Kisah Al Khalil Bin Ahmad Al Farahidi, Bapak Kamus dan Ilmu Syair Arah Termasyhur

- Senin, 31 Juli 2023 | 22:34 WIB
Kitab Kuning (Azis/Bogor Times)
Kitab Kuning (Azis/Bogor Times)

 

Bogor Times- Bagi para penggila sastra arab pasti pernah mendengar penggalan kata yang sangat masyhur satu ini. “Barang siapa yang ingin melihat seseorang yang terbuat dari emas dan perak, maka lihatlah pada Al-Khalil bin Ahmad” Sufyan bin ‘Uyaiyah

Khalil bin Ahmad merupakan salah satu ulama yang populer dalam ilmu tata bahasa Arab, beliau merupakan pakar Gramatika Arab, Morfologi Arab, Leksikografi Arab, Fonologi Arab dan yang terpenting adalah beliau merupakan penemu Ilmu Arudh, ilmu tentang wazan-wazan syair Arab.

Nama lengkap beliau adalah Al-Khalil bin Ahmad bin ‘Amru bin Tamim Al-Farahidi Al-Azdi al-Qahthani Al-Bashri. Dengan kunyah Abu Abdirrahman.

Baca Juga: Akun Porno dan Fitnah, Wakil Ketua KPK Bantah Tuduhan dengan Tegas

Beliau lahir di Oman pada tahun 100 H./ 718 M, sejak kecil berimigrasi ke Bashrah, Irak dan menuntut ilmu pada pembesar ulama di sana kemudian menetap di sana hingga wafat.

Sejak dini beliau tekun menuntut ilmu, dan berguru dari beberapa ulama besar. Guru bahasa Arabnya adalah Ibnu Abi Ishaq Al-Hadhrami kemudian Abu Amru Al-Bashri, dan Isa bin Umar Ats-Tsaqafi.

Selain ilmu bahasa Arab, beliau juga belajar Hadis bersama musthalahnya, bahkan meriwayatkan Hadis dari beberapa pakar Hadis yang masyhur, semisal Ayyub As-Sikhtiyani, Ashim bin Sulaiman Al-Ahwal, Al-‘Awwam bin Hausyab dan Ghalib Al-Qathan.

Baca Juga: Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan: Kerjasama dengan China dalam Pembangunan IKN Mendapatkan Persetuju

Al-Khalil merupakan ulama yang istimewa, selain punya kecerdasaan natural, Al-Khalil merupakan tipikal orang tekun dan tak mudah puas dengan apa yang didapat. Terbukti beliau tidaklah mempelajari suatu ilmu kecuali hingga sampai rinci dan dibukakan kefahaman atas apa yang belum diketahuinya.

Al-Khalil bin Ahmad punya banyak peran dalam penyusunan teori dalam berbagai disiplin ilmu, khususnya dalam tata bahasa Arab, sastra Arab dan yang berkaitan.

Dalam ilmu Arudh misalnya, peran al-Khalil sangat sentral. Diceritakan bahwa saat pergi haji ke tanah haram, beliau memohon agar diberikan sebuah ilmu yang sama sekali belum pernah dipelajari oleh generasi sebelumnya. Tak perlu waktu lama, datanglah Ilham dari Allah setelah beliau datang dari Tanah Haram.

Baca Juga: Maskot Rubo Menggebrak Local Pride Festival (LOPE) di Bogor dengan Kehadiran Meriah

Saat beliau berjalan di pasar, terdengarlah suara dan nada ketukan yang khas, sehingga terbenaklah dalam pikirannya untuk memebuat Ilmu tentang barometer syair Arab atau yang akhirnya disebut Ilmu Arudh, dan pemikiran ini terus munsul sampai pulang ke rumahnya, akhirnya beliau mengambil air sumur melalui ember sehingga terdengarlah suara nada yang mencocoki pada qasidahdan terbentuklah beberapa nada khusus yang sesuai untuk jadi ilmu Arudh, ilmu yang menjadi landasan untuk mengukur syair Arab, kemudian jadilah bahar yang lima belas (dan setelah beliau wafat, Syaikh al-Akhfasy al-Awsath menambahkan dua bahar lagi, Mutaqarib dan Mutadarak) setelah itu jadilah ilmu Arudh yang kita kenal sekarang ini.

Beliau juga berperan dalam Gramatika Arab (Nahwu), Morfologi Arab (Sharraf), Leksikografi Arab (Penulisan Kamus) dan Fonologi Arab (Ilmu tentang suara dan Makharijul Huruf). semua ini tergambar dalam karya beliau Mu’jam al-Ain karya pertama yang berisi kamus

Halaman:

Editor: Rajab Ahirullah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

KADERISASI SEBAGAI JEMBATAN REGENERASI ORGANISASI

Senin, 29 April 2024 | 14:53 WIB

HAKIKAT KESETARAAN GENDER DALAM KADERISASI PMII

Senin, 29 April 2024 | 14:47 WIB

Ramadhan Jadi Momentum Berbakti Pada Orang Tua

Rabu, 3 April 2024 | 06:00 WIB

Guru SDN Cogreg 02 Terbaik Se-Kecamatan Parung

Selasa, 5 Maret 2024 | 19:52 WIB
X