International Day for Tolerance atau Hari Toleransi Internasional Dalam Islam

- Selasa, 16 November 2021 | 07:12 WIB
International Day for Tolerance atau Hari Toleransi Internasional  (Pixabay)
International Day for Tolerance atau Hari Toleransi Internasional (Pixabay)

Bogor Times-  Hari Toleransi Internasional atau Hari Toleransi Internasional merupakan bagian penting dunia. Tiap tahunnya, masyarakat dunia merayakan hari tersebut.

Dalam Islam International Day for Tolerance atau Hari Toleransi Internasional tak bertolak belakang dengan prinsip Islam.

لَا ا اللهُ الَّذِينَ لَمْ اتِلُوكُمْ الدِّينِ لَمْ ارِكُمْ ا لَيْهِمْ اللهَ الْمُقْسِطِينَ. ا ا اللهُ الَّذِينَ اتَلُوكُمْ الدِّينِ ارِكُمْ اهَرُوا لَى اجِكُمْ لَّوْهُمْ لَّهُمْ لَئِكَ الظَّالِمُونَ (الممتحنة: 8-9)

Baca Juga: Beberapa Contoh Ucapan Hari Toleransi Internasional 2021

Tidak diragukan lagi bahwa Islam sangat toleransi, tolong-menolong, hidup yang harmonis dan dinamis di antara umat manusia tanpa memandang agama, bahasa, dan ras mereka. Ayat (QS al-Mumtahanah: 8-9) di atas menjadi bukti nyata akan hal itu. Allah SWT berfirman “Allah tidak. melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak (pula) mengusirmu

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Allah hanya menjadikan mereka sebagai kawanmu, (yaitu) orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama dan membantumu dari kampungmu, serta (orang lain) untuk mengusirmu.

Barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Baca Juga: Diduga Terlibat Pengeroyokan, Anak Kandung Kades Klapanunggal Terancam Pidana

Imam al-Syaukani menjelaskan bahwa ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah tidak melarang umat Islam untuk melakukan baik kepada orang-orang non Muslim yang mengadakan perjanjian dengan umat Islam dalam menghindari perangan dan tidak membantu non-Muslim lainnya dalam memerangi umat Islam.

Di samping itu, ayat di atas juga menunjukkan bahwa Allah tidak melarang kita untuk adil dalam bermuamalah dengan mereka.

Hal senada juga oleh Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya, bahwa Allah tidak melarang untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak memerangi mereka dalam masalah agama, seperti yang dilakukan baik dalam masalah perempuan dan orang lemah.

Berdasarkan hal itu, Ali Mustafa Yaqub sebuah bukunya menegaskan bahwa ayat ini merupakan dalil yang mewajibkan umat Islam untuk berbuat baik kepada non Muslim, selama mereka tidak memerangi dan mengusir Islam dari negeri mereka serta tidak membantu orang lain untuk mengusir Islam dari negeri mereka. .

Bahkan Nabi Muhammad SAW mengancam umat Islam yang memerangi non Muslim yang seperti ini dengan peringatan keras dan tegas untuk tidak memasukkan mereka ke dalam sorga. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda:

لَ اهَدًا لَمْ ائِحَةَ الْجَنَّةِ ا امًا “Barangsiapa yang membunuh non-Muslim yang berhutang dengan umat Islam, maka ia tidak akan mencium keharuman sorga. Sesungguhnya keharuman sorga itu bisa dicium dari jarak 40 tahun perjalanan di dunia.” (HR.Bukhori)

Dalam catatan sejarah ketika diberitahu juga bagaimana santunnya Nabi bergaul dengan orang-orang Yahudi dan kaum munafik ketika berada di Kota Madinah pascahijrah.

Rasulullah tetap menerima sikap lahiriah mereka dan membiarkan para ahli kitab untuk memeluk agamanya dengan bebas.

Bahkan beliau melarang para sahabatnya untuk memerangi dan merusak mereka. Banyak hadis-hadis sahih yang menjelaskan sikap toleransi yang dipegang teguh oleh Nabi ketika berinteraksi dengan orang-orang non muslim di sekitarnya.

Misalnya saja kisah Nabi yang pernah menggadaikan baju perangnya kepada Abu Syahm, seorang Yahudi.

Sikap beliau dalam bergaul dengan tamu-tamu perempuan serta riwayat sebagian riwayat beliau ketika menyambut orang-orang Najran di Masjid Nabawi sebagaimana tersebut dalam Ibn Ishak dan Ibn Sa'ad.

Namun Ali Mustafa menegaskan bahwa sikap toleransi yang dimaksud di sini hanyalah dalam masalah keduniaan yang tidak berhubungan dengan permasalahan akidah dan ibadah.

Adapun toleransi dalam masalah-masalah ini, yang menyebabkan seorang Muslim melaksanakan sebagian dari ritual non Muslim seperti Yahudi, Kristen, dan orang-orang musyrik lainnya, baik dalam kutipan, perbuatan, dan perbuatan terlarang adalah terlarang.

demikian, sebagian ulama kontemporer ada yang membolehkan hal-hal seperti mengucapkan selamat hari raya kepada non Muslim yang bersangkutan dengan kebenaran dari ajaran agama mereka.

Kaum Muslimin yang! Konsep toleransi dalam Islam berbeda dengan paham pluralisme yang digembar-gemborkan oleh sebagian pemikir Muslim belakangan.

Mereka menganggap bahwa semua ajaran agama bermuara kepada tujuan dan maksud yang sama, bahkan mereka menganggap benar semua agama-agama yang ada dan pemeluknya akan masuk surga bersama-sama dengan umat Islam kelak.

Padahal sebenarnya tidak demikian, kita harus jeli dalam memahami persoalan ini. Memang benar Islam mengakui adanya pluralitas agama dengan dalil firman Allah SWT dalam surat al-Kafirun ayat ke-6 yang bunyinya:

لَكُمْ لِيَ

“Untukmu agamamu dan untukku agamaku”.

Ayat ini turun ketika sekelompok kafir Quraisy datang menghadap Nabi SAW, lalu mengajak Nabi untuk memuji waktu dewa selama satu tahun dan mereka akan memuji Nabi yaitu Allah SWT dalam satu tahun.

Lalu Allah menurunkan ayat ini, sebagai penegasan bahwa Islam tidak mengakui kebenaran ajaran agama-agama selain ajaran Islam sendiri, walaupun Islam mengakui keberadaan agama-agama tersebut.

Sehingga dapat dikatakan di sini bahwa pengakuan Islam terhadap keberadaan agama lain telah ada semenjak masa Nabi Muhammad SAW sampai saat ini.

Namun yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa Islam tidak pernah mengakui kebenaran agama lain.

Andaikata Islam mengakui kebenaran agama lain dan para pemeluknya akan masuk sorga bersama umat Islam, maka pelaksanaan dakwah kepada umat manusia tidak diperlukan lagi, karena mereka akan masuk sorga bersama umat Islam.

Padahal Nabi pada masa hidupnya selalu mendakwahkan Islam setiap orang-orang musyrik yang berada di sekitar beliau, baik dari kalangan raja-raja, bangsawan, rakyat jelata, dan pemimpin-pemimpin non Muslim yang ada pada saat itu. Rasulullah pernah bersabda dalam sebuah hadis riwayat Muslim:

الَّذِى لاَ الأُمَّةِ لاَ انِىٌّ لَمْ الَّذِى لْتُ لاَّ ا النَّار 

Demi Allah yang menguasai jiwaku, seorang pun yang mengakui diriku dari umat ini, baik Yahudi maupun Nasrani kemudian ia mati tanpa percaya kepada risalah yang kubawa melainkan ia menjadi penghuni neraka. (HR Muslim)

Dengan demikian, letak perbedaan antara toleransi dengan paham pluralisme agama dalam Islam sangat jelas. Islam mengakui dan sangat menghargai toleransi antar umat beragama.

Namun sebaliknya Islam sangat keras ajaran pluralisme yang membawa keyakinan bahwa semua agama adalah. Karena satu-satunya agama di sisi Allah itu hanya Islam semata. (Ali 'Imran: 19).****

Halaman:
1
2
3

Editor: Ahmad Fauzi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ramadhan Jadi Momentum Berbakti Pada Orang Tua

Rabu, 3 April 2024 | 06:00 WIB

Guru SDN Cogreg 02 Terbaik Se-Kecamatan Parung

Selasa, 5 Maret 2024 | 19:52 WIB

Terpopuler

X