Bogor Times-Keseriusan aparat penegak hukum dalam memberantas tindak perjudian perlu mendapat dukungan dari masyarakat. Karena itu, pemahaman tentang perjudian juga harus diketahui.
Salah satu permain yang umum ditemukan dimasyarakat adalah permainan claw machine atau capit boneka. Permainan ini telah dihukumi haram oleh ulama.
Perlu diketahui, keharaman judi telah dinyatakan secara sangat jelas oleh Allah dalam Al-Qur'an surah Al-Mā'idah ayat 90:
Baca Juga: Bripka Ricky 'Lucuti' Brigadir J Sementara Bharada E Melapor ke Ferdy Sambo
Baca Juga: Hore...Jabar Jadi Tuan Rumah Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara (TTG) ke XXIII
يٰٓايُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung".
Seorang ulama bernama Syekh Ali as-Shabuni menerangkan haramnya perjudian serta pengertiannya sebagai berikut:
اتفق العلماء على تحريم ضروب القمار، وأنها من الميسر المحرّم لقوله تعالى: {قُلْ فِيهِمَآ إِثْمٌ كَبِيرٌ} فكل لعب يكون فيه ربح لفريق وخسارة لآخر هو من الميسر المحرم، سواءً كان اللعب بالنرد، أو الشطرنج أو غيرهما ويدخل فيه في زماننا مثل (اليانصيب)
Artinya, "Ulama menyepakati atas keharaman macam-macam perjudian (qimar), karena termasuk maisir yang diharamkan berdasarkan firman Allah: "katakanlah, pada keduanya terdapat dosa besar". Maka setiap permainan yang terdapat keuntungan pada satu pihak dan kerugian pada pihak yang lain adalah perjudian yang diharamkan, baik permainannya mengunakan dadu, catur, atau selainnya, termasuk judi dimasa kini adalah lotere Yanashib". (Muhammad Ali As-Shabuni, Rawaiul Bayan Tafsir Ayat Ahkam, [Dimsyik, Maktabah Al-Ghazali: 1400 H], juz I halaman 279).
Lebih jelas syekh Muhammad bin Salim bin Sa'id Ba Basil menjelaskan:
(وَكُلُّ مَا فِيْهِ الْقِمَارُ) وَصُوْرَتُهُ الْمُجْمَعُ عَلَيْهَا أَنْ يُخْرِجَ الْعِوَضَ مِنَ الْجَانِبَيْنِ مَعَ تَكَافُئِهِمَا وَهُوَ الْمُرَادُ مِنْ الْمَيْسِرِ في الآية ووَجْهُ حُرْمَتِهِ إنْ كانَ كُلُّ وَاحِدٍ مُتَرَدِّدٌ بَيْنَ أنْ يَغْلِبَ صَاحِبَهُ فَيَغْرَمُ أوْ يَغْلِبَهُ فَيُغْرَمُ
Artinya, "Segala perkara yang mengandung perjudian, adapun bentuk perjudian yang telah disepakati ulama’ adalah dimana masing-masing ke dua belah pihak mengeluarkan ‘iwad atau imbalan secara berimbang.
Inilah yang dimaksud maisir dalam ayat. Sudut pandang keharamannya adalah jika masing-masing bimbang antara jika salah satu menang maka pihak yang kalah harus membayar. Demikian juga sebaliknya." (Muhammad Bin Salim bin Sa'id Ba Basil, Is'adur Rafiq, [Indonesia, Al-Haramain], juz II, halaman 102).