Bogor Times-Setiap zaman tentunya memiliki banyak perbedaan. Seoert ibadah haji masyarakat penjajahan tentu sangat berbeda dengan haji di zaman sekarang.
Beberapa faktor adanya perbedaan itu didasari berbagai faktor, diantaranya, keterbatasan mulai dari fasilitas, regulasi sampai alat transportasi.
Gambaran berbagai macam kejadian dan perjuangan umat Islam di Nusantara yang berkaitan dengan perjalanan ibadah haji itu dapat dijumpai dalam buku Berhaji di Masa Kolonial (2008) karya Prof M. Dien Madjid.
Baca Juga: Alasan Sederhana Perempuan Haid Dilarang Tawaf
Baca Juga: Atasi Truk BBM Bocor, Polres Garut Rekayasa Lain
Dien Madjid mencatat, walimatussafar atau slametan sebelum berangkat haji dan umrah sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Umumnya, sebelum berangkat haji ada upacara perpisahan untuk saling memaafkan antara calon jamaah haji dengan masyarakat, mulai dari keluarga, kerabat dan juga tetangga, selanjutnya mereka akan mengantarkan kepergian calon jamaah sampai ke pelabuhan.
Upacara tersebut tiada lain adalah sebagai bentuk penghormatan kepada calon jamaah haji yang akan melakukan perjalanan sangat jauh dan cukup lama.
Baca Juga: Rompi Anti Panas, Siap Temani Jamaah Haji Indonesia
Artikel Terkait
Puluhan PKL di Baitul Faizin Tuai Berkah Calon Haji atau Calhaj
14 Jamaah Haji Indonesia Syahid, Banyak di Antaranya Terserang Jantung
Cuaca Ekstrim di Arab Saudi Picu Jamaah Haji Indonesia Jantungan
531 Jamaah Haji Rawat Jalan, 67 Rawat Inap
Fatwakan Haji Tidak Wajib, Hadratussyekh KH Hasyim Asyari Jadi Bagian Sejarah Sepinya Jamaah Haji
Fatwakan Haji Tidak Wajib, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari Jadi Bagian Sejarah Sepinya Jamaah Haji
600 Ribu Jamaah Haji, Hanya 6 Jamaah Yang Diterima, SImak Kisah di Bawah ini
Ibadah Haji dan Umroh Apakah Sama? Simak Perbedaan Kedua Ibadah ini
Rompi Anti Panas, Siap Temani Jamaah Haji Indonesia
Rawan Pelecehan Seksual dalam Ibadah Haji, Inilah Alasan Perempuan Butuh Mahrom saat Pelaksanaan Haji