Disaat Raja Dikalahkan Rakyatnya. Kisa Hikmah Harun Ar Rasyid

- Kamis, 27 Januari 2022 | 16:50 WIB
Raja dan rakyat. (Pixabay)
Raja dan rakyat. (Pixabay)

Mendengar pertanyaan A’rabi, Raja Harun dan semua pengawal saat itu justru tertawa berbahak-bahak.

Menurutnya, ia hanyalah omong kosong karena tidak bisa menjawab pertanyaannya. Setelah itu, Raja mengancamnya apabila tidak bisa mempertanggungjawabkan pertanyaan yang ia ajukan.

Dengan tenang A’rabi menjawab, “Wahai Harun (tanpa menyebutkan raja), yang dimaksud pertanyaan saya di atas, yang saya kehendaki dengan satu fardhu adalah agama Islam, lima fardhu adalah shalat lima waktu, tujuh belas adalah rakaat shalat fardhu, tiga puluh empat adalah sujud dalam shalat fardhu, sembilan puluh empat adalah takbir, tahmid, tasmi’, tasbih, permohonan ampunan dalam shalat (mengikuti pendapat ulama yang mengatakan bahwa takbir bagian dari rukun, seperti Imam Ahmad), yang dimaksud satu fardhu seumur hidup adalah haji, satu dari dua belas adalah bulan Ramadhan, satu dari empat puluh adalah zakat emas dan perak dari empat puluh dinar, lima dari dua ratus adalah lima dirham emas dari dua ratus dirham.”

Mendengar jawabannya yang begitu detail dan terperinci, Raja Harun bersimpuh malu di hadapannya, kemudian mempersilakan A’rabi untuk bertanya kepadanya. A’rabi kemudian bertanya,

“Bagaimana pendapatmu perihal laki-laki yang haram melihat wanita di waktu Dhuhur, ketika waktu Ashar halal melihatnya, dan haram kembali ketika waktu Maghrib, halal ketika waktu Isya’, namun haram ketika waktu Subuh dan kembali halal di waktu Dhuhur?” Pertanyaan yang disampaikan A’rabi kepada Raja Harun ternyata membuatnya sadar, bahwa ia tidak memiliki pengetahuan sedikit pun di hadapannya. Dan benar saja, sang raja sama sekali tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan tersebut.

Sang A’rabi kemudian menasihati Raja Harun disebabkan ketidaktahuan jawaban atas pertanyaan yang disampaikannya, “Engkau adalah seorang raja, tidak sepatutnya tidak bisa menjawab suatu permasalahan, apalagi pertanyaan orang desa yang tidak memiliki kuasa apa pun, dan pertanyaannya sangat gampang.”

Raja Harun kemudian mengatakan, “Semoga Allah meninggikan derajatmu dalam ilmu pengetahuan. Saya memohon untuk berkenan menjelaskan pertanyaan tersebut.”

Sebelum A’rabi menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang disampaikan pada raja, terlebih dahulu ia bersedia dengan syarat Raja Harun akan bersikap penyayang kepada fakir miskin, tidak menghina mereka, dan mengasihi orang tua.

Alhasil, Raja Harun bersedia dengan syarat tersebut. Kemudian sang A’rabi menjelaskan, “Lelaki tersebut haram melihat wanita yang bukan mahram pada waktu Dhuhur. Ketika waktu Ashar masuk, ia menikahinya sehingga halal untuk melihatnya.

Namun, ketika memasuki waktu Maghrib, ia manalaknya sehingga haram untuk melihatnya.

Memasuki waktu Maghrib ia merujuknya, tentu halal kembali baginya, ketika waktu Subuh masuk ia melakukan talak dhihar kepadanya, dan haram kembali, namun ketika memasuki waktu Dzuhur, lelaki tersebut membayar kafarat (denda) talak dhihar, sehingga kembali halal untuk melihatnya.”

 Mendengar penjelasannya yang sangat jelas dan memahamkan, Raja Harun tentu merasa berguru dan sangat berutang budi kepada A’rabi. Sebagai ungkapan terima kasih, ia hendak memberikan pembantu yang akan melayaninya seumur hidup, ditambah dengan harta yang sangat banyak.

Akan tetapi dengan kezuhudan dan ketakwaannya, ia menolak semua pemberian tersebut, dan menyuruh untuk memberikan kepada fakir miskin saja.

Melihat kealiman dan ketakwaannya yang sangat tinggi, tentu membuat Raja Harun penasaran perihal siapa sosok yang dia ajak bicara sebenarnya, dengan penuh hormat sang raja menanyakan keluarga A’rabi dan tanah kelahirannya.

Ternyata, lelaki yang berpenampilan seperti budak sahaya, jauh dari kata sempurna itu, adalah Sayyid Musa ar-Radhi bin Sayyid Ja’far Shadiq bin Sayyid Muhammad Baqir bin Sayyidina Husain bin Sayyidina Ali suami Sayyidah Fatimah Az-Zahrah binti Rasulillah saw.

Halaman:

Editor: Usman Azis

Sumber: NU Online

Tags

Rekomendasi

Terkini

5 Doa Pilihan yang Cocok Dibaca Selama Ramadhan

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB
X