Kisah Al Khalil Bin Ahmad Al Farahidi, Bapak Kamus dan Ilmu Syair Arah Termasyhur

- Senin, 31 Juli 2023 | 22:34 WIB
Kitab Kuning (Azis/Bogor Times)
Kitab Kuning (Azis/Bogor Times)

Keluasan ilmu dan kejeniusan AlKhalil sudah tidak diragukan lagi. Walau begitu, ia tetap rendah hati, bahkan dikenal sebagai sosok yang tidak suka dunia sekaligus wara’..Ulama sejarah sepakat, bahwa tidak ada ahli bahasa yang lebih mulia akhlak dan jiwanya dari beliau.

Baca Juga: Menteri Nadiem Makarim Tegaskan Keberlanjutan Sistem Zonasi dalam PPDB sebagai Kebijakan Penting

Salah satu muridnya, An-Nadhr bin Syumail berkata: “Al-Khalil tinggal di sebuah gubuk di kota Bashrah, yang harganya tidak lebih dari dua fils, padahal murid-muridnya mendapatkan banyak harta dari ilmu yang mereka peroleh darinya”.

Pernyataan tersebut menunjukkan kezuhudan dan berpalingnya dari kemewahan dunia. Padahal jika beliau mau, bisa saja ia meminta setiap yang ingin berguru kepadanya untuk membayar iuran tetap. Namun dengan ketinggian dan keluasan ilmunya, beliau tidak sombong dan takjub, atau menggunakannya untuk meraih kesenangan dunia.

Disebutkan Sulaiman bin Habib, gubernur Persia dan Ahwaz di itu mendengar perihal kehidupan beliau yang sederhana, bahkan tergolong miskin, ia ingin memberinya insentif bulanan dari harta negara, supaya bisa menutupi kebutuhan hidupnya, Ia mengutus utusannya kepada AlKhalil dan mengundangnya ke istana. Namun ketika utusan gubernur tiba, ia memberikan jamuan dan mengeluarkan roti kering serta berkata: “Katakan kepada tuanmu, aku tidak bisa menerima apa yang ia berikan, selama aku bisa mendapatkan ini, sudah cukup bagiku”.

Baca Juga: Bareskrim Polri Tangkap 6 Tersangka Kasus Pendaftaran IMEI Ilegal, Komitmen Berantas Kejahatan Teknologi

Beliau juga sosok yang rajin beribadah dan berjihad membela agama Allah, setiap dua tahun sekali dia melaksanakan Ibadah Haji, dan tahun berikutnya adalah mengikuti jihad berperang di jalan agama Allah, begitu seterusnya.

Beliau memiliki banyak karya ilmiyah, diantaranya: Mu’jam Al-‘Ain yang merupakan kamus pertama dalam bahasa Arab, An-Nagham, Al-‘Arudh, Asy-Syawaahid, An-Nuqath wasy-Syakl, Kitab Al-Iiqa’, Kitab Ma’anil-Huruf

Beliau wafat di kota Bashrah Iraq, pada bulan Jumada Al-Aakhirah tahun 173 H / 789 M pada masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid.

Imam Adz-Dzhabi menyebutkan dalam Tarikhul-Islam tentang kisah meninggalnya beliau, diriwayatkan bahwa Al-Khalil berkata: “Aku sedang memikirkan sebuah metode, supaya AlHisab (Matematika) mudah difahami oleh orang awam”. Lalu ia masuk ke masjid sambil terus berfikir, dan tanpa disadari ia menabrak tiang yang ada di depannya, lalu ia jatuh dan wafat setelahnya. Ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa ia menabrak tiang ketika sedang mentaqti’ syi’ir dan meninggal setelahnya.

Saat meninggal ada yang bermimpi bertemu al-Khalil, kemudian bertanya: apa yang sedang Allah lakukan terhadapmu, beliau menjawab: “Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja. Aku tak melihat sesuatu yang lebih utama dari kalimat ‘Subhanallah wal Hamdulillah wa Lailaha Illallahu wa Allahu Akbar”.****

Halaman:

Editor: Rajab Ahirullah

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

KADERISASI SEBAGAI JEMBATAN REGENERASI ORGANISASI

Senin, 29 April 2024 | 14:53 WIB

HAKIKAT KESETARAAN GENDER DALAM KADERISASI PMII

Senin, 29 April 2024 | 14:47 WIB

Ramadhan Jadi Momentum Berbakti Pada Orang Tua

Rabu, 3 April 2024 | 06:00 WIB

Guru SDN Cogreg 02 Terbaik Se-Kecamatan Parung

Selasa, 5 Maret 2024 | 19:52 WIB
X