu juga untuk menghindari loncat ayat,” imbuhnya.
Ia menambahkan bahwa anak-anaknya ini memang senang ketika belajar. Jadi mudah ketika mengajarkan mengaji.
Lebih lanjut, Usman membagi pengalamannya kepada para orang tua cara mengaarkan Al-Qur’an kepada anak-anaknya.
“Sejak berada di dalam kandungan, orang tua agar membiasakan untuk memperdengarkan bacaan AlQur’an. Bisa dari audio murottal. Sukur-sukur langsung dari kedua orang tuanya," katanya.
Yang penting, menurut Usman, adalah memperdengarkan bacaan Al-Qur’an yang indah, yang menyentuh hati. Karena pada dasarnya semua orang suka keindahan. Ini merupakan fitrah manusia.