Kisah Imam Ahmad Bin Hambal Tolak Memakan Makanan Halal dari Anaknya

- Jumat, 7 Oktober 2022 | 07:57 WIB
Kitab Kuning (Azis/Bogor Times)
Kitab Kuning (Azis/Bogor Times)

Baca Juga: Bandar Narkoba Kaderisasi Usia Produktif

Baca Juga: Beredar Opini Tersangka TPPO Ayah Sejuta Anak Tak Merasa Bersalah Atas Perbuatannya, Kasat Reskrim Polres Bogo

Selama itu pula, ia dijebloskan ke penjara dalam waktu yang cukup lama, mendapat siksaan yang berat, bahkan diancam untuk dibunuh. Namun, semua itu tak membuat keyakinannya goyah.” (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah, 1997: juz XIV, halaman 239).

Penjelasan Ibnu Katsir di atas menjelaskan Imam Ahmad mendapat ujian selama tiga generasi rezim berturut-turut, tidak memasukkan rezim setelahnya, yaitu Khalifah Al-Mutawakkil.

Sebab, pada tiga rezim pertama Imam Ahmad diuji untuk mengakui Al-Qur’an sebagai makhluk oleh pemimpin yang sudah dirasuki teologi Mu’tazilah, sementara pada rezim keempat ia mendapat ujian duniawi karena Al-Mutawakkil tidak menyiksanya, melainkan menawarinya kemewahan dunia.

Baca Juga: Politisi Nasdem Laporkan Komika

Baca Juga: Cabuli Adik Ipar, Pria Usia 18 Tahun Diciduk Polisi

Baca Juga: Kisah TNI Selamatkan Balita dan Polisi dalam Insiden Maut Stadion Kanjuruhan

Berkat ketabahan melewati ujian akidah ini, dengan bersikukuh bahwa Al-Qur’an adalah qadim, Imam Ahmad kemudian digelari dengan sebutan Imam Ahlusunnah wal Jama’ah.

Gelar kehormatan ini tidak disematkan kepada imam mazhab lainnya, baik Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, maupun Imam Syafi’i, kendati mereka lahir lebih dulu. (Muhammad bin Isma’il al-Muqaddam, Silsilatu Uluwwil Himmah, juz IV, halaman 12).

Bagaimana Imam Ahmad menghadapi ujian empat rezim tersebut? Mari simak kisahnya. Ujian Khalifah Al-Ma’mun Masa pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun merupakan fase gemilang bagi ilmu pengetahuan dalam dunia muslim.

Masa kepemimpinannya dicurahkan untuk sejumlah proyek sains, bahkan sejumlah sumber mencatat bahwa ia kerap melakukan penelitian untuk hal-hal remeh selagi memiliki nilai sains yang unik. Proyek penelitiannya tidak hanya pada ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum yang belum banyak dilakukan tokoh Muslim sebelumnya.

Sayang sekali, ketertarikannya kepada filsafat Yunani membuatnya cenderung berpikir rasional hingga ia lebih tertarik dengan paham Mu’tazilah. Dalam pandangan aliran rasionalis ini, Al-Qur’an bukan qadim, melainkan makhluk. Berbeda Ahlusunnah wal Jama’ah yang mengatakan qadim. Di sinilah masalahnya dimulai.

Al-Ma’mun kemudian menerapkan otoritas keagamaan di pemerintahannya. Ia melakukan program besar untuk menyingkirkan ulama-ulama yang tidak sepaham. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Al-Mihnah.

Semua ulama dikumpulkan ke istana dan satu persatu dites. Jika mau mengakui Al-Qur’an sebagai makhluk, maka ia selamat.

Halaman:

Editor: Usman Azis

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Hikmah Zakat Dalam Islam

Sabtu, 6 April 2024 | 06:00 WIB

Berikut Niat Zakat Fitrah Untuk Berbagai Keadaan

Jumat, 5 April 2024 | 06:00 WIB

Definisi Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Sejarah Syariat Zakat dalam Islam

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Beberapa Keutamaan Hari Raya Idul Fitri

Kamis, 4 April 2024 | 06:00 WIB

Inilah Makna dan Esensi Idul Fitri Menurut Ulama

Kamis, 4 April 2024 | 02:20 WIB

Jatuh dan Terluka, Apakah Puasa Menjadi Batal?

Rabu, 27 Maret 2024 | 12:55 WIB
X