Sehingga kalimat mutawaffika dalam surat Ali Imran ayat 55 dimaknai, “Sesungguhnya Aku telah mematikanmu”.
Lebih lanjut kata wa rafi’uka ilayya. Kalimat tersebut jika dimaknai, “Dan mengangkatmu kepada-Ku”.
Artinya wafatnya Nabi Isa langsung diangkat ke langit menurut Syaltut berlebihan.
Gus Baha kemudian menjelaskan, bahwa Istilah wa rafi’uka ilayya tidak sesakral sebagaimana yang umumnya dimaknai.
“Ilayya itu ya kembalinya ke Allah, artinya sama seperti Inna lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun”, papar Gus Baha. Artinya, semua kematian kembali kepada Allah.
Baca Juga: Melaksanakan Sholat Jum'at Lebih Bagus di Awal dan Lebih di Utamakan.
Sehingga Gus Baha mempertanyakan, mengapa Ilayya diartikan merujuk ke langit. Menurutnya, itu berpotensi meyakini bahwa Allah berada di langit, dan hal tersebut menjadi masalah aqidah.
Lebih lanjut, Gus Baha menerangkan bahwa kata rafi’uka, tidak pernah dimaknai secara fisik.
“Redaksi rafa’a lebih ke maknawi”, ungkap Gus Baha.
Gus Baha mencontohkan seperti kata rafi’u darajat bermakna mengangkat/ meninggikan derajat artinya tidak fisik. Atau kata rufi’a al-ummati al-khata bermakna semua kesalahan umatku diampuni, yang artinya juga tidak mengangkat fisik.
Gus Baha kemudian menganjurkan mengambil tengah-tengah. Sebagai umat muslim meyakini bahwa Nabi Isa sebagai salah satu Rasulullah, yang cara meninggalnya wallahu a’lam.***
Artikel Terkait
Dua Tahun Tertunda, PT Dunkondo Lestari Akhirnya Bayar THR Buruh
Ada Apa? Honda Minta Maaf Pada Pembeli HR-V
Melaksanakan Sholat Jum'at Lebih Bagus di Awal dan Lebih di Utamakan.
Rombak Kepengurusan Angota Dewan Komisaris Hingga Direksi, PT Indocement Bagi-bagi Dividen Tunai
Merasa Ditipu Developer Perumahan, Warga Gelar Aksi Damai di Polres Bogor