Gus Maksum, Pendekar Pencak Silat NU Penumpasan PKI

- Jumat, 1 Oktober 2021 | 18:00 WIB
Gus Maksum sang pendekar dari NU sang pemberani menumpas PKI (Dokumentasi pondok pesantren lirboyo)
Gus Maksum sang pendekar dari NU sang pemberani menumpas PKI (Dokumentasi pondok pesantren lirboyo)

Bogor Times - K.H. Maksum Djauhar, Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri ini lebih dikenal dengan nama Gus Maksum.

Ia adalah jawara pencak silat yang menjadi Ketua Umum pertama Ikatan Pencak Silat Nahdatul Ulama Pagar Nusa.

Gus Maksum lahir di Kanigoro, Keras, Kediri Jawa Timur pada 8 Agustus 1944. Ia adalah cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, K.H. Manaf Abdul Karim.

Baca Juga: Samar-Samar Penglihatan SUV Bongsor, Hyundai Seperti Nya Sudah Gatal Ingin Meluncurkan Ioniq 7.

Pendidikan pertamanya diperoleh dari orang tuanya, K.H. Abdullah Djauhari di Kanigoro.

Maksum masuk sekolah dasar Kanigoro pada 1957. Ia kemudian melanjutkan Madrasah Tsanawiyahnya di Lirboyo. 

Sejak kecil, ia gemar dengan kesenian pencak silat, tenaga dalam, pengobatan dan kanuragaan.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Hari Sabtu 2 Oktober 2021 untuk Wilayah Bogor dan Sekitarnya

Sebagai seorang kyai, Gus Maksum terkenal berperilaku nyeleneh menurut kebiasaan orang pesantren. 

Ia dikenal sebagai Pendekar Nomer Wahid di kalangan Nahdatul Ulama (NU). 

Penampilannya yang nyentrik, berambut gondrong, berjenggot dan berkumis panjang, bersarung setinggi lutut, dan memakai bakiak. 

Baca Juga: Loket Pelayanan Kosong, BPN Kabupaten Bogor Dikeluhkan

Selain itu, ia suka memelihara binatang yang tidak umum dipelihara orang kebanyakan. Seperti berjenis ular, buaya, kera, orangutan dan sejenisnya.

Selain menguasai berbagai aliran ilmu silat, ia juga punya kemampuan linuwih (supranatural), sehingga beredar cerita tentang kedigjayaannya. 

Karena itu pula, ia sangat disegani dan mampu membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragaan di kalangan pesantren. 

Baca Juga: Kapal Malaysia Disergap, Nelayan Indonesia Pelaku Ilegal Fhising.

Ia pun dikenal sebagai Komando Penumpasan PKI di wilayah Kediri dan sekitarnya. 

Salah satu kisah yang menunjukkan karomahnya adalah ketika bentrok dengan orang-orang PKI di alun-alun Kediri. 

Gus Maksum muda mampu mengalahkan belasan orang PKI sendirian.

Baca Juga: Bongkar Serangan Santet Dengan Kopi Hitam, Begini Caranya

Banyak cerita beredar terkait kesaktian Gus Maksum dalam menumpas PKI. 

Diantaranya setiap bacokan senjata tidak pernah bisa mengenai tubuhnya ataupun melukainya. 

Bahkan senjata lawan selalu berhenti jarak satu kilan dari tubuhnya. 

Baca Juga: Ikut Andil Dalam Penumpasan PKI, Banyak Warga NU juga yang di Jebloskan Ke Penjara Paska G 30 S PKI

Penampilan Gus Maksum yang berambut gondrong bukan hanya sekedar hobinya, namun rambut gondrongnya adalah ijazah yang didapat dari gurunya, yaitu Habib Baharun dari Mrican, Kediri. 

Hasil dari pengalaman itu sering terjadi keanehan-keanehan terkait dengan rambutnya. 

Diantaranya, rambutnya bisa berdiri, mengeluarkan api dan bahkan tidak bisa di potong.

Baca Juga: September Kelabu Gusdurian Menghiasi Dinding Pesantren Ciganjur dengan Mural

Kelebihan Gus Maksum juga dilihat dari saat ia pergi ke Semarang untuk menghadiri sebuah undangan pengajian di Sragen, Jawa Tengah pada 1999. 

Waktu itu tanpa ada sebab yang jelas, tiba-tiba ada seseorang yang menikamnya. Tapi Gus Maksum tidak terluka sedikitpun, hanya pakaiannya yang robek akibat tikaman.

Gus Maksum juga terkenal sebagai orang yang kebal terhadap santet. Sudah tidak terhitung berapa dukun santet yang dihadapinya.

Baca Juga: Lima Pertandingan Terakhir kurang Baik, Manchester United Optimis Menang Lawan Everton

Sejak kecil Gus Maksum sudah terbiasa menghadapi berbagai macam-macam aliran ilmu santet.

