Kiriman Doa Ibu pada Ahli Kubur Anaknya

- Minggu, 21 Mei 2023 | 19:21 WIB
Ilustrasi saat membaca doa (Pixabay.com)
Ilustrasi saat membaca doa (Pixabay.com)

Bogor Times- Diterangkan dalam kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabuddin bin Salamah al-Qalyubi bahwa pada malam Jumat Shalih al-Mursi pergi ke Masjid Jami’ untuk melaksanakan shalat Subuh.

Di tengah perjalanan ia melewati maqbarah (pekuburan) dan berdiri sejenak sampai fajar datang. Saat fajar datang, ia pun melaksanakan shalat seperti biasanya, namun usai melaksanakan shalat ia merasakan kantuk yang luar biasa hingga akhirnya tertidur.  

Saat tertidur, Shalih melihat para penghuni kubur dalam maqbarah yang ia lewati tadi berhamburan keluar dengan berpakaian putih, mereka duduk bergerombol saling bercerita. Namun, dalam mimpinya itu Shalih menyaksikan ada satu pemuda yang berpakaian lusuh yang duduk sendirian dan terlihat sedih.  

Tidak lama kemudian Shalih Al-Mursi menyaksikan sekelompok orang yang bergerombol itu mendapatkan piring yang ditutupi sapu tangan, setiap orang mendapatkan jatah satu piring. Pada saat yang sama, pemuda yang terlihat bersedih tadi tidak mendapatkan apa-apa lalu ia pun pergi dan masuk ke dalam kuburannya.  

Shalih Al-Mursi bergegas memburu pemuda tadi untuk menanyakan sesuatu yang menimpanya.  

“Wahai Hamba Allah, aku melihatmu sangat bersedih, sebenarnya apa yang yang terjadi padamu?” tanya Shalih kepada pemuda itu.  

“Wahai Shalih, apakah tadi kamu melihat piring-piring yang dibagikan?” jawab pemuda itu yang diiyakan oleh Shalih.   Pemuda tadi menceritakan bahwa piring-piring tersebut merupakan piring kiriman dari orang yang hidup untuk orang yang sudah wafat. Dikatakannya, setiap orang hidup yang bersedekah dan berdoa ditujukan untuk orang yang sudah wafat, maka doa dan sedekah itu akan disampaikan kepada ahli kubur setiap hari Jumat dalam bentuk piring.  

“Aku adalah orang asing yang berasal dari negara Hindi dan berniat akan melaksanakan ibadah haji bersama ibuku, namun sayangnya ketika baru sampai Bashrah aku meninggal dan dikuburkan di sini,”imbuhnya.  

Pemuda itu menceritakan bahwa beberapa waktu setelah ia wafat, ibunya menikah lagi dan sibuk dengan suami barunya hingga melupakan sang pemuda yang tiada lain adalah anak kandungnya sendiri.  

“Ibuku tidak pernah berdoa dan bersedekah untukku seakan dia tidak punya anak, sungguh dunia telah membuatnya lalai,” keluhnya.   “Di mana alamat rumah ibumu?” tanya Shalih yang langsung dijawab pemuda itu dengan sebuah alamat lengkap.  

Shalih al-Musri kemudian terbangun dan langsung berangkat menuju alamat yang disampaikan oleh pemuda yang ada dalam mimpinya itu. Saat sampai di rumah ibunya, Shalih al-Musri membuka dialog dengan sebuah pertanyaan.  

“Apakah kamu punya seorang anak?”   “Tidak,” jawab perempuan yang menjadi ibu pemuda itu.  

Tidak lama kemudian Shalih mengulangi pertanyaan serupa.  

“Apakah kamu punya seorang anak?”   Sebelum menjawab pertanyaan, perempuan itu menghela napas yang cukup panjang.

  “Iya, saya punya anak tapi dia sudah meninggal semasa muda.”  

Halaman:

Editor: Rajab Ahirullah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Hikmah Zakat Dalam Islam

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Berikut Niat Zakat Fitrah Untuk Berbagai Keadaan

Jumat, 5 April 2024 | 06:00 WIB

Definisi Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Sejarah Syariat Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Beberapa Keutamaan Hari Raya Idul Fitri

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Makna dan Esensi Idul Fitri Menurut Ulama

Kamis, 4 April 2024 | 02:20 WIB

Jatuh dan Terluka, Apakah Puasa Menjadi Batal?

Rabu, 27 Maret 2024 | 12:55 WIB
X