Baca Juga: Bandar Narkoba Kaderisasi Usia Produktif
Selama itu pula, ia dijebloskan ke penjara dalam waktu yang cukup lama, mendapat siksaan yang berat, bahkan diancam untuk dibunuh. Namun, semua itu tak membuat keyakinannya goyah.” (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah, 1997: juz XIV, halaman 239).
Penjelasan Ibnu Katsir di atas menjelaskan Imam Ahmad mendapat ujian selama tiga generasi rezim berturut-turut, tidak memasukkan rezim setelahnya, yaitu Khalifah Al-Mutawakkil.
Sebab, pada tiga rezim pertama Imam Ahmad diuji untuk mengakui Al-Qur’an sebagai makhluk oleh pemimpin yang sudah dirasuki teologi Mu’tazilah, sementara pada rezim keempat ia mendapat ujian duniawi karena Al-Mutawakkil tidak menyiksanya, melainkan menawarinya kemewahan dunia.
Baca Juga: Politisi Nasdem Laporkan Komika
Baca Juga: Cabuli Adik Ipar, Pria Usia 18 Tahun Diciduk Polisi
Baca Juga: Kisah TNI Selamatkan Balita dan Polisi dalam Insiden Maut Stadion Kanjuruhan
Berkat ketabahan melewati ujian akidah ini, dengan bersikukuh bahwa Al-Qur’an adalah qadim, Imam Ahmad kemudian digelari dengan sebutan Imam Ahlusunnah wal Jama’ah.
Gelar kehormatan ini tidak disematkan kepada imam mazhab lainnya, baik Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, maupun Imam Syafi’i, kendati mereka lahir lebih dulu. (Muhammad bin Isma’il al-Muqaddam, Silsilatu Uluwwil Himmah, juz IV, halaman 12).
Bagaimana Imam Ahmad menghadapi ujian empat rezim tersebut? Mari simak kisahnya. Ujian Khalifah Al-Ma’mun Masa pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun merupakan fase gemilang bagi ilmu pengetahuan dalam dunia muslim.
Masa kepemimpinannya dicurahkan untuk sejumlah proyek sains, bahkan sejumlah sumber mencatat bahwa ia kerap melakukan penelitian untuk hal-hal remeh selagi memiliki nilai sains yang unik. Proyek penelitiannya tidak hanya pada ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum yang belum banyak dilakukan tokoh Muslim sebelumnya.
Sayang sekali, ketertarikannya kepada filsafat Yunani membuatnya cenderung berpikir rasional hingga ia lebih tertarik dengan paham Mu’tazilah. Dalam pandangan aliran rasionalis ini, Al-Qur’an bukan qadim, melainkan makhluk. Berbeda Ahlusunnah wal Jama’ah yang mengatakan qadim. Di sinilah masalahnya dimulai.
Al-Ma’mun kemudian menerapkan otoritas keagamaan di pemerintahannya. Ia melakukan program besar untuk menyingkirkan ulama-ulama yang tidak sepaham. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Al-Mihnah.
Semua ulama dikumpulkan ke istana dan satu persatu dites. Jika mau mengakui Al-Qur’an sebagai makhluk, maka ia selamat.
Artikel Terkait
Laporkan Komika, Brigitta: Saya Hanya Jaga Nama Baik
Bandar Narkoba Kaderisasi Usia Produktif
Beredar Opini Tersangka TPPO Ayah Sejuta Anak Tak Merasa Bersalah Atas Perbuatannya, Kasat Reskrim Polres Bogo
Tragedi Kanjuruhan, Koman HAM Pastikan Suporter Arema Turun Kelapangan Hanya Ingin Memberi Semangat
Survei Kandidat Capres: Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan Bersaing Ketat
Suporter Persebaya Surabaya dan Arema Malang Deklarasi Perdamaian dan Gelar Doa Bersama
Fiks! Temuan Komnasham, Suporter Meninggal Karena Gas Air Mata
Polri Gelar Lomba Jurnalis, Jurnalis Asing Kritis Kanjuruhan
Salah Cetak Al Quran, Kemenag Tarik dari Peredaran
Baim Wong dan Istrinya Segera Diperiksa