“Ayah mengapa menangis, bukannya apa yang menimpa saya ini adalah yang terbaik?” ucap anaknya sambil mengeluh kepada Luqman, mengingat semua bekal sudah habis dan keduanya masih di tengah gurun pasir.
“Anakku, aku menangis karena perasaan sedih seorang ayah kepada anaknya. Mengenai pertanyaanmu, bagaimana bisa kejadian ini lebih baik bagimu, mungkin di depan nanti kita akan mendapatkan jawabannya.
Bisa jadi musibah ini lebih ringan daripada musibah yang ada di depan sana, sehingga Allah menghentikan kita di sini dengan musibah ini,” jawab Luqman menenangkan anaknya. Usai menenangkan anaknya, Luqman menoleh ke depan.
Ternyata bayangan hitam dan asap yang sebelumnya terlihat sudah tidak tampak lagi. “Sudahlah. Mungkin Allah sudah menyiapkan rencana lain,” kata Luqman dalam hatinya. Tidak lama kemudian dari jauh muncul sosok berpakaian putih yang menunggangi kuda. Luqman terus memperhatikan sosok yang terus mendekatinya itu.
Anehnya, saat sudah dekat sosok itu seperti menghilang namun suaranya tetap terdengar. “Apakah kamu Luqman?” Tanya sosok yang tidak terlihat itu.
“Iya benar, saya Luqman. Wahai Hamba Allah, siapa engkau sebenarnya? Saya bisa mendengar suaramu tapi tidak melihat wujudmu,” “Aku Jibril, hanya malaikat Muqarrabun dan Nabi saja yang bisa melihatku,” jawab sosok itu.
“Jika kamu Jibril, tentu kamu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,” Jibril kemudian menjelaskan bahwa ia ditugaskan oleh Allah untuk menghancurkan kota yang ada di depan sana berikut penduduknya.
Pada saat yang hampir bersamaan, Jibril mengetahui bahwa Luqman dan anaknya sedang berjalan menuju kota tersebut. Jibril kemudian memohon kepada Allah agar Luqman dan anaknya ditahan supaya tidak sampai kota dan tidak ikut luluh lantak bersama penduduk setempat.
Jibril kemudian mengusap kaki anaknya Luqman yang terluka, tidak lama kemudian kakinya itu sembuh seperti sedia kala. Tempat makanan dan minuman yang dibawa Luqman juga menjadi penuh setelah diusap oleh Jibril.
Tidak lama kemudian Jibril mengangkat keduanya dan mengembalikan ke kota asalnya. Dari kisah ini dapat kita petik pelajaran bahwa sebenarnya tidak ada takdir yang buruk karena semuanya pasti ada hikmah tersembunyi. Bisa jadi hikmah itu baru disadari esok, lusa, atau bahkan beberapa waktu kemudian. *****
Artikel Terkait
Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum Kecewa Alquran Diinjak-injak
Pria Penginjak Alquran Sudah Ditangkap Mengaku Injak Kitab Suci Sengaja
Penjelasan Islam dalam Rukun Islam Berdasarkan Hadis Shohih
Pengertian Islam Menurut Hadis Shohih
Mother’s Day atau Hari Ibu dalam Islam?
Wujudnya Prinsip Islam dengan Toleransi
Childfree Menurut Islam dan Psikolog
Maling Uang Rakyat Menurut Islam
Simak Dosa Korupsi dalam Ajaran Islam
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Bayi Keguguran Atau Janin, Simak Tatacara Mengurusnya dalam Islam
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam