Kepulangan Ayah (Cerpen Siswa)

- Selasa, 30 Agustus 2022 | 10:34 WIB
Ayah (Pixabay)
Ayah (Pixabay)


“Maafin ayah ya nak.” Suara sang ayah membuat amarah Karin kian memuncak.


“INI SEMUA GARA-GARA AYAH!”


“KARIN!!” ibu nya


“Karena ayah keluarga kita harus pindah rumah ketempat yang lebih sederhana kayak gini,”


“Karena ayah Karin nggak bisa jalanin masa remaja impian kayak temen-temen Karin,”


“Karena ayah Karin selalu ngalah, Karin gak bisa beli barang-barang yang Karin mau,”


“Karena ayah juga setiap hari Karin harus tidur jam 2 pagi karena belajar biar bisa nyusul temen-temen Karin yang Bimbel.”


Tidak peduli dengan ibunya yang kini mengungkapkan berang atau raut wajah yang terlihat saat memerah, Karin tahu ayahnya ingin menangis, tapi ia tetap tidak peduli.


Tepukan diatas menghidupkan gadis berumur 25 tahun itu dari lamunan panjangnya, Karin versi menangis dalam diam, perempuan itu bersimpuh tanah merah dengan pemandangan gundukan tanah dan ratusan nisan yang menancapnya.


Dengan tangan bergetar Karin mengusap sebuah batu nisan, ya batu nisan berbahan asli kayu berwarna putih bersih bak pualam, dan nama ayah ada disana.


“Ayah jatuh dari kamar mandi dan sempet dirawat di rumah sakit, aku mau kasih tau kak Karin tapi ayah cegah karena takut kuliah kak Karin jadi keganggu.”

Mendengarkan penuturan adiknya Karin gemetar, membicarakan keningnya dengan batu nisan itu, air mata semakin meluruh.


“Sebelum meninggal, ayah kasih ini buat kamu nak,”
Karin mengambil secarik kertas dari tangan ibunya, kemudian membukanya secara perlahan.
Halo Karin anak kesayangananya ayah,


Bagaimana kabarmu , nak? Ayah harap kamu selalu sehat, Bahagia dan selalu diberi perlindungan oleh Tuhan yang maha kuasa.

Pasti karinnya ayah sudah tumbuh menjadi Wanita dewasa yang cantik jelita, seperti princess dalam dongeng yang dulu sering ayah bacakan.

Halaman:

Editor: Usman Azis

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

5 Doa Pilihan yang Cocok Dibaca Selama Ramadhan

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB
X