Artinya, “Suatu saat Imam As-Syarji bermimpi ketika tidur, bahwa kiamat telah datang dan manusia dikumpulkan (di mahsyar), kemudian terdengar suatu panggilan agar Imam As-Syafi’i, Malik, Ahmad, dan Abu Hanifah untuk berdiri. Ketika mereka berdiri, Allah berkata kepada mereka: “Sungguh Aku telah menurunkan satu agama Islam (tanpa perbedaan), namun kalian menjadikannya empat agama (dengan pendapat yang berbeda-beda), lantas bagaimana ini?”
Mendengar pertanyaan tersebut, kemudian para imam mazhab yang empat memohon izin kepada Allah agar ada salah satu dari mereka yang bisa menjadi wakil untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian Allah memberi izin. Akhirnya Imam Ahmad bin Hanbal yang dipilih untuk menjawabnya. Karena dipilih, akhirnya Imam Ahmad menjawab bahwa mazhab yang mereka bawa tetap merujuk pada Al-Quran dan hadits, dan sama sekali tidak menciptakan empat agama melalui pendapat yang berbeda-beda:
قَالَ: يَا رَبِّ، نَحْنُ مَا أَتَيْنَا بِدِيْنٍ جَدِيْدٍ، كُلُّ مَا أَتَيْنَا بِهِ دِيْنٌ مَأْخُوْذٌ مِنْ كِتَابِكَ وَسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ
Artinya, “Imam Ahmad berkata: Wahai Tuhanku! Kami tidak membawa agama baru. Semua yang kami bawa merupakan berdasar pada kitab suci-Mu dan hadits Nabi-Mu, yaitu Nabi Muhammad.”
Mendengar jawaban Imam Ahmad tersebut, tentu Allah menolak secara langsung, sebab sudah jelas bahwa pendapat-pendapat yang empat imam mazhab bawa jelas memberikan dampak yang berbeda bagi setiap umat Islam yang mengikutinya. Agama yang sejatinya satu ternyata bisa dijalani dengan empat cara, sesuai dengan mazhabnya.
Kemudian Imam Ahmad bertanya kepada Allah, perihal siapakah yang akan dijadikan saksi bahwa kebaradaan empat imam mazhab telah menjadikan agama Islam dengan empat cara. Lantas Allah menjawab, “Aku. Aku sendiri yang menyaksikan bahwa kalian telah menjadikan agama dengan empat corak yang berbeda.”
Dengan kecerdasannya, kemudian Imam Ahmad berkata: “Bagaimana mungkin ya Allah Engkau menjadi saksi, padahal Engkau adalah hakim atas kejadian ini. Engkau pun telah menjelaskan kepada Nabi-Mu, bahwa hakim tidak sah dijadikan sebagai saksi.”
Mendengar jawaban tersebut, kemudian Allah menjawab, “Jika begitu, maka para malaikat yang akan menjadi saksi.”
Mendengar jawaban bahwa para malaikat yang akan dijadikan saksi dalam hal ini, maka Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Ya Allah, bukankah para malaikat sudah menuduh dan mencurigai keberadaan kami di dunia sejak sebelum diciptakannya bapak kami, yaitu Nabi Adam as. Sebagaimana yang Engkau kabarkan dalam Al-Qur’an, yaitu: ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ (QS Al-Baqarah: 30). Dalam hal ini, selama tuduhan dan kecurigaan ini ada, maka persaksiannya pun tidak bisa diterima”, jawab Imam Ahmad.
Mendengar jawaban tersebut, lantas Allah menyuruh para imam mazhab yang empat untuk masuk ke dalam surga bersama semua pengikutnya:
قَالَ: اِذْهَبُوْا فَقَدْ عَرَفْتُ لَكُمْ وَلِمَنْ تَبِعَكُمْ، اُدْخُلُوْا الْجَنَّةَ
Artinya, “Allah berfirman: “Berangkatlah kalian semua. Sungguh Aku telah tahu pada kalian dan orang-orang yang mengikuti kalian, masuklah kalian semua ke dalam surga”.”
Demikian kisah ulama empat mazhab ketika diminta pertanggungjawaban oleh Allah kelak di hari kiamat, sebagaimana tertulis dalam Kitab Al-Ghusnul Mutsmir At-Thari. (Salim bin Umar As-Syatiri, Al-Ghusnul Mutsmir At-Thari min Kalami Sulthanil Ulama`il ‘Ashr Al-Habib Salim bin Umar As-Syatiri, [Maktabah Al-Islamiyah], juz I, halaman 70-72. ***
Artikel Terkait
Masih Jadi Jajanan Favorit, Intip Resep Cara Membuat Seblak
Cerita Rosulullah: Kisah Monyet Pembenci Uang Haram
Kisah Hikmah, Keistimewaan Niatan Baik
4 Hal Pengingat Takwa dan Iman
Hikmah Dibalik Tertinggalnya Sahabat Abu Bakar saat Shalat Ashar Berjamaah
Kisah Heroik Pemuda Pertahankan Keimanan di Hadapan Otoritarianisme Penguasa
Kisah Uwais Al Qarni dalam Literasi Kitab Kuning
Kisah Umar bin Abdul Aziz Sang Bijaksana, EngganTertibkan Masyarakat dengan Kekerasan
Saat Sahabat dan Orang Saleh Mendengar Tilawah Al-Qur’an, Inilah Kisahnya Berdasar Hadis
Petikan Kisah Ratu Balqis