Kekebalan Gus Maksum terhadap santet sudah pembawaan sejak lahir, karena dia masih keturunan Kiai Hasan Besari (Ponorogo). 

Menurut Gus Maksum sebagai muslim tidak perlu khawatir terhadap santet, karena santet hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kafir.

Baca Juga: Hercules, Sang Penguasa Tanah Abang Yang Masuk Islam

Pada saat itu, muncullah kebutuhan untuk mengembangkan ilmu bela diri dengan tujuan memperkuat kalangan pesantren. 

Karena itu, pada 27 September 1985 M, berkumpullah para kyai di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur dalam rangka membentuk sebuah wadah khusus pencak silat Nahdatul Ulama. 

Musyawarah tersebut dihadiri para tokoh pencak silat dari Jombang, Pasuruan, Kediri, Cirebon dan bahkan Kalimantan.

Baca Juga: Netizen: kok Perut Lesty Lebih Besar, Padahal Duluan Aurel Nikahnya

Musyawarah serupa kemudian dilaksanakan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur pada 3 Januari 1986. 

Dalam musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi pencak silat Pagar Nusa (Pagar NU dan Bangsa). 

Para peserta musyawarah kemudian menunjuk Gus Maksum sebagai ketua umum Pagar Nusa yang dikukuhkan langsung oleh Rais ‘Am K.H Achmad Siddiq dan Ketua Umum PBNU K.H Abdurrahman Wahid.

Baca Juga: Joglo Makam Raden Saleh Kota Bogor di Resmikan Habib Luthfi

Di bawah kepemimpinan Gus Maksum, syiar Pagar Nusa sampai ke luar Jawa. Ia mengabdikan diri sampai akhir hayatnya dalam rangka melestarikan seni pencak silat di kalangan pesantren dan NU. 

Selanjutnya, Pagar Nusa dipimpin oleh Aizzudin Abdurrahman yang terpilih sebagai ketua umum periode 2002-2017 pada kongres yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Pacitan, Lamongan, Jawa Timur.

Isu santet terjadi di awal 1990-an di Jawa Timur, kemudian membesar menjadi isu nasional menjelang reformasi 1998. Saat itu menjadi masa yang penting bagi eksistensi Pagar Nusa. 

Baca Juga: Ibnu Athaillah as-Sakandari: Sikap Yang Paling Baik Jika Keinginan Tak Dapat Diraih.

Di samping banyak orang yang ingin belajar bela diri, Pagar Nusa berperan penting dalam menjaga stabilitas keamanan dari isu santet di masyarakat. 

Dan hingga kini, Pagar Nusa tetap menjadi garda depan NU dalam menjaga berbagai ancaman keamanan. Saat itu puluhan santrinya tinggal bersamanya di dalam rumah dan dianggap seperti anaknya sendiri. 

Dia juga menampung anak-anak yang menjadi korban kekerasan etnis di Sampit, Kalimantan Tengah.

Baca Juga: Kelompok Syiah di Tembaki di Nigeria, Polisi Bantah Adanya Korban Tewas

Dalam dunia politik, Gus Maksum selalu mengikuti arah politik NU. Ketika NU bergabung dengan PPP, ia menjadi juru kampanye PPP hingga tingkat nasional.

Begitu pula ketika PKB didirikan pada 1998, ia pun turut ambil bagian dalam membesarkan partai. Meski demikian, ia tidak pernah mau menduduki jabatan politik formal.

Gus Maksum wafat di Kanigoro di umur 57 tahun pada 21 januari 2003 dan dimakamkan di pemakaman keluarga, di sebelah barat masjid lama Pondok Pesantren Lirboyo. 

Baca Juga: Kisah Tiga Kiai Terjerumus kedalam lingkaran Komunis, Taufiq Ismail Ungkap Kebohongan Besar PKI

Semasa hidupnya, ia telah berkontribusi besar dalam mengembangkan seni bela diri yang tetap lestari di kalangan pesantren.***

Sumber: Ensiklopedi Pemuka Agama Nusantara, Puslitbang Lektur dan Khazanah

Halaman:
1
2
3
4

Editor: Saepulloh

Sumber: lirboyo.net

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Romantisme Nabi Muhammad SAW dengan Sayyidah Khadijah

Senin, 18 Oktober 2021 | 21:41 WIB

Gus Maksum, Pendekar Pencak Silat NU Penumpasan PKI

Jumat, 1 Oktober 2021 | 18:00 WIB

Hercules, Sang Penguasa Tanah Abang Yang Masuk Islam

Kamis, 30 September 2021 | 02:02 WIB

Hercules Luluh Ditangan Gus Miftah dan Bertaubat.

Sabtu, 25 September 2021 | 06:50 WIB

Hercules Luluh Ditangan Gus Miftah dan Bertaubat.

Sabtu, 25 September 2021 | 01:15 WIB
X