Hikmah TIdak banyak Bebicara dalam Islam

- Jumat, 14 Juli 2023 | 22:50 WIB
Ilustrasi Bicara (Pixabay.com)
Ilustrasi Bicara (Pixabay.com)

Dalam kitab Shifat al-Shafwah, Imam Ibnu Jauzi mencatat sebuah riwayat tentang Imam Bakr bin Abdullah al-Muzani yang menyampaikan 4 pesan mendalam:

Baca Juga: ASEAN Bersatu Mengutuk Kekerasan di Myanmar dan Menyerukan Tindakan Nyata untuk Menghentikannya

Ketika kamu melihat orang yang lebih tua darimu, katakanlah pada dirimu sendiri: ‘Orang ini telah mendahuluiku dengan iman dan amal salej maka dia lebih baik dariku.’


Ketika kau melihat orang yang lebih muda darimu, katakanlah: ‘Aku telah mendahuluinya melakukan dosa dan maksiat, maka dia lebih baik dariku.’
Ketika kau melihat teman-temanmu memuliakan dan menghormatimu, katakanlah: ‘Ini karena kualitas kebajikan yang mereka miliki.’
Ketika kau melihat mereka kurang (memuliakanmu), katakan: ‘Ini karena dosa yang telah kulakukan.”

Dari riwayat ini kita diajarkan untuk introspeksi dan menilai diri sendiri sebelum menilai orang lain. Bisa jadi yang menilai tidak lebih baik dari yang dinilai. Kita diajarkan untuk berbaik sangka (husnudzan) sebagai jalan pembuka pendewasaan spiritual dan menghadirkan pahala dari Allah swt.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Terkait dengan komunikasi Rasulullah saw pun telah mengingatkan umat Islam untuk memiliki tata krama dan etika. Dalam haditsnya, kita diingatkan untuk benar-benar berpikir matang pada apa yang akan kita ucapkan. Kita harus mempertimbangkan manfaat serta mudarat, keuntungan dan kerugian, serta apakah akan berdampak negatif atau positif. Dalam haditsnya Rasulullah bersabda:


مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya: “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim).

Lisan kita ibarat pisau yang bermanfaat jika digunakan untuk hal-hal yang baik. Namun sebaliknya akan membawa bencana jika digunakan dengan tidak bijak. Bukan hanya melukai diri sendiri, namun bisa melukai orang lain. Bukan hanya luka yang bisa sembuh dalam waktu pendek, namun luka dalam hati yang bisa saja terus bersemayam dalam hati. Rasulullah mengingatkan dalam haditsnya:

أَكْثَرُ خَطَايَا إِبْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ

Artinya: “Mayoritas kesalahan anak Adam adalah pada lidahnya.” (HR. Thabrani).

Rasulullah juga mengingatkan:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya: “Betakwalah kalian di manapun kalian berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan yang mana itu bisa menghapusnya, dan pergaulilah orang-orang dengan akhlak yang baik” (HR Imam At-Turmudzi)

Halaman:

Editor: Usman Azis

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Hikmah Zakat Dalam Islam

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Berikut Niat Zakat Fitrah Untuk Berbagai Keadaan

Jumat, 5 April 2024 | 06:00 WIB

Definisi Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Sejarah Syariat Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Beberapa Keutamaan Hari Raya Idul Fitri

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Makna dan Esensi Idul Fitri Menurut Ulama

Kamis, 4 April 2024 | 02:20 WIB

Jatuh dan Terluka, Apakah Puasa Menjadi Batal?

Rabu, 27 Maret 2024 | 12:55 WIB
X